TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA JANGAN LUPA LIKE, FOLLOW KOMENTAR DAN SHARE

Perbekalan Mukmin di Akhirat




Hidup di akherat itu adalah hidup yang kekal abadi yang tidak ada mati-mati lagi.tentu saja tidak ada lagi bilangan hari,bulan dan tahun.
oleh karena itu wajiblah setiap kita untuk mempersiapkan perbekalan-perbekalan,yang semestinya pula tidak ada bilangan jumlahnya pula.
Kalau kita lihat dan perhatikan perbekalannya orang-orang yang musryik,tentulah kita merasa kasihan sekali,sebab yang dia anggap sudah banyak mempunyai bekal untuk di akherat itu,ternyata sia-sia belaka dan percuma.Menurut hematnya,mereka2 itu sudah sempurna melaksanakan firman Allah yang berbunyi "Dan ambilah olehmu bekal dalam akherat maka bahwasanya yang terlebih baik daripada bekal itu yaitu Takut kepada Allah Ta'ala" 
Adapun menurut hemat mereka-mereka ini sudah sempurna melaksanakan apa yang dimaksud firman Tuhan ini,alasannya adalah apa-apa saja yang dilarang Tuhan,dia tdk pernah melakukannya sama sekali,selain itu se umur hidupnya dia telah merasa taat,oleh karena itulah mereka-mereka ini berani mengaku sudah sempurna.

Andaikata saja semua amal ibadat ataupun kebajikan-kebajikan yang mereka kerjakan,umpamanya sampai mereka berusia 100 th,dan selama itu mereka dapat mengumpulkan pahala-pahala,dan andaikata pula kita hargakan sebanyak-banyaknya mereka mendapat ganjaran pahala untuk sepuluh ribu tahun,yang dapat mereka pergunakan kelak selama hidup di akherat.
Tapi awas ! dan ingat,pada ketika satu hari saja setelah 10.000 th itu berlalu,maka diketika itu tentunya mereka sudah kehabisan Modal,padahal kehidupan di akherat itu kekal dan abadi,sedangkan diakherat itu sudah tidak ada kesempatan lagi untuk berbuat pahala-pahala,tempat berhutangpun tidak ada,kalau begini habislah bekalnya si musryik itu.

Inipun kita berandai apabila amal ibadatnya itu diterima dan berharga di sisi Tuhan.Padahal,jika kita perhatikan kembali firman-firman Allah yang ada didalam Al-Quran,semua amal ibadah si musryik itu hasilnya adalah susah,lelah,lapar,dahaga,sia-sia dan percuma saja.Nah ! kalau sudah begini bagaimana jadinya? Wallahu 'alam

Surat At-Thin ayat 6,yang berbunyi"Kecuali orang-orang beriman dan mengerjakan pekerjaan yang baik-baik(amal sholeh), maka bagi mereka itu pahala yang tiada putus-putusnya"
Sudah sangat jelas bahwasanya si mukminlah yang senantiasa segala gerak dan diamnya,hidup dan matinya serta segala amal ibadatnya adalah "dengan Tuhan", tentulah pula pahalanya tidak berkeputusan.Dia selalu Dengan Tuhan yang mempunyai pahala-pahala tersebut.
Berarti,selamanyalah dia di Alam yang kekal dan abadi,maka selama itu pulalah pahala diterimanya,Kecuali Tuhannya itu mati,maka barulah habis pahalanya (Na'uzu billahi min zaalik).
Sekarang sudah dapatlah kita memantapkan hati, betapa wajibnya kita untuk mencapai derajat "Mukmin" ini.

Kemudian ingatlah! jangan salah duga,jangan pula salah kira,dan jangan pula salah sangka. Bahwa untuk mencapai derajat mukmin terlebih dahulu adalah harus menghilangkan soal keduniaan,yakni tidak lagi memikir-mikirkan urusan, tidak lagi berusaha dan berikhtiar, atau tidak lagi bekerja. Perkiraan dan pemikiran seperti ini adalah sangat keliru dan salah, sekali lagi salah !.
Mukmin itu, dia tetaplah seperti layaknya orang hidup di dunia ini. Dia tetap berusaha dan berikhtiar, tetap bekerja, hanya saja, walaupun dia sedang berada ditempat dimana dia bekerja atau sedang berjalan ditengah keramaian pasar,tetapi dia merasa tidak dipenjarakan oleh dunia,begitulah Mukmin.


