Musim panas, musim dingin,
dan musim semi akan berlalu.
Kita pasti akan jadi tanah
dan debu
Biografi Singkat
'Abd
al-Rahaman Jami adalah salah seorang intelektual-Muslim yang pandai dari Persia
yang hidup pada masa pertengahan Islam. Ia di lahirkan di Kharjad atau Jam
(sebuah kota kecil di Afghanistan) pada tahun 1414 M / 817 H. Nama lengkapnya
Nur al-Din 'Abd al-Rahman al-Jami. Anak dari Nizam al-Din ini, sebelum terkenal
dengan sebutan al-Jami, ia akrab dengan dipanggil al-Dasty. Gelar terakhir ini
diambil dari penisbatannya terhadap sebuah daerah dekat Kota Isfahan, tempat
asal ayahnya.
Ia adalah orang yang cerdas dan pandai, hal ini terbukti dari sejak kecil ia
telah menunjukan sifatnya yang luar biasa itu. Ia sangat mudah dan tanggap
menguasai pelajaran yang di berikan kepadanya. Ia adalah seorang yang pandai
berorasi dan berargumentasi. Salah satu diantara para ulama yang pernah
menjadi gurunya ialah Syeikh Sa’u al-Din al-Kasygari, murid sekaligus khalifah
Syeh Baharuddin Naqsibandiah. Dalam karyanya, Alexandrian Book of Wisdom,
Jami’ menunjukkan bahwa mata rantai penyebaran
esoteris Sufi Asia Khajagan (para ‘Guru’), sama dengan yang digunakan oleh penulis-penulis mistik Barat. Dalam penyebaran Sufi, ia menempatkan beberapa nama sebagai guru, seperti Plato, Hippocrates, Pythagoras dan Hermes Trismegistos. Jami’ merupakan murid Sadedin Kasygari, pimpinan aliran Naqsyabandiyah, yang berhasil memimpin di wilayah Herat, Afghanistan. Kesetiaannya yang tertinggi kepada Khaja Obaidullah Ahrar, Pemimpin Aliran (madzhab).
esoteris Sufi Asia Khajagan (para ‘Guru’), sama dengan yang digunakan oleh penulis-penulis mistik Barat. Dalam penyebaran Sufi, ia menempatkan beberapa nama sebagai guru, seperti Plato, Hippocrates, Pythagoras dan Hermes Trismegistos. Jami’ merupakan murid Sadedin Kasygari, pimpinan aliran Naqsyabandiyah, yang berhasil memimpin di wilayah Herat, Afghanistan. Kesetiaannya yang tertinggi kepada Khaja Obaidullah Ahrar, Pemimpin Aliran (madzhab).
Keuletan dan potensinya itu mengantarkannya menjadi sosok yang dihormati dan
dikagumi oleh semua lapisan masyarakat. Ia adalah tokoh yang sangat terkenal di
kawasan Persia, sehinggga kemashurannya pun mencapai kawasan Turki Usmani.
Disebutkan pada suatu waktu ia berada di Damaskus, ia dicari utusan Sultan
Turki Usmani yang bermaksud mengundangnya ke Istana dan telah menyiapakan
hadiah baginya. Karena tidak tertarik pada undangan itu, Al-Jami segera
meninggalkan Kota Damaskus.
Beberapa
tahun sebelum kematianya, ia berkunjung ke desa-desa tetangganya yang tidak di
perhatikan secara khusus. Tiga hari sebelum meninggal, ia mengumpulkan beberapa
murid dekatnya dan berkata, “Jadilah saksiku bahwa aku tidak punya ikatan
dengan apapun dan dengan siapa pun”. Ketika fajar mulai menyingsing di
Kota Heart, Pada hari jum’at tahun 1492 M / 898 H, ia merasa bahwa kematiannya
akan tiba. Ia merlakukan shalat dan kemudian duduk untuk melakukan dzikir, dan
siang harinya ia pun wafat.
Ada sebuah kisah jenaka dituturkan mengenai saat kematian Al-Jami’.
“Para sufi yang sangat sedih mengetahui
bahwa ia akan segera wafat, berkumpul di rumahnya, sebagian menangis
pelan-pelan, sementara sebagian yang lain sibuk melantunkan dzikir, tetapi ada
salah seorang yang membaca al-Qur’an dengan suara keras dan mengganggu yang
lain, akhirnya al-Jami’ mengangkat kepala dan berkata, “Demi Allah aku akan
mati jika engkau tidak menghentikan keributanmu!”
Karya-karyanya
Kita masih
bisa melihat kebesarannya dalam karya-karya dan tulisannya yang berhasil ia
telurkan. Tidak kurang dari 90 buku dan tulisannya yang dihasilkan, namun
menurut sumber lain hanya berjumlah 46 karya dengan berbagai topik dan gaya.
Dalam tulisannya, kebanyakan berbicara dalam bidang tasawuf, akan tetapi
bidang-bidang lain pun tidak luput dari pehatiannya. Misalnya, menulis komentar
tafsir sejumlah surah dalam al-Qu’an, memberikan komentar hadis-hadis yang di
riwayatkan oleh Abu Dzar al- Ghifari.
