Shahabat mulia Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu
 termasuk salah seorang dari mereka. Sungguh dia mempunyai bakat luar 
biasa dalam kemampuan dan kekuatan ingatan. Abu Hurairah radhiyallahu 
anhu mempunyai kelebihan dalam seni menangkap apa yang didengarnya, 
sedang ingatannya mempunyai keistimewaan dalam segi meng- hafal dan 
menyimpan. Didengarya, ditampungnya lalu terpatri dalam ingatannya 
hingga dihafalkannya, hampir tak pernah ia melupakan satu kata atau satu
 huruf pun dari apa yang telah didengarnya, sekalipun usia bertambah dan
 masa pun telah berganti-ganti. Oleh karena itulah, ia telah mewakafkan 
hidupnya untuk lebih banyak mendampingi Rasulullah sehingga termasuk 
yang terbanyak menerima dan menghafal Hadits, serta meriwayatkannya.
Sewaktu
 datang masa pemalsu-pemalsu hadits yang dengan sengaja membikin 
hadits-hadits bohong dan palsu, seolah-olah berasal dari Rasulullah 
Shalallahu ‘alaihi wasallam. Mereka memperalat nama Abu Hurairah 
radhiyallahu anhu dan menyalah- gunakan ketenarannya dalam meriwayatkan 
Hadits dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam., hingga sering mereka 
mengeluarkan sebuah “hadits”, dengan menggunakan kata-kata: — “Berkata 
Abu Hurairah… “
Dengan
 perbuatan ini hampir-hampir mereka menyebabkan ketenaran Abu Hurairah 
radhiyallahu anhu dan kedudukannya selaku penyampai Hadits dari Nabi 
Shalallahu ‘alaihi wasallam. menjadi lamunan keragu-raguan dan tanda 
tanya, kalaulah tidak ada usaha dengan susah payah dan ketekunan yang 
luar biasa, serta banyak waktu yang telah di habiskan oleh tokoh-tokoh 
utama para ulama Hadits yang telah membaktikan hidup mereka untuk 
berhidmat kepada Hadits Nabi dan menyingkirkan setiap tambahan yang 
dimasukkan ke dalamnya.’
Di
 sana Abu Hurairah radhiyallahu anhu berhasil lolos dari jaringan 
kepalsuan dan penambahan-penambahan yang sengaja hendak diselundupkan 
oleh kaum perusak ke dalam Islam, dengan mengkambing hitamkan Abu 
Hurairah radhiyallahu anhu dan membebankan dosa dan kejahatan mereka 
kepadanya.
Setiap
 anda mendengar muballigh atau penceramah atau khatib Jum’at mengatakan 
kalimat yang mengesankan dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu berkata ia,
 telah bersabda Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam ……” Saya katakan 
ketika andamendengar nama ini dalam rangkaian kata tersebut, dan ketika 
anda banyak menjumpainya, yah banyak sekali dalam kitab-kitab Hadits, 
sirah, fiqih serta kitab-kitab Agama pada umumnya, maka diketahuilah 
bahwa anda sedang menemui suatu pribadi, antara sekian banyak pribadi 
yang paling gemar bergaul dengan Rasulullah dan mendengarkan 
sabdanya…..Karena itulah perbendaharaannya yang menakjubkan dalam hal 
Hadits dan pengarahan-pengarahan penuh hikmat yang dihafalkannya dari 
Nabi·Shalallahu ‘alaihi wasallam. jarang diperoleh bandingannya … Dan 
dengan bakat pemberian Tuhan yang dipunyainya beserta perbendaharaan 
Hadits tersebut, Abu Hurairah radhiyallahu anhu merupakan salah seorang 
paling mampu membawa anda ke hari-hari kehidupan Rasulullah Shalallahu 
‘alaihi wasallam beserta para sahabatnya dan membawa anda berkeliling, 
asal anda beriman teguh dan berjiwa siaga, mengitari pelosok dan 
berbagai ufuk yang membuktikan kehebatan Muhammad Shalallahu ‘alaihi 
wasallam. beserta shahabat-shahabatnya itu dan memberikan makna kepada 
kehidupan ini dan memimpinnya ke arah kesadaran dan pikiran sehat. Dan 
bila garis-garis yang anda hadapi ini telah menggerakkan kerinduan anda 
untuk mengetahui lebih dalam tentang Abu Hurairah radhiyallahu anhu dan 
mendengarkan beritanya, maka silakan anda memenuhi keinginan anda 
tersebut.