Kisah Cinta Sayyidina Ali Bin Abi Thalib k.w



Kisah ini diambil dari buku Jalan Cinta Para Pejuang, Salim A.Fillah chapter aslinya berjudul “Mencintai sejantan ‘Ali”
Ada rahasia terdalam di hati ‘Ali yang tak dikisahkannya pada siapapun. Fathimah. Karib kecilnya, puteri tersayang dari Sang Nabi yang adalah sepupunya itu, sungguh memesonanya. Kesantunannya, ibadahnya, kecekatan kerjanya, parasnya. Lihatlah gadis itu pada suatu hari ketika ayahnya pulang dengan luka memercik darah dan kepala yang dilumur isi perut unta. Ia bersihkan hati-hati, ia seka dengan penuh cinta. Ia bakar perca, ia tempelkan ke luka untuk menghentikan darah ayahnya.Semuanya dilakukan dengan mata gerimis dan hati menangis. Muhammad ibn ’Abdullah Sang Tepercaya tak layak diperlakukan demikian oleh kaumnya! Maka gadis cilik itu bangkit. Gagah ia berjalan menuju Ka’bah. Di sana, para pemuka Quraisy yang semula saling tertawa membanggakan tindakannya pada Sang Nabi tiba-tiba dicekam diam. Fathimah menghardik mereka dan seolah waktu berhenti, tak memberi mulut-mulut jalang itu kesempatan untuk menimpali. Mengagumkan!
‘Ali tak tahu apakah rasa itu bisa disebut cinta. Tapi, ia memang tersentak ketika suatu hari mendengar kabar yang mengejutkan. Fathimah dilamar seorang lelaki yang paling akrab dan paling dekat kedudukannya dengan Sang Nabi. Lelaki yang membela Islam dengan harta dan jiwa sejak awal-awal risalah. Lelaki yang iman dan akhlaqnya tak diragukan; Abu Bakr Ash Shiddiq, Radhiyallaahu ’Anhu.
”Allah mengujiku rupanya”, begitu batin ’Ali.
Ia merasa diuji karena merasa apalah ia dibanding Abu Bakr. Kedudukan di sisi Nabi? Abu Bakr lebih utama, mungkin justru karena ia bukan kerabat dekat Nabi seperti ’Ali, namun keimanan dan pembelaannya pada Allah dan RasulNya tak tertandingi. Lihatlah bagaimana Abu Bakr menjadi kawan perjalanan Nabi dalam hijrah sementara ’Ali bertugas menggantikan beliau untuk menanti maut di ranjangnya.
Lihatlah juga bagaimana Abu Bakr berda’wah. Lihatlah berapa banyak tokoh bangsawan dan saudagar Makkah yang masuk Islam karena sentuhan Abu Bakr; ’Utsman, ’Abdurrahman ibn ’Auf, Thalhah, Zubair, Sa’d ibn Abi Waqqash, Mush’ab.. Ini yang tak mungkin dilakukan kanak-kanak kurang pergaulan seperti ’Ali.
Lihatlah berapa banyak budak Muslim yang dibebaskan dan para faqir yang dibela Abu Bakr; Bilal, Khabbab, keluarga Yassir, ’Abdullah ibn Mas’ud.. Dan siapa budak yang dibebaskan ’Ali? Dari sisi finansial, Abu Bakr sang saudagar, insya Allah lebih bisa membahagiakan Fathimah.
’Ali hanya pemuda miskin dari keluarga miskin. ”Inilah persaudaraan dan cinta”, gumam ’Ali.
”Aku mengutamakan Abu Bakr atas diriku, aku mengutamakan kebahagiaan Fathimah atas cintaku.”
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan atau mempersilakan. Ia adalah keberanian, atau pengorbanan.
Beberapa waktu berlalu, ternyata Allah menumbuhkan kembali tunas harap di hatinya yang sempat layu.
Lamaran Abu Bakr ditolak. Dan ’Ali terus menjaga semangatnya untuk mempersiapkan diri. Ah, ujian itu rupanya belum berakhir. Setelah Abu Bakr mundur, datanglah melamar Fathimah seorang laki-laki lain yang gagah dan perkasa, seorang lelaki yang sejak masuk Islamnya membuat kaum Muslimin berani tegak mengangkat muka, seorang laki-laki yang membuat syaithan berlari takut dan musuh- musuh Allah bertekuk lutut.
’Umar ibn Al Khaththab. Ya, Al Faruq, sang pemisah kebenaran dan kebathilan itu juga datang melamar Fathimah. ’Umar memang masuk Islam belakangan, sekitar 3 tahun setelah ’Ali dan Abu Bakr. Tapi siapa yang menyangsikan ketulusannya? Siapa yang menyangsikan kecerdasannya untuk mengejar pemahaman? Siapa yang menyangsikan semua pembelaan dahsyat yang hanya ’Umar dan Hamzah yang mampu memberikannya pada kaum muslimin? Dan lebih dari itu, ’Ali mendengar sendiri betapa seringnya Nabi berkata, ”Aku datang bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku keluar bersama Abu Bakr dan ’Umar, aku masuk bersama Abu Bakr dan ’Umar..”
Betapa tinggi kedudukannya di sisi Rasul, di sisi ayah Fathimah. Lalu coba bandingkan bagaimana dia berhijrah dan bagaimana ’Umar melakukannya. ’Ali menyusul sang Nabi dengan sembunyi-sembunyi, dalam kejaran musuh yang frustasi karena tak menemukan beliau Shallallaahu ’Alaihi wa Sallam. Maka ia hanya berani berjalan di kelam malam. Selebihnya, di siang hari dia mencari bayang-bayang gundukan bukit pasir. Menanti dan bersembunyi.’Umar telah berangkat sebelumnya. Ia thawaf tujuh kali, lalu naik ke atas Ka’bah. ”Wahai Quraisy”, katanya. ”Hari ini putera Al Khaththab akan berhijrah. Barangsiapa yang ingin isterinya menjanda, anaknya menjadi yatim, atau ibunya berkabung tanpa henti, silakan hadang ’Umar di balik bukit ini!” ’Umar adalah lelaki pemberani. ’Ali, sekali lagi sadar. Dinilai dari semua segi dalam pandangan orang banyak, dia pemuda yang belum siap menikah. Apalagi menikahi Fathimah binti Rasulillah! Tidak. ’Umar jauh lebih layak. Dan ’Ali ridha.