Di antara
karya prosanya adalah Nafahat ul-Uns (Nafas dari Bayu
Persahabatan), Beharistan (Kota Musim Semi) dan koleksi Biography
Para Wali Sufi. Karya puisinya yang terkenal adalah Haft Awrang (Tujuh
Tahta Rahmat), yang terdiri dari 25 ribu bait. Buku Yusuf & Zulaikha
merupakan puncak buah karyanya. Selain itu ia juga menulis tentang biografi
Nabi Muhammad, bukti-bukti tentang kenabiannya, tentang biografi para sufi dan
pengajaran mereka tentang para penyair, raja-raja, puisi, musik dan taat bahasa
Arab.
Meskipun
demikian al-Jami lebih terkenal kehadirannya sebagai penyair dan sebagai
juru bicara tasawuf aliran Wahdat al-Wujud. Menurutnya, Nafs atau jiwa
manusia, sebagai unsur atau prinsip yang menghidupkan manusia, memiliki potensi
untuk mencapai sejumlah tahap kesempurnaan yang berbeda. Dengan melewati tahap
demi tahap, jiwa itu akan semakin dekat dan menyatu dengan Tuhan. Al-Jami
membaginya dalam tiga fase. Pertama, fase paling rendah yang di sebut Nafs
Amarat, yaitu nafs yang terus menerus mendorong kepada hal-hal yang buruk
dan rendah. Setelah fase ini terlewati dengan mlalui latihan spiritual, jiwa
ini akan meningkat pada fase yang ke-dua yaitu Nafs Lawamat, yang
berarti jiwa ini mampu mencela kekurangan-kekurangan dirinya sendiri. Bila di
tingkatkan kembali maka akan mencapai pada fese yang ke-tiga yaitu Nafs
Mutmainnat, pada fase ini jiwa akan sampai pada puncak kesempurnaannya, di
sini jiwa akan merasa tentram, damai, dan bahagia.
Dari banyak munajatnya yang indah kepada Allah, dia berkata,
“Ya Rabbi, ya Tuhanku, jauhkanlah kami
dari perbuatan menghabiskan waktu untuk perkara-perkara kecil yang tidak
berguna. Tunjukkanlah kepada kami segala perkara menurut hakekatnya. Angkatlah
dari batin kami selubung ketidaksadaran. Janganlah diperlihatkan kepada kami
barang yang tidak nyata sebagai barang yang ada. Janganlah Kau biarkan
bayang-bayang menutup batin kami, sehingga kami tidak dapat melihat
keindahan-Mu. Jadikanlah bayang-bayang ini sebagai kaca yang melalui batin kami
untuk menyaksikan-Mu.”
Pada bagian lain dia berkata,
“Sang kekasih menyeru
dari kedai minuman,
datanglah lalu berilah
aku anggur cinta,
cawan demi cawan.
Kubebaskan diriku dari
belenggu logika dan nalar.
Lalu kumulai meratap dan
menangis untuk bersatu.”
Dalam tahun terakhirnya ia melihat visi
tentang kematiannya, dan sering melantunkan bait syair berikut:
Adalah memalukan
Bahwa hari-hari berlalu tanpa kita
Bunga-bunga ‘ akan mekar dan musim semi
akan tiba
Musim panas, musim dingin, dan musim
semi
Akan berlalu
Dan kita pasti akan menjadi tanah dan
debu.
Tulisan
dan ajaran Jami’, pada akhirnya membuat dirinya begitu popular, sehingga para Sultan
Turki dan para pemimpin lokal, secara terus menerus menawarkan sejumlah besar
emas dan hadiah lain agar Jami mau menjadi bagian dari aristocrat Istana mereka.
Di
bawah ini dituliskan beberapa ucapan Jami, yang meawakili ekspresi jiwa dan
keilmuannya.
Tumbuh Subur
Jika gunting
tidak digunakan setiap hari untuk menggunting jenggot, maka tidak akan melebihi
panjang janggut itu sendiri karena pertumbuhannya yang subur, seolah-olah
menjadi kepala.
Kesatuan
Cinta menjadi
sempurna jika melebihi cinta itu sendiri Menjadi Satu dengan maksudnya;
Menghasilkan Kesatuan Dzat.
Sholat dan Hidung
Aku melihat
orang tengah sujud dalam shalatnya, dan berseru:
“Engkau
menempatkan beban hidungmu di lantai dengan alasan bahwa hal itu syarat orang
shalat.”
Guru
Penguasa adalah
pelindung dan pengikutnya adalah rakyat. Ia harus menolong dan menyelamatkan
mereka, tidak mengeksploitasi dan merusak mereka. Apakah pelindung untuk
rakyat, atau rakyat untuk pelindung?
CINTA
Cinta manusia
kebanyakan mampu meningkatkan manusia pada pengalaman cinta sejati.
AWAN KERING
Awan kering,
tidak berair, tidak dapat memberi hujan yang berkualitas.
Penyair dan Tabib
Seorang penyair
mengunjungi tabib. Ia berkata, “Aku mengalami berbagai gejala mengerikan. Aku
tidak bahagia dan tidak nyaman, rambut, tangan dan kakiku seolah disiksa.”