Ia
 adalah salah seorang yang menerima pantulan revolusi Islam, dengan 
segala perubahan mengagumkan yang diciptakannya. Dari orang upahan 
menjadi induk semang atau majikan.
Dari
 seorang yang terlunta-lunta di tengah-tengah lautan manusia, menjadi 
imam dan ikutan …. ! Dan dari seorang yang sujud di hadapan batu-batu 
yang disusun, menjadi orang yang beriman kepada Allah yang Maha Esa lagi
 Maha Perkasa …. Inilah dia sekarang bercerita dan berkata: -
“Aku
 dibesarkan dalam keadaan yatim, dan pergi hijrah dalam keadaan miskin 
…. Aku menerima upah sebagai pembantu pada Busrah binti Ghazwan demi 
untuk mengisi perutku ! Akulah yang melayani keluarga itu bila mereka 
sedang menetap dan menuntun binatang tunggangannya bila sedang bepergian
 …. Sekarang inilah aku, Allah telah menikahkanku dengan putri Busrah, 
maka segala puji bagi Allah yang telah menjadikan Agama ini tiang 
penegak, dan menjadikan Abu Hurairah radhiyallahu anhu ikutan ummat…..!”
Ia
 datang kepada Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam di tahun yang ke tujuh 
Hijrah sewaktu beliau berada di Khaibar ia memeluk Islam karena dorongan
 kecintaan dan kerinduan …. Dan semenjak ia bertemu dengan Nabi 
Shalallahu ‘alaihi wasallam; dan berbai’at kepadanya, hampir-hampir ia 
tidak berpisah lagi daripadanya kecuali pada saat-saat waktu tidur …. 
Begitulah berjalan selama masa empat tahun yang dilaluinya bersama 
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam . yakni sejak ia masuk islam 
sampai wafatnya Nabi, pergi ke sisi Yang Maha Tinggi. Kita katakan: 
“Waktu yang empat tahun itu tak ubahnya bagai suatu usia manusia yang 
panjang lebar, penuh dengan segala yang baik, dari perkataan, sampai 
kepada perbuatan dan pendengaran… !’
Dengan
 fitrahnya yang kuat, Abu Hurairah radhiyallahu anhu mendapat kesempatan
 yang besar yang memungkinkannya untuk memainkan peranan penting dalam 
berbakti kepada Agama Allah.
Pahlawan perang dikalangan shahabat, banyak…. Ahli fiqih, juru da’wah dan para guru juga tidak sedikit ….
Tetapi
 lingkungan dan masyarakat memerlukan tulisan dan penulis. Di masa itu 
golongan manusia pada umumnya,jadi bukan hanya terbatas pada bangsa Arab
 saja, tidak mementingkan tulis menulis. Dan tulis menulis itu belum 
Lagi merupakan bukti kemajuan di masyarakat manapun.
Bahkan
 Eropah sendiri juga demikian keadaannya sejak kurun waktu yang belum 
lama ini. Kebanyakan dari raja-rajnya, tidak terkecuali Charlemagne 
sebagai tokoh utamanya, adalah orang-orang yang buta huruf, tak tahu 
tulis baca, padahal menurut ukuran masa itu, mereka memiIiki kecerdasan 
dan kemampuan besar….
Kembali
 kita pada pembicaraan bermula untuk melihat Abu Hurairah radhiyallahu 
anhu, baganana ia dengan fitrahnya dapat menyelami kebutuhan masyarakat 
baru yang dibangun oleh Islam, yaitu kebutuhan akan orang-orang yang 
dapat melihat dan memelihara peninggalan dan ajaran-ajarannya. Pada 
waktu itu memang para shahabat yang mampu menulis, tetapi jumlah mereka 
sedikit sekali, apalagi sebagiannya tak mempunyai kesempatan untuk 
mencatat Hadits-hadits yang diucapkan oleh Rasul.