Cinta tak pernah meminta untuk menanti. Ia mengambil kesempatan. Itulah keberanian. Atau mempersilakan. Yang ini pengorbanan.
Maka ’Ali bingung ketika kabar itu meruyak. Lamaran ’Umar juga ditolak.
Menantu macam apa kiranya yang dikehendaki Nabi? Yang seperti ’Utsman sang miliarderkah yang telah menikahi Ruqayyah binti Rasulillah? Yang seperti Abul ’Ash ibn Rabi’kah, saudagar Quraisy itu, suami Zainab binti Rasulillah? Ah, dua menantu Rasulullah itu sungguh membuatnya hilang kepercayaan diri.
Di antara Muhajirin hanya ’Abdurrahman ibn ’Auf yang setara dengan mereka. Atau justru Nabi ingin mengambil menantu dari Anshar untuk mengeratkan kekerabatan dengan mereka? Sa’d ibn Mu’adzkah, sang pemimpin Aus yang tampan dan elegan itu? Atau Sa’d ibn ’Ubaidah, pemimpin Khazraj yang lincah penuh semangat itu?
”Mengapa bukan engkau yang mencoba kawan?”, kalimat teman-teman Ansharnya itu membangunkan lamunan. ”Mengapa engkau tak mencoba melamar Fathimah? Aku punya firasat, engkaulah yang ditunggu-tunggu Baginda Nabi.. ”
”Aku?”, tanyanya tak yakin.
”Ya. Engkau wahai saudaraku!”
”Aku hanya pemuda miskin. Apa yang bisa kuandalkan?”
”Kami di belakangmu, kawan! Semoga Allah menolongmu!”
’Ali pun menghadap Sang Nabi. Maka dengan memberanikan diri, disampaikannya keinginannya untuk menikahi Fathimah. Ya, menikahi. Ia tahu, secara ekonomi tak ada yang menjanjikan pada dirinya. Hanya ada satu set baju besi di sana ditambah persediaan tepung kasar untuk makannya. Tapi meminta waktu dua atau tiga tahun untuk bersiap-siap? Itu memalukan! Meminta Fathimah menantikannya di batas waktu hingga ia siap? Itu sangat kekanakan. Usianya telah berkepala dua sekarang.
Engkau pemuda sejati wahai ’Ali!”, begitu nuraninya mengingatkan. Pemuda yang siap bertanggungjawab atas cintanya. Pemuda yang siap memikul resiko atas pilihan- pilihannya. Pemuda yang yakin bahwa Allah Maha Kaya. Lamarannya berjawab, ”Ahlan wa sahlan!” Kata itu meluncur tenang bersama senyum Sang Nabi.
Dan ia pun bingung. Apa maksudnya? Ucapan selamat datang itu sulit untuk bisa dikatakan sebagai isyarat penerimaan atau penolakan. Ah, mungkin Nabi pun bingung untuk menjawab. Mungkin tidak sekarang. Tapi ia siap ditolak. Itu resiko. Dan kejelasan jauh lebih ringan daripada menanggung beban tanya yang tak kunjung berjawab. Apalagi menyimpannya dalam hati sebagai bahtera tanpa pelabuhan. Ah, itu menyakitkan.
”Bagaimana jawab Nabi kawan? Bagaimana lamaranmu?”
”Entahlah..”
”Apa maksudmu?”
”Menurut kalian apakah ’Ahlan wa Sahlan’ berarti sebuah jawaban!”
”Dasar tolol! Tolol!”, kata mereka,
”Eh, maaf kawan.. Maksud kami satu saja sudah cukup dan kau mendapatkan dua! Ahlan saja sudah berarti ya. Sahlan juga. Dan kau mendapatkan Ahlan wa Sahlan kawan! Dua-duanya berarti ya !”
Dan ’Ali pun menikahi Fathimah. Dengan menggadaikan baju besinya. Dengan rumah yang semula ingin disumbangkan ke kawan-kawannya tapi Nabi berkeras agar ia membayar cicilannya. Itu hutang.
Dengan keberanian untuk mengorbankan cintanya bagi Abu Bakr, ’Umar, dan Fathimah. Dengan keberanian untuk menikah. Sekarang. Bukan janji-janji dan nanti-nanti.
’Ali adalah gentleman sejati. Tidak heran kalau pemuda Arab memiliki yel, “Laa fatan illa ‘Aliyyan! Tak ada pemuda kecuali Ali!” Inilah jalan cinta para pejuang. Jalan yang mempertemukan cinta dan semua perasaan dengan tanggung jawab. Dan di sini, cinta tak pernah meminta untuk menanti. Seperti ’Ali. Ia mempersilakan. Atau mengambil kesempatan. Yang pertama adalah pengorbanan. Yang kedua adalah keberanian.
Dan ternyata tak kurang juga yang dilakukan oleh Putri Sang Nabi, dalam suatu riwayat dikisahkan bahwa suatu hari (setelah mereka menikah) Fathimah berkata kepada ‘Ali, “Maafkan aku, karena sebelum menikah denganmu. Aku pernah satu kali jatuh cinta pada seorang pemuda ”
‘Ali terkejut dan berkata, “kalau begitu mengapa engkau mau manikah denganku? dan Siapakah pemuda itu?
Sambil tersenyum Fathimah berkata, “Ya, karena pemuda itu adalah Dirimu”
Kemudian Nabi saw bersabda: “Sesungguhnya Allah Azza wa Jalla memerintahkan aku untuk menikahkan Fatimah puteri Khadijah dengan Ali bin Abi Thalib, maka saksikanlah sesungguhnya aku telah menikahkannya dengan maskawin empat ratus Fidhdhah (dalam nilai perak), dan Ali ridha (menerima) mahar tersebut.”
Kemudian Rasulullah saw. mendoakan keduanya:
“Semoga Allah mengumpulkan kesempurnaan kalian berdua, membahagiakan kesungguhan kalian berdua, memberkahi kalian berdua, dan mengeluarkan dari kalian berdua kebajikan yang banyak.(kitab Ar-Riyadh An-Nadhrah 2:183, bab4).


