TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA JANGAN LUPA LIKE, FOLLOW KOMENTAR DAN SHARE

PENGABDIAN DAN ARTINYA




AJARAN MAULANA SHEIKH MUHAMMAD NAZIM AL-HAQQANI AL-NAQSHBANDI
(Mawlans Shaykh Nazim Al_Haqqani Book on Servanthod Bahasa Language)

BISMILLAHIRRAHMAN NIRRAHIM
(Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang)

Inti Ajaran

1. Pengabdian
2. Menurut Kehendak Allah 

3. Menyenangkan Allah
4. Untuk Allah
5. Dengan Allah


Setiap ajaran merupakan gabungan ceramah Maulana Sheikh, yang diberikan dalam kurun waktu berbeda, mengenai subyek yang sama (November 1999-Juli 2000. Siprus + Damaskus).

1. Pengabdian

Tujuan keberadaan kita di dunia ini adalah untuk mengabdi.
Jalan menuju surga hanya bisa digapai melalui pengabdian, yang merupakan realitas dalam hidupmu. ( dan tiada yang tahu!).
Hal nyata dari keberadaan kita adalah pengabdian kita kepada Allah SAW. Jika kamu mengetahuinya, kamu akan memperoleh pertanyaan mengenai apa yang telah kamu lakukan dengan pengetahuan tersebut. Ini mungkin titik terpenting dalam hidup manusia.

Adalah kehormatan paling tinggi bagi manusia untuk menjadi hamba Allah dan tiada kehormatan yang lebih tinggi dari itu. Berusahalah untuk menghargai dan menghormati-Nya. Selama kau menghormati-Nya, kau akan memperoleh penghargaan dan penghormatan saat ini dan sesudahnya.
Ini adalah hal yang mudah. Ini merupakan kenyataan. SubhanAllah (Maha Suci Allah)!
Segala yang berasal dari kebaikan dan keburukan merupakan ujian bagi manusia karena mereka telah terpilih menjadi hamba Allah. Seorang astronot tidak dapat pergi ke luar angkasa tanpa melalui seleksi, ujian dan pelatihan yang sulit dan ketat. Begitu juga halnya dengan menggapai surga.
Jika kamu ingin meninggalkan nafsu kebinatangan, kamu harus memperoleh ujian sampai kamu diterima oleh Awliya, Rasulullah Muhammad SAW, kemudian oleh Allah SWT. Dan setelah itu, baru Allah menghendakimu sebagai hamba-Nya.

Lihat ke dalam dirimu sendiri. Tinggalkan nafsu kebinatanganmu dan gapailah surga.
Allah SWT telah mengingatkan hamba-hamba-Nya,” Dengarkan Aku dan Rasul terakhir, Muhammad SAW, yang Aku utus untuk menyempurnakan dirimu dan menjadikanmu setia kepada diri-Ku. Apakah kamu menyadarinya?


Segala hal diciptakan untuk tujuan tertentu. Keledai diciptakan untuk memikul beban barangmu. Anjing diciptakan untuk menjagamu. Domba diciptakan agar kamu dapat memperoleh makanan dan minuman darinya. Untuk apakah kita semua diciptakan? Untuk mengabdi kepada-Nya dan tiada lagi selain itu.
Islam diturunkan untuk membersihkan diri dan hati manusia. Jika kamu diminta Allah untuk menjadi hamba yang bersih, kamu harus mengucapkan kepada Allah,” Aku adalah hamba-Mu ya Allah.” Namun Allah SWT tidak menganggap kita sebagai hamba-Nya semata. Allah mengatakan,” Aku hormati dan hargai kamu untuk mengabdi kepada-Ku dan menjadi umat-Ku.” (Untuk itu, kamu harus merasa bangga layaknya seorang yang bekerja untuk raja).