Sebenamya
 Abu Hurairah radhiyallahu anhu bukanlah seorang penulis, ia hanya 
seorang ahli hafal yang mahir, di samping memiliki kesempata atau mampu 
mengadakan kesempatan yang diperlukan itu, karena ia tak punya tanah 
yang akan digarap, dan tidak punya perniagaan yang akan diurus….
Ia
 pun menyadari bahwa dirinya termasuk orang yang masuk Islam belakangan,
 maka ia bertekad untuk mengejar ketinggalannya, dengan cara mengikuti 
Rasul terus menerus dan secara tetap menyertai majlisnya .. Kemudian 
disadarinya pula adanya bakat pemberian Allah ini pada dirinya, berupa 
daya ingatannya yang luas dan kuat, serta semakin bertambah kuat, tajam 
dan luas lagi dengan do’a Rasul”, agar pemilik bakat ini diberi Allah 
berkat.
Ia
 menyiapkan dirinya dan menggunakan bakat dan kemampuan karunia Ilahi 
untuk memikul tanggung jawab dan memelihara peninggalan yang sangat 
penting ini dan mewariskannya kepada generasi kemudian ….
Abu
 Hurairah radhiyallahu anhu bukan tegolong dalam barisan penulis, tetapi
 sebagai- mana telah kita utarakan, ia adalahseorang yang terampil 
menghafal lagi kuat ingatan …. Karena ia tak punya tanah yang akan 
ditanami atau perniagaan yang akan menyibukkannya, ia tidak berpisah 
hengan Rasul, baik dalam perjalanan maupun di kala menetap….
Begitulah
 ia mempermahir dirinya dan ketajaman daya ingatnya untuk menghafal 
Hadits-hadits Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam dan pengarahannya. 
Sewaktu Rasul telah pulang ke Rafikul’Ala (wafat), Abu Hurairah 
radhiyallahu anhu terus-menerus menyampaikan Hadits hadits, yang 
menyebabkan sebagian shahabatnya merasa heran sambil bertanya-tanya di 
dalam hati, dari mana datangnya hadits-hadits ini, kapan didengarya dan 
diendapkannya dalam ingatannya ….
Abu
 Hurairah radhiyallahu anhu telah memberikan penjelasan untuk 
menghilangkan kecurigaan ini, dan menghapus keragu-raguan yang menulari 
putra shahabatnya, maka katanya: “Tuan-tuan telah mengatakan bahwa Abu 
Hurairah radhiyallahu anhu banyak sekali mengeluarkan Hadits dari Nabi 
Shalallahu ‘alaihi wasallam…. Dan tuan-tuan katakan pula orang-orang 
Muhajirin yang lebih dahulu daripadanya masuk Islam, tak ada 
menceritakan hadits-hadits itu..? Ketahuilah, bahwa shahabat-sahahabatku
 orang-orang Muhajirin itu, sibuk dengan perdagangan mereka di 
pasar-pasar, sedang shahabat- shahabatku orang-orang Anshar sibuk degan 
tanah pertanian mereka. Sedang aku adalah seorang miskin, yang paling 
banyak menyertai majlis Rasulullah, maka aku hadir sewaktu yang lain 
absen dan aku selalu ingat seandainya mereka lupa karena kesibukan.
Dan Nabi Shalallahu ‘alaihi wasallam, pernah berbicara kepada kami di suatu hari, kata beliau: “Siapa
 yang membentangkan sorbannya hingga selesai pembicraanku, kemudian ia 
meraihnya ke dirinya, maka ia takkan terlupa akan suatu pun dari apa 
yang telah didengarya dari padaku !”