C i n t a (sufi quotes)



  • Cinta menganggap sedikit pemberian yang ia keluarkan dan menganggap banyak pemberian kekasih walaupun sedikit. (Abu Yazid Al Bustami)
  • Cinta itu merangkul ketaaatan dan menentang kedurhakaan. (Sahal bin Abdullah)
  • Cinta adalah masuknya sifat-sifat kekasih pada sifat-sifat yang mencintainya. Maksudnya orang yang mencintai selalu memuji-muji yang dicintainya, sehinga orang yang mencintai tenggelam dalam ingatan sifat-sifat yang dicintainya dan melupakan segala sifat-sifat dirinya sendiri dan perasaannya pada sifat-sifat yang dimilikinya.  (Al Junaid)
  • Cinta adalah kesetiaan. (Abu Ali Ahmad Ar-Rudzabari)
  • Hakekat cinta ialah jika kamu memberi, maka kamu memberikan semua yang kamu miliki kepada orang yang kamu cintai, tanpa tersisa satu sedikitpun untukmu. (Abu Abdullah Al-Qusyairi)
  • Disebut cinta karena cinta menghapus hati dari ingatan selain yang dicintainya. (Dalf Asy-Syibli)
  • Cinta selalu menegur kelengahan dirinya. (Ahmad bin Atha)
  • Cinta itu kesenangan, sedang letak hakekatnya terletak pada ketenangannya. (Abu Ali ad-Daqaq)
  • Cinta, jika kamu cemburu pada seorang kekasih, maka orang sepertimu adalah mencintainya. (Dalf Asy-Syibli)
  • Cinta itu adalah dahan-dahan yang ditancapkan dalam hati sehingga hati akan berbuah sesuai dengan kemampuan akal. (Ahmad bin Atha)
  • Cinta bisa menyuntik darah dan menumpahkannya. (An-Nashr Abadzi)
  • Hakekat cinta tidak bisa berkurang karena kurangnya pemberian-pemberian dan tidak bisa bertambah karena kebaikan yang diberikan kepadanya. (Yahya bin Muadz)
  • Tidak benar orang yang mengaku telah mencintai Allah, tapi ia tidak menjaga batas-batas hukum Allah. (Yahya bin Muadz)
  • Jika cinta itu benar maka hilanglah rasa ketersinggungan (karena kurang sopan). (Al Junaid)
  • Cinta harus lebih mengutamakan yang dicintai. (Muhammad bin Ali al-Kattani)
  • Hakekat cinta itu terwujud jika seorang hamba mampu melupakan bagiannya dari Allah dan melupakan kebutuhan-kebutuhannya kepada Allah. (Abu Ya’qub as-Susi)
  • Cinta itu menjauhi kesenangan dalam setiap keadaan. (An-Nashr Abadzi)
  • Cinta itu berlebihan dalam kecenderungan tanpa berharap mendapatkan sesuatu. (Al Junaid)
  • Cinta itu suatu fitnah (ketidaktenangan) dalam hati sanubari. (Al Junaid)
  • Cinta itu berawal dari tipuan dan berakhir dengan kematian. (Abu Ali Ad-Daqaq)
  • Cinta itu rasa kecenderunganmu kepada sesuatu secara keseluruhan, kemudian kamu lebih mementingkan cinta itu daripada dirimu, jiwamu dan hartamu, kemudian kesetiaanmu padanya, baik ketika berada di tempat sunyi atau di tempat terbuka, kemudian ia memberitahukan kepadamu tentang keteledoran cintamu. (Haris Al-Muhasibi )
  • Cinta itu tidak patut untuk dua orang, sehingga yang satu berkata kepada oranglain. (Sarry as-Saqathy)
  • Orang yang jatuh cinta itu jika diam saja dia akan binasa, sedangkan orang yang arif jika ia tidak diam dia akan binasa. (Dalf Asy-Syibli)
  • Cinta itu apa dalam hati yang dapat membakar apa saja selain yang dicintainya.
  • Cinta itu mencurahkan segala kemampuan, sedangkan kekasih itu boleh berbuat apa saja yang dia mau.
  • Cinta itu membuka tabir dan semua rahasia. (Ahmad An-Nuri)
  • Tidak benar suatu cinta kecuali harus keluar dari penglihatan cinta menuju penglihatan kekasih dengan tidak mengetahui cintanya. (Ya’qub As-Susi)
  • Setiap cinta mempunyai tujuan. Jika telah hilang tujuan itu, maka hilanglah cinta. (Al Junaid)
  • Cinta itu sesuatu yang dapat menghapus jejakmu. (Abdullah al-Mubarak)
  • Cinta itu menyesali kesalahan untuk berbuat lurus. (Ahmad bin Atha)
  • Cinta yang sekecil sawi lebih saya sukai daripada beribadah tujuh puluh tahun tanpa cinta. (Yahya bin Muadz)
  • Cinta itu binasa dalam kelezatan, makrifat itu persaksian dan kebingungan, dan hancur dalam rasa takut. (Ahli hakekat)
  • Rindu adalah kegoncangan hati untuk menemui yang dicintainya. Kerinduan tergantung dalam cintanya. (Al Junaid)
  • Cinta lebih tinggi dari rindu, karena rindu bersumber dari cinta. (Ahmad bin Atha)
  • Cinta itu berasal dari keazalian dan menuju kepada Keabadian, serta tiada seorangpun dalam tujuh puluh ribu dunia ini yang mampu meminum setetes pun dari cinta itu hingga akhirnya menyatu di dalam-Nya. (Rabiah Adawiyah)
  • Cinta adalah buhulnya iman, di mana orang tidak akan masuk tanpa cinta. Seorang hamba tidak akan sejahtera maupun selamat dari ancaman siksa Allah tanpa cinta. Maka hendaklah hamba itu berperilaku atas dasar cinta. (Ibnu Qayyim Al-Jauziyah)
  • Cinta adalah dasar dari perwujudan segala sesuatu yang ada di alam semesta ini. Tanpa cinta, proses kehidupan tidak akan pernah terbangun dengan baik. Karena itu setiap hidup mesti memiliki cinta, kemauan dan perilaku. Dan setiap yang bergerak maka dasar yang menggerakkannya adalah cinta dan kemauan. Semua wujud tidak akan harmonis kecuali bila digerakkan oleh rasa cinta yang menjadikannya sendiri. (Ibnu Qayyim Al-Jauziyah)
  • Sungguh cinta dapat mengubah yang pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara berubah menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi, menghancur-leburkan karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya, serta membuat budak menjadi pemimpin. (Jalaluddin Rumi)
  • Cinta kepada Allah itu laksana api apapun yang dilewatinya akan terbakar. Cinta kepada Allah itu laksana cahaya apapun yang dikenainya akan bersinar. Cinta kepada Allah itu langit apapun yang dibawahnya akan ditutupnya.
  • Cinta kepada Allah itu laksana angin apapun yang ditiupnya akan digerakkannya. Cinta kepada Allah itu laksana air dengannya Allah menghidupkan segalanya. Cinta kepada Allah itu laksana bumi dari situ Allah menumbuhkan segalanya. Kepada siapa yang mencintai Allah, Dia berikan kekuasaan dan kekayaan. (Imam Ali)
  • Tugasku adalah hutang terhadap Cinta. Dengan bebas dan sukarela aku menerima apa pun yang terlarang untukku. Cinta seperti cinta seorang kekasih, kecuali sebagai pengganti mencintai gejala, aku mencintai yang Hakiki. Agama, kewajiban, adalah milik dan keyakinanku. Tujuan cinta manusia adalah menunjukkan yang terakhir, cinta sejati. Inilah cinta yang sadar. (Ibnu Arabi)
  • Hatiku mampu menerima setiap bentuk: ia adalah hamparan padang rumput bagi rusa dan biara bagi pendeta dan kuil bagi berhala dan Ka’bah bagi para Haji dan lembaran Taurat serta kitab Al-Quran. Aku menganut agama Cinta: Jalan mana pun yang diambil oleh unta-unta cinta, itulah agama dan keyakinanku. (Ibnu Arabi)
  • Cinta dalam dataran tertentu bermakna penyerahan diri sepenuhnya. Cinta tidak berkurang karena keramahan. Bahkan Sang Pencipta harus tetap bertahan di depan Sang Kekasih, meskipun diusir. Ia harus menjadikan jiwanya sebagai sapu di pintu-Nya. (Fariduddin Attar)