Ia memanggilmu,” Datanglah dan ambil bagian dalam tugasmu untuk mengabdi kepada-Ku, wahai umat-Ku. Kemana kamu akan lari?” (menuju kehidupan yang kotor, ego yang jahat dan mengikuti jalan syaitan) Mengapa kamu menolak? Jangan lakukan itu!
Manusia telah kehilangan akal pikiran mereka, atau bahkan mereka tidak menggunakannya dan meninggalkannya dalam kehancuran. (Manusia mungkin hanya menggunakan sekitar 10 persen akal mereka).
Kamu diciptakan dan dianugerahkan akal agar kamu menggunakannya. Mengapa tidak kamu gunakan? (Karena 10 persen akal yang digunakan cukup untuk memenuhi nafsu fisik. Itu saja!) Dan mengapa kita dianugerahkan 90 persen bagian akal yang lain? Inilah bagian yang tidak pernah kita gunakan, inilah yang harus digunakan untuk mengabdi kepada Allah.


Bagian terbesar dari pikiran kita adalah menyiapkan diri, perasaan, fisik dan jiwa kita untuk menjadi umat yang sempurna bagi Allah.
Namun, kita tidak peduli terhadap hal itu dan meninggalkan-Nya.
Banyak orang yang sekarat dan paling tidak ada dua per tiga pikiran mereka tidak pernah digunakan.
Kita harus mempertahankan pengabdian kita kepada-Nya untuk waktu yang sedikit lebih lama. Minta Allah untuk memberimu kekuatan, agar kamu dapat mengabdi kepada-Nya dibanding kepada dunia.
Saat kau mengucapkan “La illaha ilallah, Mohammeden Abduhu wa Rasulu (Tiada Tuhan Selain Allah, Muhammad itu Rasul Allah) dan kau menerima Muhammad sebagai utusan Allah, kamu harus juga berucap:”

Ya Allah, aku juga merupakan hamba-Mu.” Jika tidak, kamu bukan merupakan syuhada. Tidak. Kamu tidak akan diterima.
Adalah hal yang bijak dalam mengatakan kalimat ini. Untuk mengatakan,” Saya juga adalah abdi-Mu (Pengabdian Muhammad bukanlah suatu masalah!)
Ego kita berkembang layaknya binatang dan tidak menerima bahwa kita mengabdi kepada-Nya.
Ambil yang seperlunya dalam kehidupan ini dan tinggalkan yang lainnya dalam mengabdi kepada Allah.


2. Menurut Kehendak Allah

Semua bergerak dan terjadi atas kehendak Allah.

Dimana tempat kepribadianku dalam ciptaan Allah? Bagaimana definisinya? Dan apa yang memberiku kekuasaan untuk ikut campur?

Setiap orang yang mengenal Allah dapat melihat bahwa semua yang terdapat di alam semesta ini diciptakan paling baik, dan tak mungkin ada yang lebih baik lagi. Mereka mengatakan,” Situasi yang kami alami saat ini adalah yang paling baik dan sempurna,” dan,” Takdir Allah SWT besok akan mengubah apa yang ada hari ini dan menempatkan semua dalam posisi yang baru. Namun, ini tidak akan pernah lebih baik dari yang ada hari ini.”

Qur’an

Setiap hari Ia bertindak dan melakukan tugas-Nya.
Kita harus membiarkan apa yang terjadi dan dikehendaki Allah SWT dan tidak mempertanyakan,” Kenapa begini?” atau “ Aku tidak setuju dengan hal ini.”
Ini adalah atribut yang dimiliki syaitan, yang selalu mengatakan,” Kenapa” atau “Tidak”.
Kita mencoba yang terbaik seperti yang dikehendaki Allah. Seperti saat seorang tentara mengatakan kepada atasannya,” Sesuai kehendak Anda, Pak.” Namun, kita tidak memberikan penghargaan yang sama kepada Allah SWT. Tidak. Kita selalu melawan, mengajukan keberatan, menentang dan tidak menyetujui kehendak Allah.