Maka
 kuhamparkan kainku, lalu beliau berbicara kepadaku, kemudian kuraih 
kain itu ke diriku, dan demi Allah, tak ada suatu pun yang terlupa 
bagiku dari apa yang telah kudengar daripadanya … ! Demi Allah kalau 
tidaklah karena adanya ayat di dalam Kitabullah niscaya tidak akan 
kukabarkan kepada kalian sedikit jua pun! Ayat itu ialah: “Sesungguhnya 
orang-orang yang menyembunyikan apa-apa yang telah kami turunkan berupa 
keterangan-keterangan dan petunjuk, sesudah Kami nyatakan kepada manusia
 di dalam Kitab mereka itulah yang dikutuk oleh Allah dan dikutuk oleh 
para pengutuk (Malaikat-malaikat)!”
Demikianlah
 Abu Hurairah radhiyallahu anhu menjelaskan rahasia kenapa hanya ia 
seorang diri yang banyak mengeluarkan riwayat dari Rasulullah Shalallahu
 ‘alaihi wasallam.
·         Pertama: karena ia melowongkan waktu untuk menyertai Nabi lebih banyak dari para shahabat lainnya.
·         Kedua: karena ia memiliki daya ingatan yang kuat, yang telah diberi berkat oleh Rasul, hingga ia jadi semakin kuat.
·         Ketiga: ia menceritakannya bukan karena ia gemar bercerita, tetapi karena 
keyakinan bahwa menyebarluaskan hadits-hadits ini, merupakan tanggung 
jawabnya terhadap Agama dan hidupnya. Kalau tidak dilakukannya berarti 
ia menyembunyikan kebaikan dan haq, dan termasuk orang yang lalai yang 
sudah tentu akan menerima hukuman kelalaiannya!
Oleh
 sebab itulah ia harus saja memberitakan, tak suatupun yang 
menghalanginya dan tak seorang pun boleh melarangnya … hingga pada suatu
 hari Amirul Mu’minin Umar berkata kepadanya: “Hendaklah kamu hentikan 
menyampaikan berita dari Rasulullah! Bila tidak, maka akan kukembalikan 
kau ke tanah Daus… !” (yaitu tanah kaum dan keluarganya).
Tetapi
 larangan ini tidaklah mengandung suatu tuduhan bagi Abu Hurairah 
radhiyallahu anhu, hanyalah sebagai pengukuhan dari.suatu pandangan yang
 dianut oleh Umar, yaitu agar orang-orang Islam dalam jangka waktu 
tersebut, tidak membaca dan menghafalkan yang lain, kecuali al-quran 
sampai ia melekat dan mantap dalam hati sanubari dan pikiran….
Al-quran
 adalah kitab suci Islam, Undang-undang Dasar dan kamus lengkapnya dan 
terlalu banyaknya’ cerita tentang Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam
 . teristimewa lagi pada tahun-tahun menyusul wafatnya Nabi Shalallahu 
‘alaihi wasallam., saat sedang dihimpunnya Al-Quran, dapat menyebabkan 
kesimpangsiuran dan campur-baur yang tidak berguna dan tak perlu terjadi
Oleh
 karena ini, Umar berpesan: “Sibukkanlah dirimu dengan Al-Quran karena 
dia adalah kalam Allah…”. Dan katanya lagi: “Kurangilah olehmu 
meriwayatkan perihal Rasulullah kecuali yang mengenai amal 
perbuatannya!”
Dan
 sewaktu beliau mngutus Abu Musa al-Asy’ari ke Irak ia 
berpesan,kepadanya: — ‘Sesungguhnya anda akan mendatangi suatu kaum yang
 dalam mesjid mereka terdengar bacaan al-quran seperti suara lebah. maka
 biarkanlah seperti itu dan jangan anda binbangkan merek adengan 
hadits-hadits, dan aku menjadi pendukung anda dalam hal ini….!”
Al-qur’an
 sudah dihimpun dengan jalan yang sangat cermat, hingga terjamin 
keasliannya tanpa dirembesi oleh hal-hal lainnya….. Adapun hadits, maka 
umar tidak dapat menjamin bebasnya dari pemalsuan atau perubahan atau 
diambilnya sebagai alat untuk mengada-ada terhadap Rasulullah Shalallahu
 ‘alaihi wasallam dan merugikan Agama Islam…..