Tabib menjawab,
“Apakah benar bahwa engkau belum mengeluarkan komposisi puisimu yang terbaru?”
“Benar,” jawab
penyair.
“Bagus sekali,”
jawab si tabib, “Bawakanlah dengan bagus!”
Ia melakukannya,
dan atas perintah tabib, ia bersyair baris demi baris berulang-ulang.
Kemudian tabib
mengatakan, “Berdirilah, karena engkau sekarang sudah sembuh. Apa yang engkau
rasakan dalam tubuhmu adalah pengaruh dari fisikmu. Sekarang sudah bebas,
engkau sehat lagi.”
Pengemis
Seorang pengemis
menuju sebuah pintu, menanyakan sesuatu yang dapat diberikan kepadanya. Si
pemilik (pintu) menjawab:
“Maaf, tidak ada
seorang pun di dalam.”
“Aku tidak
menginginkan siapa pun,” jawab pengemis, “Aku ingin makanan.”
KEMUNAFIKAN
Tercatat dalam Tradisi
dari Guru bahwa suatu ketika Jami’ berkata, ketika ditanya tentang kemunafikan
dan kejujuran:
“Apa hebatnya
kejujuran dan apa anehnya kemunafikan!”
“Aku berkelana
ke Mekkah dan ke Baghdad, dan aku membuat percobaan tentang perilaku manusia.
Ketika aku meminta mereka untuk jujur, mereka selalu memperlakukanku dengan
hormat, karena mereka berpikir bahwa orang baik selalu berkata demikian, dan
mereka telah belajar bahwa mereka harus bermimik sedih pada saat orang
berbicara kejujuran. Ketika aku meminta mereka menghindari kemunafikan, mereka
semua setuju.
Tetapi mereka
tidak tahu ketika aku berkata ‘kebenaran’, aku tahu kalau mereka tidak tahu apa
kebenaran itu, dan kemudian mereka atau aku menjadi munafik.
Mereka pun tidak
tahu bahwa ketika aku mengatakan agar tidak munafik, mereka menjadi munafik
karena tidak menanyakan caranya. Mereka tidak tahu pula kalau aku menjadi
munafik, ketika mengatakan ‘jangan munafik’, sebab kata-kata tidak menyampaikan
pesan dengan sendirinya.
Mereka
menghargaiku, ketika aku berlagak munafik. Mereka sudah diajari untuk
bertingkah demikian. Mereka menghormati diri sendiri sementara mereka berpikir
secara munafik; karena merupakan kemunafikan berpikir, bahwa seseorang secara
sederhana bertambah baik dengan berpikir bahwa menjadi munafik itu jelek.
Intinya, Jalan
yang membawa ke (derajat) atas adalah: mempraktekkan dan memahami untuk tidak
dapat (menjadi) munafik, di mana terdapat kejujuran dan tidak ada sesuatu yang
menjadi tujuan manusia.”
HARGA DIRI
Jangan membual
kalau engkau tidak memiliki harga diri, karena hal itu lebih terlihat daripada
kaki semut di atas batu hitam dalam kegelapan malam. Dan jangan berpikir bahwa
mengeluarkannya hal mudah, karena lebih mudah menarik gunung dari muka bumi
dengan sebuah jarum.
AKAL
Berhentilah
membual tentang akal dan belajar; karena di sini akal menghambat, dan belajar
adalah kebodohan.
APA YANG AKAN KITA LAKUKAN?
Mawar telah hilang dari taman; apa yang akan kita lakukan dengan
duri-durinya?
Syah tidak ada di kota; apa yang kita lakukan dengan istananya?
Pasar malam adalah sangkar, kecantikan dan keindahan adalah burung;
Jika burung telah terbang, apa yang akan kita lakukan dengan sangkar?
NEGARA
Keadilan dan kejujuran, bukan agama atau ateisme,
Dibutuhkan untuk perlindungan terhadap Negara.
GELOMBANG BESAR
Di hadapan Nusyirwan yang adil, para guru bijak mendiskusikan tentang
gelombang berat dalam penderitaan.
Salah seorang mengatakan bahwa hal itu adalah
penyakit dan nestapa;
Lainnya, bahwa hal itu usia lanjut dan kemiskinan;
Ketiga, bahwa hal itu mendekati kematian dengan
sedikit karya (amal).
Dan akhirnya, yang satu ini diterima.
Sumber
http://sastra-muslim.blogspot.com/2011/10/nur-al-din-abd-al-rahman-al-jami.html#more
Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma’rifat oleh Idries Shah
http://sastra-muslim.blogspot.com/2011/10/nur-al-din-abd-al-rahman-al-jami.html#more
Jalan Sufi: Reportase Dunia Ma’rifat oleh Idries Shah
Judul asli:
The Way of the Sufi, Penterjemah Joko S. Kahhar dan Ita Masyitha
Penerbit
Risalah Gusti, Cetakan Pertama Sya’ban 1420H, November 1999
Jln. Ikan
Mungging XIII/1, Surabaya 60177
Telp.(031)
3539440 Fax.(031) 3529800