Tingkatan pertama dari adab yang baik adalah untuk mengatakan,” Terserah yang Kau inginkan, ya Allah,” bahkan saat sesuatu yang tidak kamu senangi terjadi. Kamu tidak dapat melakukan apa pun atas hal itu. Demikian, adalah hal yang sia-sia untuk menentangnya. Adalah tidak mungkin untuk melawan kehendak Allah, dan seringkali kita mengetahui hal ini tetapi tetap bersikeras melawan kehendak-Nya.
Adab yang paling baik dari seorang hamba adalah mereka yang tidak pernah mengatakan ,” Tidak” dan mereka yang tidak pernah bertanya,” Mengapa ini terjadi?” Kamu mungkin dapat mengatakannya, tapi sebenarnya kamu mengetahui bahwa kamu berbicara kepada Dia yang memiliki kehendak di atas kehendakmu.

Jika kamu mengatakan,” Aku tidak menyukai terjadinya hal ini,” atau bertanya-tanya ,” Mengapa ini terjadi?” Ini berarti kamu lebih mengutamakan keinginanmu dan bukan keinginan-Nya!
Diri dan egomu ingin diistimewakan, yang merupakan sesuatu yang mustahil. Karena ego itu, kamu bertanya,” Kenapa?” Allah mengetahui mengapa sesuatu hal terjadi. Tapi kamu tidak dapat mempertanyakannya! Kamu adalah hamba-Nya dan Ia adalah Tuhanmu. Menerima dan tidak bertanya-tanya adalah langkah pertama menuju kebaikan. Jangan lupakan tanggung jawab dan kedudukanmu sebagai hamba dan umat-Nya.
Tarekat melatih kita untuk menjadi hamba Allah dan tidak bertanya-tanya,” Mengapa kamu melakukannya?”
Ucapkan,” Ya Allah, lakukan apa yang Kau inginkan. Apa yang Kau hendaki, itulah yang terbaik bagiku.”
Melalui kebebasan yang tak terbatas, manusia kehilangan kualitas sebenarnya sebagai seorang hamba. Dan kebebasan tak terbatas ini menghilangkan semua adab baik dalam diri seorang hamba. Adapun adab terbaik adalah berserah diri kepada Allah SWT. Seorang hamba harus mengikuti keinginan, perintah dan peraturan Tuhannya. Jika kamu mengatakan,” Seperti yang Kau inginkan,” kamu akan memperoleh berkah terbesar dari Allah SWT dan Ia tidak akan pernah meninggalkanmu. Kamu akan terus merasa damai dan puas atas kehidupanmu. Kenapa kamu tidak mencobanya?
Kamu harus menerima apa yang kau pikir tidak baik bagimu dan kau ingin ubah. (Lagipula kau tidak dapat mengubah keadaan itu).

Jagalah kepentingan Allah dan berikan penghargaanmu yang tertinggi kepada-Nya agar kamu tetap bahagia, sekarang dan sesudahnya.

Semua yang dilakukan Allah SWT sudah sempurna, demikian juga dengan kehendak-Nya. Siapa yang bersikeras mengikuti kehendaknya harus pada ingat pada titik tertentu dan mengatakan,” Jika saja aku meninggalkan kehendak itu untuk Tuhanku.”
Sabarlah dan bersyukurlah saat kamu menghadapi sesuatu yang tidak kamu sukai. Tidak ada yang dapat berjalan sesuai keinginan kita. Itu adalah hal yang mustahil. Ada jutaan keinginan dan kehendak manusia. Namun, kehendak-Nya berada di atas kehendak kita semua. Adalah merupakan suatu kebodohan untuk berkeberatan atas kehendak Allah dan mengatakan,” Kenapa?” atau “Kenapa ini terjadi?”
Bagi hamba dari seorang raja, rajalah yang bertindak dan berkehendak. Bukan atas kehendak hamba itu sendiri. Hanya ada satu sultan. Mereka yang bangga atas dirinya akan mengatakan,” Mengapa ini ?” atau “ Kenapa ini terjadi?” Saat menghadapi sesuatu yang tidak kamu sukai secara pribadi, tanyalah dirimu sendiri, Siapa kamu? Dan Siapa yang ada dalam dirimu, egomu? Apa yang kamu lihat dalam bentuk fisikmu? dan Apa nilai di dalamnya? Tidak ada nilainya. Hanya tulang belulang. Siapa kamu? Kamu harus mengatakan,” Aku adalah hamba Allah SWT dan merupakan anak cucu Adam, keturunan Ibrahim dan umat Muhammad.”
Hadis
Saya ucapkan bahwa saya meyakini Allah SWT, kitab-kitab yang diturunkan-Nya, malaikat-malaikat-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan makhluk-makhluk yang diciptakan oleh-Nya, baik yang baik maupun buruk. Mulialah Allah.