Abu
 Hurairah radhiyallahu anhu menghargai pandangan Umar, tetapi ia juga 
percaya terhadap dirinya dan teguh memenuhi amanat, hingga ia tak hendak
 menyembunyikan suatu pun dari Hadits dan ilmu selama diyakininya bahwa 
menyembunyikannya adalah dosa dan kejahatan.
Demikianlah,
 setiap ada kesempatan untuk menumpahkan isi dadanya berupa Hadits yang 
pemah didengar dan ditangkapnya tetap saja disampaikan dan 
dikatakannya….
Hanya
 terdapat pula suatu hal yang merisaukan, yang menimbulkan kesulitan 
bagi Abu Hurairah radhiyallahu anhu ini, karena seringnya ia bercerita 
dan banyaknya Haditsnya yaitu adanya tukang hadits yang lain yang 
menyebarkan Hadits-hadits dari Rasul Shalallahu ‘alaihi wasallam. dengan
 menambah-nambah dan melebih-lebihkan hingga para shahabat tidak merasa 
puas terhadap sebagian besar dari Hadits-haditsnya. Orang itu namanya 
Ka’ab al-ahbaar, seorang Yahudi yang masuk Islam.
Pada
 suatu hari Marwan bin Hakam bermaksud menguji kemampuan menghafal dari 
Abu Hurairah radhiyallahu anhu. Maka dipanggilnya ia dan dibawanya duduk
 bersamanya, lalu dimintanya untuk mengabarkan hadits-hadits dari 
Rasusullah Shalallahu ‘alaihi wasallam. Sementara itu disuruhnya 
penulisnya menuliskan apa yang diceritakan Abu Hurairah radhiyallahu 
anhu dari balik dinding. Sesudah berlalu satu tahun, dipanggilnya Abu 
Hurairah kembali dan dimintanya membacakan lagi Hadits-hadits yang dulu 
itu yang telah ditulis sekretarisnya. Ternyata tak ada yang terlupa oleh
 Abu Hurairah radhiyallahu anhu walau agak sepatah kata pun.
Ia
 berkata tentang dirinya: — “Tak ada seorang pun dari sahabat-sahabat 
Rasul yang lebih banyak menghafal Hadits dari padaku, kecuali Abdullah 
bin ‘Amr bin ‘Ash, karena ia pandai menuliskannya sedang aku tidak ..; 
“. Dan Imam Syafi’i mengemukakan pula pendapatnya tentang Abu Hurairah 
radhiyallahu anhu: — “la seorang yang paling banyak hafal di antara 
seluruh perawi Hadits sesamanya”. Sementara Imam Bukhari menyatakan 
pula: –”Ada delapan ratus orang atau lebih dari shahabat tabi’in dan 
ahli ilmu yang meriwayatkan Hadits dari Abu Hurairah”.
Abu
 Hurairah termasuk orang ahli ibadat yang mendekatkan diri kepada Allah,
 selalu melakukan ibadat bersama isterinya dan anak-anaknya 
semalam-malaman secara bergiliran; mula-mula ia berjaga sambil shalat 
sepertiga malam kemudian dilanjutkan oleh isterinya sepertiga malam dan 
sepertiganya lagi dimanfaatkan oleh puterinya… ” Dengan demikian, tak 
ada satu saat pun yang berlalu setiap malam di rumah Abu Hurairah 
radhiyallahu anhu, melainkan berlangsung di sana ibadat, dzikir dan 
shalat!
Karena
 keinginannya memusatkan perhatian untuk menyertai Rasul Shalallahu 
‘alaihi wasallam. ia pernah menderita kepedihan lapar yang jarang 
diderita orang lain. Dan pernah ia menceritakan kepada kita bagaimana 
rasa lapar telah menggigit-gigit perutnya, maka diikatkannya batu dengan
 surbannya ke perutnya dan ditekannnya ulu hatinya dengan kedua 
tangannya, lalu terjatuhlah ia di mesjid rambil menggeliat-geliat 
kesakitan hingga sebagian sahabat menyangkanya ayan, padahal sama sekali
 bukan .. .!