  • Andaikata dunia mau meraih cinta, ia tidak akan mampu dan andaikata ia mau menolaknya, ia tak akan kuasa, karena cinta itu suatu anugerah, bukan hasil usaha. Cinta berasal dari Tuhan. (Ali bin Usman al-Hujwiri)
  • Cinta itu ibarat pohon yang baik, akarnya teguh dan cabangnya menjulang ke langit. Buahnya menampakkan dirinya di hati, di lidah dan di anggota badan. Buah itu adalah ketaatan akan perintah Tuhan, dan kenangan terus menerus kepada kekasih yang memenuhi hati dan melimpah ke lidah. (Imam Ghazali)
  • Menurutnya Cinta yang hakiki adalah cinta tanpa syarat (unconditional love). Baginya Cinta adalah gelora hati terhadap yang dicintai sehingga menjadikan lupa pada diri sendiri. (Junaid al-Baghdadi)
  • Tidak layak cinta antara dua sejoli mengatakan antara yang dicinta dan yang mencinta kecuali kata “kami” (bukan “aku”). (Sirri as-Saqathy)
  • Cinta adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan Cinta menduduki derajat tertinggi. “(Allah) mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya.” (Al-Maidah:54) (Imam Al-Ghazali)
  • Agama itu cinta, cinta itu agama. (Imam Bagir)
  • Malapetaka paling besar adalah bila engkau mencintai seseorang yang sedang mencintai orang lain. Atau jika engkau mengharap kebaikan seseorang, tapi justru orang itu berharap agar kita celaka binasa. (Imam Syafi’i)
  • Engkau durhaka kepada Allah dan sekaligus menaruh cinta kepada-Nya. Ini adalah suatu kemustahilan. Apabila benar engkau mencintai-Nya, pastilah engkau taati semua perintah-Nya. Sesungguhnya orang menaruh cinta tentulah bersedia menaati perintah orang yang dicintainya. (Imam Syafi’i)
  • Di taman cinta yang indah mempesona, ibadah itu berubah menjadi keindahan dalam kehidupan yang membawa kesenangan, keriangan, dan kebahagiaan. Di bawah keteduhan naungan cinta, perintah ibadah tidak lagi menjadi beban yang harus dipikul, tetapi ia adalah suatu yang patut diterima dengan senang dan gembira. (Khalid Muhammad Khalid)
  • Minuman Cinta adalah Cahaya yang cemerlang berkalian dari Kemahaindahan Sang Kekasih. (Abul Hasan Asy-Syadzili)
  • Gelasnya adalah kelembutan yang menghubungkan ke bibir-bibir hati. (Abu Hasan As-Syadzili)
  • Sang peminum adalah pihak yang mendapat limpahan agung kepada orang-orang istimewa seperti para Auliya dan hamba-hambaNya yang saleh. Allah Yang Maha Tahu kadar kepastian dan kebajikan bagi kekasih-kekasihNya. (Abul Hasan Asy-Syadzili)
  • Sang Peminum adalah pecinta yang dibukakan keindahan cinta itu dan menyerap minuman nafas demi nafas jiwa. (Abul Hasan Asy-Syadzili). 57. Rasa minuman cinta adalah rasa dibalik orang yang terdendam rindunya ketika hijab diturunkan. (Abul Hasan Asy-Syadzili)
  • Sang peminum sejati adalah pecinta yang meneguk arak cinta itu, sejam dua jam. (Abul Hasan Asy-Syadzili)
  • Rasa segar peminuman cinta adalah bagi orang yang dilimpahi arak cinta dan terus menerus meminumnya hingga kerongkongan penuh sampai ke urat nadinya. Cahaya Allah ada dibalik minuman yang melimpah itu. (Abul Hasan Asy-Syadzili)
  • Mabuk Cinta adalah ketika seseorang hanyut dalam rasa dan hilang akal, tidak mengerti apa yang dikatakan dan diucapkan padanya. (Abul Hasan Asy-Syadzili)
  • Sadar dari mabuk cinta, adalah situasi sadar ketika gelas piala minuman cinta dikelilingkan, di hadapan mereka berbagai kondisi ruhani silih berganti, lalu kembali pada dzikir dan ketaatan. Tidak terhijabi oleh sifat-sifat dengan berbagai ragam kadar yang ada. Itulah yang disebut sebagai waktu sadar cinta. Ketika pandangannya meluas melintas batas dan pengetahuannya semakin bertambah. (Abul Hasan asy-Syadzili)
  • Cinta adalah Sifat Tuhan, yang tidak membutuhkan apapun, cinta pada selain-Nya adalah palsu. (Jalaluddin Rumi)
  • Cinta merupakan wujud cinta itu sendiri. Cinta tidak dapat digambarkan lebih jelas daripada apa yang digambarkan oleh cinta lagi. (Ibn Qayyim al-Jauziyyah)
  • Cinta yang hakiki adalah cinta tanpa syarat. Baginya Cinta adalah gelora hati terhadap yang dicintai sehingga menjadikan lupa pada diri sendiri. (Abul Qasim Junaid bin Muhammad bin Junaid al-Baghdadi)
  • Hakikat cinta adalah sesuatu yang tidak berkurang karena berpaling dan tidak bertambah karena kebaikan. (Yahya bin Muadz)
  • Hakikat cinta mengatakan bahwa kebersamaanmu dengan yang dicintai adalah dengan melepas sifat-sifatmu. (Muhammad bin al Hasan bin Mansyur)
  • Cinta sejati adalah gugurnya semua cinta dari dalam hati kecuali cinta kepada kekasih. (Fadhal al-Faraawy)
  • Cinta adalah tujuan puncak dari seluruh maqam spiritual dan Cinta menduduki derajat tertinggi. (Imam Al-Ghazali)
  • Tidak ada batasan cinta yang lebih jelas daripada kata cinta itu sendiri, membatasinya hanya akan menambah kabur dan kering maknanya. Maka batasan dan penjelasan cinta tersebut tidak bisa dilukiskan hakikatnya secara jelas, kecuali dengan kata cinta itu sendiri. (Ibnu Qayyim Al-Jauziyah)
  • Orang yang asyik Cinta kepada Allah ialah orang yang membebaskan dirinya dari segala nafsunya, dan sebagai akibat daripada itu, dia hanya menyibukkan dirinya berdzikir kepada Allah S.W.T. (Al Junaid)
  • Siapa yang tidak mau mencicipi manisnya cinta tidak akan bisa menikmati kehidupan. (Ibn Qayyim Al-Jauziyah)
  • Demi Allah, sesungguhnya sebuah cinta teramat agung untuk dapat dilihat. Ia luput dari penglihatan manusia, ia ada di dalam dada bersemayam sebagaimana api bersemayam dalam batu. Jika dinodai ia akan membakar, dan jika dicoba untuk ditinggalkan ia akan selalu membayangi. (Al-Ashmu’i)
  • Tiada orang berakal yang dipuji, namanya kondang, kecuali saat dimabuk cinta (mendalam cintanya) Tiada pemuda yang merasakan derita kehidupan, kecuali ketika ia kasmaran. (Abdullah bin Bahlul).
  • Kehidupan ini tak lebih dari gila asmara. Bila kegilaan itu telah lewat, disusul dengan kegilaan secawan anggur. Bila masa tua singgah, manusia kembali bertingkah kekanakan. (Ahmad At-Tamami)
  • Hati orang arif adalah mahligai cinta, dan hati pecinta adalah mahligai kerinduan, dan hati orang rindu adalah mahligai kedekatan. (Abu Nuiam Al-Isfahani)
  • Setiap saat cinta ini makin abadi. Setiap waktu orang makin terpukau olehnya. (Fariduddin Aththar)
  • Petualangan antara aku dan kekasihku tak ada habisnya. Sesuatu yang tanpa mula dan tanpa akhir. (al Hafiz)
  • Cinta adalah leburnya pecinta ke dalam sifat-Nya dan menetapnya yang dicinta di dalam Dzatnya. (al Junaid)
  • Kalau malaikat jatuh cinta. Dia menjadi manusia sempurna. (Fariduddin Atthar)
  • Antara pecinta dan kekasihnya tak ada antara. Ia bicara dari rindu. Ia mendamba dari rasa. (Rabiah Adawiyah)
  • Di dalam cinta tak ada pengaduan dan keluhan, karena tujuan pecinta tak lain adalah tujuan sang kekasih. (Al Bakri)
  • Diantara tanda-tanda cinta adalah sulitnya perpisahan antara pecinta dan kekasih. (Al Bakri)
http://walangkramat.wordpress.com/2011/08/31/cinta-quotes/