Ini adalah identitas kita. Seorang muslim harus berserah diri kepada Tuhan-nya dan semua yang beriman harus beriman kepada apa yang diturunkan oleh-Nya. Inilah dasar pengabdian. Pada kehidupanmu, beberapa hal membuatmu gembira dan baik untukmu dan beberapa hal lainnya kamu tolak karena egomu. Berusahalah untuk jujur dan benar. Saat bertindak untuk Allah SWT, kau akan temukan ketenangan, kemudahan dan kebahagiaan.
Tuhan pemilik surga, jika melihatmu dan menemukanmu dengan sabar berjalan ke arah-Nya dan meminta berkah secara tulus dari-Nya, akan mulai menganugerahkanmu suatu berkah berupa kehadiran-Nya, yang akan membuatmu gembira dalam perjalananmu dan tidak lelah.
Ini penting karena setiap hari, ada saja yang menguji kesabaranmu.
Saat kamu menghadapi sesuatu yang tidak kamu sukai, kamu harus singkirkan semua keluhan dan keberatanmu dan sabar dalam pengabdianmu kepada Allah. Ingatlah, setiap saat sesuatu terjadi bertentangan dengan kehendakmu, katakan,” Ya Allah, inilah kehendakmu. Aku berserah kepada-Mu. Aku salah sebelum apa yang kau hendaki terjadi karena telah bertanya-tanya tentang apa yang bertentangan dengan kehendak-Mu. Maafkan aku.”
Jika kamu mengetahui ini, tidak ada yang akan mengganggumu.
Dan, jangan mohon apa pun kepada Allah. Ini adalah sesuatu yang bodoh. Hanya Ia yang memiliki hak untuk melakukan sesuatu bagi hamba-Nya. Bukan berdasarkan pilihanmu, tetapi berdasarkan pilihan-Nya dan hanya pilihan-Nya. Kamu adalah hamba-Nya dan Ia adalah Tuhanmu. Bahkan jika itu surga atau neraka, bergembiralah atas penilaian-Nya. Allah tahu yang terbaik.
Ucapkan,” Ya Allah, maafkan aku karena telah melibatkan diri dalam sesuatu yang bukan untukku. Aku telah mencampuri sesuatu yang merupakan kekuasaan-Mu. Ya Tuhan, maafkan aku. Seperti yang Kau hendaki.
Kita harus malu karena telah membawa keinginan kita ke hadapan Allah SWT. Ini adalah adab yang sangat rendah.
Dan kita selalu meminta imbalan balik dari Allah SWT untuk ibadah, tindakan baik atau pun pengabdian yang kita lakukan. Astagfirullah (Aku mohon ampun kepada-Mu, ya Allah). Tinggalkan itu karena Ia yang memutuskan. Kamu hanya meminta ampunan-Nya. Tak ada lagi. Dan ucapkan,” aku tidak berharga menjadi abdi-Mu.”
Ini adalah ajaran Naqshbandi. Ini adalah semangat dan spirit adab dan inti utama dari pengabdian.

3. Menyenangkan Allah

Menurut kehendak Allah berarti bertindak berdasarkan cara yang disukai Allah. Berpikir dan bertindaklah dengan seksama guna menyenangkan Allah SWT.