Semenjak
 ia menganut Islam tak ada yang memberatkan dan menekan perasaan Abu 
Huraiiah dari berbagai persoalan hidupnya ini, kecuali satu masalah yang
 hampir menyebabkannya tak dapat memejamkan mata. Masalah itu ialah 
mengenai ibunya, karena waktu itu ia menolak untuk masuk Islam …. Bukan 
hanya sampai di sana saja, bahkan ia menyakitkan perasaannya dengan 
menjelek-jelekkan Rasulullah di depannya…
Pada
 suatu hari ibunya itu kembali mengeluarkan kata-kata yang menyakitkan 
bagi Abu Hurairah radhiyallahu anhu tentang Rasulullah Shalallahu 
‘alaihi wasallam ., hingga ia tak dapat menahan tangisnya dikarenakan 
sedihnya, lalu ia pergi ke mesjid Rasul….Marilah kita dengarkan ia 
menceritakan lanjutan berita kejadian itu sebagai berikut:
Sambil
 menangis aku datang kepada Rasulullah, lalu kataku: –”Ya Rasulallah, 
aku telah meminta ibuku masuk islam, Ajaranku itu ditolaknya, dan hari 
ini aku pun baru saja, memintanya masuk Islam. Sebagai jawaban ia malah 
mengeluarkan kata-kata yang tak kusukai terhadap diri Anda. Karenanya 
mohon anda du’akan kepada Allah kiranya ibuku itu ditunjuki-Nya kepada 
Islam….”
Maka Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam, berdo’a: “Ya Alloh tunjukkilah ibu Abu Hurairah!”
Aku
 pun berlari mendapatkan ibuku untuk menyampaikan kabar gembira tentang 
du’a Rasulullah itu. Sewaktu sampai di muka pintu, kudapati pintu itu 
terkunci. Dari luar kedengaran hunyi gemercik air, dan suara ibu 
memanggilku: “Hai Abu Hurairah, tunggulah ditempatmu itu… !”
Di
 waktu ibu keluar ia memakai baju kurungnya, dan membalutkan 
selendangnya sambil mengucapkan: “Asyhadu alla ilaha illallah, wa 
asyhadu anna Muhammadan ‘abduhu wa Rasuluh.
Aku
 pun segera berlari menemui Rasulullah. sambil menangis karena gembira, 
sebagaimana dahulu aku menangis karena berduka, dan kataku padanya: 
“Kusampaikan kabar suka ya Rasulallah, bahwa Allah telah mengabullkan 
du’a anda …, Allah telah menunjuki ibuku ke dalam islam … “. Kemudian 
kataku pula: “Ya Rasulallah, mohon anda du’akan kepada Allah, agar aku 
dan ibuku dikasihi oleh orang-orang Mu’min, baik laki-laki maupun 
perempuan!” Maka Rasul berdu’a: “Ya Allah, mohon engkau jadikan hambu-Mu
 ini beserta ibunya dikasihi oleh sekalian orang-orang Mumin, laki-laki 
dan perempuan …!”
Abu
 Hurairah radhiyallahu anhu hidup sebagai seorang ahli ibadah dan 
seorang mujahid … tak pernah ia ketinggalan dalam perang, dan tidak pula
 dari ibadat. Di zaman Umar bin Khatthab ia diangkat sebagai amir untuk 
daerah Bahrain, sedang Umar sebagaimana kita ketahui adalah seorang yang
 sangat keras dan teliti terhadap pejabat-pejabat yang diangkatnya. 