Syair Sufi Burdah al Bushiri (Syaikh Muhammad Al-Bushiri)

(Bag 1)

Cinta Sang Kekasih

Apakah karena Mengingat Para kekasih di Dzi Salam.
Kau campurkan air mata di pipimu dengan darah.
Ataukah karena angin berhembus dari arah Kazhimah.
Dan kilat berkilau di lembah Idlam dalam gulita malam.
Mengapa bila kau tahan air matamu ia tetap basah.
Mengapa bila kau sadarkan hatimu ia tetap gelisah.
Apakah sang kekasih kira bahwa tersembunyi cintanya.
Diantara air mata yang mengucur dan hati yang bergelora.
Jika bukan karena cinta takkan kautangisi puing rumahnya.
Takkan kau bergadang untuk ingat pohon Ban dan ‘Alam.
Dapatkah kau pungkiri cinta, sedang air mata dan derita.
Telah bersaksi atas cintamu dengan jujur tanpa dusta.
Kesedihanmu timbulkan dua garis tangis dan kurus lemah.
Bagaikan bunga kuning di kedua pipi dan mawar merah.
Memang terlintas dirinya dalam mimpi hingga kuterjaga.
Tak hentinya cinta merindangi kenikmatan dengan derita.
Maafku untukmu wahai para pencaci gelora cintaku.
Seandainya kau bersikap adil takkan kau cela aku.
Kini kau tahu keadaanku, pendusta pun tahu rahasiaku.
Padahal tidakjuga kunjung sembuh penyakitku.
Begitu tulus nasihatmu tapi tak kudengar semuanya.
Karena untuk para pencaci, sang pecinta tuli telinganya.
Aku kira ubanku pun turut mencelaku.
Padahal ubanku pastilah tulus memperingatkanku

(bag 2)

Peringatan akan Bahaya Hawa Nafsu

Sungguh hawa nafsuku tetap bebal tak tersadarkan.
Sebab tak mau tahu peringatan uban dan kerentaan.
Tidak pula bersiap dengan amal baik untuk menjamu.
Sang uban yang bertamu di kepalaku tanpa malu-malu.
Jika kutahu ku tak menghormati uban yang bertamu.
Kan kusembunyikan dengan semir rahasia ketuaanku itu.
Siapakah yang mengembalikan nafsuku dari kesesatan.
Sebagaimana kuda liar dikendalikan dengan tali kekang.
Jangan kau tundukkan nafsumu dengan maksiat.
Sebab makanan justru perkuat nafsu si rakus pelahap.
Nafsu bagai bayi, bila kau biarkan akan tetap menyusu.
Bila kau sapih ia akan tinggalkan menyusu itu.
Maka kendalikan nafsumu, jangan biarkan ia berkuasa.
Jika kuasa ia akan membunuhmu dan membuatmu cela
Gembalakanlah ia, ia bagai ternak dalam amal budi.
Janganlah kau giring ke ladang yang ia sukai.
Kerap ia goda manusia dengan kelezatan yang mematikan.
Tanpa ia tahu racun justru ada dalam lezatnya makanan.
Kumohon ampunan Allah karena bicara tanpa berbuat.
Kusamakan itu dengan keturunan bagi orang mandul.
Kuperintahkan engkau suatu kebaikan yang tak kulakukan.
Tidak lurus diriku maka tak guna kusuruh kau lurus.
Aku tak berbekal untuk matiku dengan ibadah sunnah.
Tiada aku dan puasa kecuali hanya yang wajib saja

(bag 3)

Pujian Kepada Nabi SAW

Kutinggalkan sunnah Nabi yang sepanjang malam.
Beribadah hingga kedua kakinya bengkak dan keram.
Nabi yang karena lapar mengikat pusarnya dengan batu.
Dan dengan batu mengganjal Perutnya yang halus itu.
Kendati gunung emas menjulang menawarkan dirinya.
la tolak permintaan itu dengan perasaan bangga.
Butuh harta namun menolak, maka tambah kezuhudannya.
Kendati butuh pada harta tidaklah merusak kesuciannya.
Bagaimana mungkin Nabi butuh pada dunia.
Padahal tanpa dirinya dunia takkan pernah ada.
Muhammadlah pemimpin dunia akherat.
Pemimpin jin dan manusia, bangsa Arab dan non Arab.