Dalam setiap langkah dan tindakan yang kamu ambil, berusahalah melakukan apa pun yang dapat menyenangkan Allah SWT.
Ini adalah hal yang paling penting dalam kepercayaan dan adab baik. Tindakan semacam ini, walaupun orang lain dapat melihat, merupakan hal terbaik jika dimaksudkan hanya untuk menyenangkan Allah.
Janganlah berpikir untuk berusaha menyenangkan orang lain. Jangan. Ini tidaklah penting bagimu. Manusia yang pintar adalah mereka yang ingin menyenangkan Tuhan mereka.
Tujuan kita adalah untuk menggapai keberadaan Allah SWT dan membuat Allah SWT puas dan senang atas diri kita. Kita harus mempersiapkan hal ini dan melatihnya juga. Untuk menggapai keberadaan-Nya adalah suatu kepercayaan yang kita harus bawa yang dianugerahkan Allah SWT. Jika kamu telah membuat Allah cukup dan puas atas dirimu, maka kamu akan menggapai segalanya. Ini tidak dapat diukur dengan nilai materi.

Jadilah berusahalah menyenangkan Allah.
Satu hari telah berlalu dan kamu seringkali berpikir bahwa kamu harus berbuat sesuatu untuk membuat Allah puas dan senang kepadamu. Apakah kamu memikirkannya? Seringkali kita tidak berusaha keras untuk memikirkan hal itu, yaitu berpikir untuk Allah dan mencari apakah hari ini kita dapat melakukan sesuatu yang khusus. Ya. Kamu lakukanlah tugas pengabdianmu kepada Allah. Kamu sholat lima waktu, yang merupakan perintah Allah SWT. Puasa dan sedekah juga merupakan perintah Allah. Namun, di atas perintah-perintah ini, apakah kamu duduk dan berpikir bahwa Allah sedang melihat apa yang kamu lakukan dan mengharapkanmu melakukan dan memberikan sesuatu yang khusus
untuk-Nya. Sesuatu ini hendaknya dapat membuat Allah SWT mengatakan (setiap hari), “ Wahai hamba-Ku, Aku senang dan puas melihat apa yang kamu lakukan.”
Kamu harus memikirkan hal ini. Ini akan memberikanmu kehormatan tersendiri.
Berusahalah untuk melakukan segala sesuatu demi kesenangan Allah SWT, cobalah untuk membuat-Nya puas dan senang atas dirimu dan cobalah menyenangkan diri-Nya. Allah tidak menginginkan suatu kesenangan. Namun, Allah menyukai hamba-Nya yang berusaha menyenangkan diri-Nya, dan membuat-Nya puas dan senang kepada mereka.

(Dan Allah senang selama kau juga merasa senang).

Barang siapa hendak menyenangkan Allah, mereka hendaknya merasa gembira dan senang dengan sendirinya. Dan barang siapa melupakan Allah, mereka akan dilupakan oleh-Nya. Mereka yang tidak melupakan Allah, mak mereka tidak akan dilupakan oleh Allah. Janganlah melupakan Allah SWT!
Allah SWT berkata,” Wahai hamba-Ku, jangan lupakan diri-Ku. Sebenarnya Aku selalu bersamamu tetapi kamu tidak bersama-Ku.” Dan Ia berkata lagi,” Berusahalah untuk dekat dengan-Ku dan kamu akan menemukan apa yang sedang tidak kamu harapkan.”

Keajaiban terbesar yang dianugerahkan Allah kepada hamba-hamba-Nya adalah kemampuan untuk menjaga pengabdian untuk-Nya secara terus-menerus. Allah tidak menyukai hamba-Nya yang melakukan sesuatu hari ini dan meninggalkan hal tersebut keesokan harinya atau melakukan perintah-Nya selama dua hari dan kemudian lari pada hari ketiga. Bahkan jika tindakan tersebut memakan waktu sebentar, jika orang tersebut melakukannya secara terus menerus, Allah menyukai hamba-Nya ini. Mengapa? Karena Allah senang memberi hamba-Nya ini secara terus menerus. Selama Allah melihat bahwa kita selalu berpaling kepada-Nya dan berusaha dan bekerja untuk terus menyenangkan-Nya, hal tersebut akan berlanjut.
Ya, Allah SWT memang menghendaki hamba-Nya untuk meminta berkah dan nikmat-Nya, yang Ia berikan secara terus-menerus.