Apabila ia mengangkat seseorang sedang ia mempunyai dua pasang pakaian 
maka sewaktu meninggalkan jabatannya nanti haruslah orang itu hanya 
mempunyai dua pasang pakaian juga…… malah lebih utama kalau ia hanya 
memiliki satu pasang saja! Apabila waktu meninggalkan jabatan itu 
terdapat tanda-tanda kekayaan, maka ia takkan luput dari interogasi 
Umar, sekalipun kekayaan itu berasal dari jalan halal yang dibolehkan 
syara’! Suatu dunia lain …. Yang diisi oleh Umar dengan hal-hal luar 
biasa dan mengagumkan… Rupanya sewaktu Abu Hurairah memangku jabatan 
sebagai kepala daerah Bahrain ia telah menyimpan harta yang berasal dari
 sumber yang halal. Hal ini diketahui oleh Umar, maka iapun dipanggilnya
 datang ke Madinah……Dan mari kita dengarkan Abu Hurairah, memaparkan 
soal jawab ketus yang berlangsung antaranya dengan Amirul Mu’minin Umar:
 — Kata Umar: – “Hai musuh Allah dan musuh kitab-Nya, apa engkau telah 
mencuri harta Allah?’· Jawabku;. “Aku bukan musuh Allah dan tidak pula 
musuh kitab-Nya ._.hanya aku menjadi musuh orang yang memusuhi keduanya 
dan aku bukanlah orang yang mencuri harta Allah . . !’·- Dari mana,kau 
peroleh sepuluh ribu itu? — Kuda kepunyaanku beranak-pinak dan pemberian
 orang berdatangan …. Kembalikan harta itu ke perbendaharaan negara 
(baitul maal)… !
Abu
 Hurairah menyerahkan hartanya itu kepada Umar, kemudian ia mengangkat 
tangannya ke arah langit sambil berdu’a: “Ya Allah, ampunilah Amirul 
Mu’minin
Tak
 selang beberapa lamanya. Umar memanggil Abu Hurairah kembali dan 
menawarkan jabatan kepadanya di wilayah baru. Tapi ditolaknya dan 
dimintanya maaf karena tak dapat menerimanya. Kata Umar kepadanya: — 
“Kenapa, apa sebabnya?” Jawab Abu Hurairah: “Agar kehormatanku tidak 
sampai tercela, hartaku tidak dirampas, punggungku tidak dipukul… !”
Kemudian katanya lagi: “Dan aku takut menghukum tanpa ilmu dan bicara tanpa belas kasih … !”
Pada
 suatu hari sangatlah rindu Abu Hurairah radhiyallahu anhu hendak 
bertemu dengan Allah …. Selagi orang-orang yang mengunjunginya 
mendu’akannya cepat sembuh dari sakitnya, ia sendiri berulang-ulang 
memohan kepada Allah dengan berkata: “Ya Allah, sesungguhnya aku telah 
sangat rindu hendak bertemu dengan-Mu, Semoga Engkau pun demikian … !” 
Dalam usia 78 tahun, tahun yang ke-59 Hijriyah ia pun berpulang ke 
rahmatullah.
Di
 sekeliling orang-orang shaleh penghuni pandam pekuburan Baqi’, di 
tempat yang beroleh berkah, di sanalah jasadnya dibaringkan … ! Dan 
sementara orang-orang yang mengiringkan jenazahnya kembali dari 
pekuburan, mulut dan lidah mereka tiada henti-hentinya membaca Hadits 
yang disampaikan Abu Hurairah kepada mereka dari Rasul yang mulia……..
Salah
 seorang di antara mereka yang baru masuk islam bertanya kepada 
temannya: “Kenapa syekh kita yang telah berpulang ini diberi gelar Abu 
Hurairah (bapak kucing)? Tentu temannya yang telah mengetahui akan 
menjawabnya: ‘Di waktu jahiliyah namanya dulu Abdu Syamsi, dan tatkala 
ia memeluk Islam, ia diberi nama oleh Rasul dengan Abdurrahman. Ia 
sangat penyayang kepada binatang dan mempunyai seekor kucing, yang 
selalu diberinya makan, digendongnya, dibersihkannya dan diberinya 
tempat. Kucing itu selalu menyertainya seolah-olah bayang bayangnya. 
Inilah sebabnya ia diberi gelar “Bapak Kucing”, moga-moga Allah ridla 
kepadanya dan menjadikannya ridla kepada Allah. 
–ooOoo–
No comments:
Post a Comment