Nabilah pengatur kebaikan pencegah mungkar.
Tak satu pun setegas ia dalam berkata ya atau tidak.
Dialah kekasih Allah yang syafa’atnya diharap.
Dari tiap ketakutan dan bahaya yang datang menyergap.
Dia mengajak kepada agama Allah yang lurus.
Mengikutinya berarti berpegang pada tali yang tak terputus.
Dia mengungguli para Nabi dalam budi dan rupa.
Tak sanggup mereka menyamai ilmu dan kemuliaannya.
Para Nabi semua meminta dari dirinya.
Seciduk lautan kemuliaannya dan setitik hujan ilmunya.
Para Rasul sama berdiri di puncak mereka.
Mengharap setitik ilmu atau seonggok hikmahnya.
Dialah Rasul yang sempurna batin dan lahirnya.
Terpilih sebagai kekasih Allah pencipta manusia.
Dalam kebaikanya, tak seorang pun menyaingi.
Inti keindahannya takkan bisa terbagi-bagi.
Jauhkan baginya yang dikatakan Nasrani pada Nabinya.
Tetapkan bagi Muhammad pujian apapun kau suka.
Nisbatkan kepadanya segala kemuliaan sekehendakmu.
Dan pada martabatnya segala keagungan yang kau mau.
Karena keutamaannya sungguh tak terbatas.
Hingga tak satupun mampu mengungkapkan dengan kata.
Jika mukjizatnya menyamai keagungan dirinya.
Niscaya hiduplah tulang belulang dengan disebut namanya.
Tak pernah ia uji kita dengan yang tak diterima akal.
Dari sangat cintanya, hingga tiada kita ragu dan bimbang.
Seluruh mahluk sulit memahami hakikat Nabi.
Dari dekat atau jauh, tak satu pun yang mengerti.
Bagaikan matahari yang tampak kecil dari kejauhan.
Padahal mata tak mampu melihatnya bila berdekatan.
Bagaimana seseorang dapat ketahui hakikat Sang Nabi
Padahal ia sudah puas bertemu dengannya dalam mimpi
Puncak Pengetahuan tentangnya ialah bahwa ia manusia
Dan ia adalah sebaik baik seluruh ciptaan Allah
Segala mukjizat para Rasul mulia sebelumnya
Hanyalah pancaran dari cahayanya kepada mereka
Dia matahari keutamaan dan para Nabi bintangnya
Bintang hanya pantulkan sinar mentari menerangi gulita
Alangkah mulia paras Nabi yang dihiasi pekerti
Yang memiliki keindahan dan bercirikan wajah berseri
Kemegahannya bak bunga, kemuliaannya bak purnama
Kedermawanannya bak lautan, kegairahannya bak sang waktu
la bagaikan dan memang tiada taranya dalam keagungan
Ketika berada di sekitar pembantunya dan di tengah pasukan
Bagai mutiara yang tersimpan dalam kerangnya
Dari kedua sumber, yaitu ucapan dan senyumannya
Tiada keharuman melebihi tanah yang mengubur jasadnya
Beruntung orang yang menghirup dan mencium tanahnya

(bag 4)

Kelahiran Sang Nabi SAW

Kelahiran Sang Nabi menunjukkan kesucian dirinya
Alangkah eloknya permulaan dan penghabisannya
Lahir saat bangsa Persia berfirasat dan merasa
Peringatan akan datangnya bencana dan angkara murka
Dimalam gulita singgasana kaisar Persia hancur terbelah
Sebagaimana kesatuan para sahabat kaisar yang terpecah
Karena kesedihan yang sangat, api sesembahan padam
Sungai Eufrat pun tak mengalir dari duka yang dalam
Penduduk negeri sawah bersedih saat kering danaunya
Pengambil air kembali dengan kecewa ketika dahaga
Seakan sejuknya air terdapat dalam jilatan api
Seakan panasnya api terdapat dalam air, karena sedih tak terperi
Para jin berteriak sedang cahaya terang memancar
Kebenaran pun tampak dari makna kitab suci maupun terujar
Mereka buta dan tuli hingga kabar gembira tak didengarkan
Datangnya peringatan pun tak mereka hiraukan
Setelah para dukun memberi tahu mereka
Agama mereka yang sesat takkan bertahan lama
Setelah mereka saksikan kilatan api yang jatuh dilangit
Seiring dengan runtuhnya semua berhala dimuka bumi
Hingga lenyap dan pintu langitNya
Satu demi satu syetan lari tunggang langgang tak berdaya
Mereka berlarian laksana lasykar Raja Abrahah
Atau bak pasukan yang dihujani kerikil oleh tangan Rasul
Batu yang Nabi lempar sesudah bertasbih digenggamannya
Bagaikan terlemparnya Nabi Yunus dan perut ikan paus

(bag 5)

Mukjizat Sang Nabi SAW

Pohon-pohon mendatangi seruannya dengan ketundukkan
Berjalan dengan batangnya dengan lurus dan sopan
Seakan batangnya torehkan sebuah tulisan
Tulisan yang indah di tengah-tengah jalan
Seperti juga awan gemawan yang mengikuti Nabi
Berjalan melindunginya dari sengatan panas siang hari
Aku bersumpah demi Allah pencipta rembulan
Sungguh hati Nabi bagai bulan dalam keterbelahan
Gua Tsur penuh kebaikan dan kemuliaan. Sebab Nabi
dan Abu Bakar di dalamnya, kaum kafir tak lihat mereka
Nabi dan Abu Bakar Shiddiq aman didalamnya tak cedera
Kaum kafir mengatakan tak seorang pun didalam gua
Mereka mengira merpati takkan berputar diatasnya
Dan laba laba takkan buat sarang jika Nabi didalamnya
Perlindungan Allah tak memerlukan berlapis baju besi
Juga tidak memerlukan benteng yang kokoh dan tinggi
Tiada satu pun menyakiti diriku, lalu kumohon bantuan Nabi
Niscaya kudapat pertolongannya tanpa sedikit pun disakiti
Tidaklah kucari kekayaan dunia akhirat dari kemurahannya
Melainkan kuperoleh sebaikbaik pemberiannya
Janganlah kau pungkiri wahyu yang diraihnya lewat mimpi
Karena hatinya tetap terjaga meski dua matanya tidur terlena
Demikian itu tatkala sampai masa kenabiannya
Karenanya tidaklah diingkari masa mengalami mimpinya
Maha suci Allah, wahyu tidaklah bisa dicari
Dan tidaklah seorang Nabi dalam berita gaibnya dicurigai
Kerap sentuhannya sembuhkan penyakit
Dan lepaskan orang yang berhajat dari temali kegilaan
Doanya menyuburkan tahun kekeringan dan kelaparan
Bagai titik putih di masa-masa hitam kelam
Dengan awan yang curahkan hujan berlimpah
Atau kau kira itu air yang mengalir dari laut atau lembah

(bag 6)

Kemulian Al-Qur'an dan pujian terhadapnya

Biarkan kusebut beberapa mukjizat yang muncul pada Nabi
Seperti nampaknya api jamuan, malam hari diatas gunung tinggi
Mutiara bertambah indah bila ia tersusun rapi
Jika tak tersusun nilainya tak berkurang sama sekali
Segala pujian itu puncaknya adalah memuji
Sifat dan pekerti mulia yang ada pada Nabi
Ayat ayat Al Qur'an yang diturunkan Allah adalah baharu
Tapi Allah adalah kekal tak kenal waktu
Ayat-ayat yang tak terikat waktu dan kabarkan kita
Tentang hari kiamat, kaum 'Aad dan negeri Irom
Ayat ayat yang selalu bersama kita dan mengungguli
Mukjizat para Nabi yang muncul tapi tak lestari
Penuh kepastian dan tak sisakan bagi para musuh segala keraguan.
Ayat yang tak sedikit pun menyimpang dari kebenaran
Tak satu ayat pun ditentang kecuali musuh terberatnya
Akan kembali kepadanya dengan salam dan beriman
Keindahan sastranya membuat takluk penentangnya
Bak pencemburu membela kehormatan dari tangan pendosa
Baginya makna-makna yang saling menunjang bak ombak lautan
Yang nilai keindahannya melebihi mutiara berkilauan
Keajaibannya banyak dan tak terhingga
Dan keajaiban itu tak satu pun membuat bosan kita
Teduhlah mata pembacanya, lalu kukatakan padanya
Beruntunglah engkau, berpeganglah selalu pada taliNya
Jika kau baca ia karena takut panas neraka Lazha
Padamlah panas neraka Lazha karena kesejukannya
Bagai telaga Kautsar wajah pendosa jadi putih karenanya
Padahal dengan wajah hitam arang mereka datangi ia
la lurus bagai shirath, adil bagai timbangan
Kitab kitab lain takkan selanggeng ia dalam keadilan
Jangan heran pada pendengkinya yang selalu ingkar
Pura-pura bodoh padahal ia cukup paham dan pintar
Bagai orang sakit mata yang pungkiri sinar mentari
Bagai orang sakit yang lezatnya air ia pungkiri

(bag 7)

Isra' Mi'raj Nabi SAW

Wahai manusia terbaik yang dituju pekarangannya
Dijalan atau menunggangi unta yang cepat larinya
Wahai Nabi yang jadi pertanda bagi pencari kebenaran
Yang jadi karunia terbesar bagi pencari nikmat Tuhan
Malam itu kau berjalan dari Masjidil Haram ke Al Aqsha
Bagai purnama yang bergerak di malam gulita
Kau terus saja meninggi hingga sampai tempat terdekat
Yang tak seorang pun mencapai atau mengharap
Para nabi mendahulukanmu berdiri di depan
Tak ubahnya penghormatan pelayan kepada sang tuan
Kau terobos tujuh lapis langit bersama mereka
Dalam barisan para malaikat kaulah pemimpin mereka
Hingga tak satu puncak pun tersisa bagi pengejarmu
Tak sederajat pun bagi pencari kemuliaan tersisa olehmu
Karena keluhuramu, derajat menjadi rendah semua
Ketika kau diseru bagai pemimpim tunggal yang mulia
Agar kau peroleh hubungan khusus yang terselubungkan
Juga rahasia yang senantiasa tersimpan
Kau beroleh kebanggaan yang tak terbagi
Kau lewati setiap derajat tanpa seorang pun menyaingi
Sungguh agung derajat yang kau dapatkan
Sungguh jarang nikmat yang kepadamu telah diberikan
Kabar gembira wahai ummat islam bagi kita tiang kokoh
Yang dengan Inayah dari Allah, tak akan roboh
Ketika Allah juluki ia rasul termulia karena sangat taat
la rasul termulia maka jadilah kita sebaik baik umat

(bag 8)

Jiwa militan Rasulullah SAW

Berita kenabian membuat musuh takut dan gundah
Bak lolongan serigala yang takutkan si kambing lengah
Tak henti ia lawan para musuh di medan pertempuran
Hingga mereka bagai daging terserak diatas meja jamuan
Mereka ingin lari dan mati saja bak kawan yang terkapar
Mati menggelepar dikoyak Elang dan burung Nasar
Siang malam berlalu tanpa mereka kenal waktu
Hingga tiba bulan terlarang ketika Nabi hentikan perang
Islam datang bagai tamu yang singgah di pekarangan
Yang sangat ingin membunuh musuh musuh Islam
la bawa lautan pasukan diatas kuda yang meluncur
Membawa para gagah berani bagai ombak yang berdebur
Mereka pejuang yang mengharap syahid dan surga Allah
Menyerang untuk membasmi dan memusnahkan kekafiran
Sehingga berkat mereka, Islam yang semula tak dikenal
Menjadi tersohor dalarn jalinan kekerabatan yang kental
Karena keperkasaan mereka hati musuh takut dan gelisah
Apakah bedanya anak domba dan si pemberani gagah
Siapa saja yang bersama Rasulullah beroleh kemenangan
Singa di rimba bila menemuinya akan diam gemetaran
Takkan kau lihat sahabat Nabi yang tak menang
Takkan ada musuh Nabi yang tak jadi pecundang
la tempatkan umatnya dalam benteng agamanya
Bagai singa yang tinggal di hutan bersama anaknya
Seringkali Al Qur'an jatuhkan para pendebat
Seringkali dalil-dalil kalahkan musuh Muhammad
Cukup sebagai mukjizat, Nabi berilmu padahal buta huruf
Di zaman Jahiliyah, Nabi terdidik tanpa pengasuh

(bag 9)

Tawassul Kepada Nabi SAW

Kupuji Nabi dengan pujian agar dosaku diampunkan
Karena umurku habis untuk bersyair dan pengabdian
Keduanya mengalungi dosa yang menakutkan
seakan aku hewan sembelihan yang siap dikorbankan
Kuturuti godaan masa muda untuk bersyair dan mengabdi
Tiada satu pun kudapat kecuali dosa dan sesal diri
Alangkah ruginya jiwaku dalam perniagaamya
Tak pernah membeli dan menawar agama dengan dunia
Barang siapa menjual akherat untuk dunia sesaat
Jelas ia tertipu dalam setiap jual beli yang diakad
Jika kuperbuat dosa, janjiku pada Nabi tidaklah gugur
Juga tali hubunganku dengannya tidaklah terputus
Namaku juga Muhammad (Bushiri), jaminanku buat Nabi
Dialah sebaik baik manusia yang tepati janji
Jika kelak di akherat la tak sudi menolongku
Maka alangkah rugi dan celakanya diriku
Tapi mustahil ia tolak para peminta syafaatnya
Atau peminta perlindungannya pulang dengan sia sia
Semenjak kuwajibkan diriku untuk memberinya pujian
Kudapatkan Nabi sebaik baik pemberi pertolongan
Pemberiamya tak luputkan seorangpun pemintanya
Karena hujan mengguyur bunga di bukit secara merata
Dengan pujian ini tidaklah kuinginkan gemerlap dunia
Seperti yang Zuhair mula ketika ia puji Raja Haram

Abu Bakar bin Abi Syaibah (Wafat 235H)

Namanya sebenarnya adalah Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah al Kufy, seorang hafidh yang terkenal. Ia menerima hadist dari al-Ah...

Total Tayangan

Translate