Pengabdian kepada Allah adalah pengabdian dan pengakuan atas keberadaan-Nya. Dan ini tidak akan pernah membebanimu.
Kita harus meminta Allah agar terus memberikan berkah, nikmat dan anugerah-Nya. Jika kamu memiliki banyak keran air, tetapi kamu menutup semuanya, kamu akan kekurangan air. Jika kamu membuka salah satu keran air itu, kamu tidak akan pernah kekurangan air. Kita bergulat dan memaksa ego kita agar tetap mengabdi kepada Allah SWT Bahkan jika kamu melakukan 2 rakaat sholat setiap hari, atau mengucapkan La illah illallah (Tiada Tuhan selain Allah) dan seratus kali kalimat salawat, ini akan membuat hubunganmu dengan surga tetap terjaga dan ini pasti datang dari berkah dan anugerah yang diberikan Allah. Namun, jika kamu meninggalkan dan menutup setiap keran tersebut, maka tak ada nikmat dan anugerah yang akan diberikan Allah SWT kepadamu. Ini dikarenakan kamu tidak berusaha menyenangkan Allah atau meminta Allah untuk memberimu nikmat, melalui sholat doa-doa yang mudah. Allah, dengan demikian, tidak akan membuat hidupmu gembira, tenang dan damai. Di sini, jika kamu menghendaki untuk memperoleh hidup yang penuh berkah dan damai, inilah caranya.

Berusahalah sebanyak mungkin menjaga hubunganmu dengan Allah SWT melalui pengabdianmu kepada-Nya.

Allah memberi lebih banyak lagi dari surga-Nya kepada teman-teman yang dikehendaki-Nya, yang merupakan hamba dari keberadaan-Nya dan yang banyak bersujud.
Melakukan sholat di malam hari tidaklah mungkin jika kamu tidak memiliki hasrat dan merasakan kecintaan yang besar kepada Allah. (Seperti juga rasa hormat yang besar, harapan dan rasa takut). Sholat malam juga mensyaratkan perasaan yang sangat bijak. Apakah kamu pikir sebuah mobil dapat bergerak bila tidak ada bensin di dalamnya?
Jangan sholat dan menyembah Allah untuk meminta-Nya memberikan surga kepadamu atau melakukan sesuatu untukmu. Jangan. Berusahalah untuk membebaskan dirimu dari keinginan itu. Cintai Allah dan mintalah hanya agar Ia puas dan senang atas dirimu.
Jika Allah gembira dengan tindakan-tindakan, karakter dan adabmu, Ia akan membuatmu gembira dan menyenangkan hatimu. Jika tidak, kamu tidak akan gembira. Ini penting bagi manusia yang berjalan pada jalur yang akan membuat Allah menyenanginya. Tidak semua jalan diterima oleh Allah SWT. Tidak. Ada berbagai macam jalan dan cara yang tidak disetujui oleh Allah. Allah tidak menyukai hamba-Nya mencari jalan, yang tidak meminta nikmat dan kesenangan kepada Allah dan tidak meminta Allah untuk menyenanginya. Allah SWT menyukai hamba-Nya yang meminta nikmat dan kesenangan dari diri-Nya. Jadi kita harus mengecek apakah nikmat dan kesenangan tersebut datang dari Allah.
Allah tanpa henti mengawasi tindakan yang diambil hamba-hamba-Nya dan adalah kewajiban manusia untuk mengetahui bahwa Allah mengawasi dan mengetahui setiap langkah yang mereka ambil. Dan Allah tidak pernah meninggalkan mereka untuk itu.

Mereka yang mencoba menggapai dan meminta dekat dengan Allah akan menemukan jalan yang lapang untuk merasakan keberadaan-Nya. Ia akan penuh dengan kebahagiaan. Jika Allah tidak berkehendak untuk dekat denganmu, maka neraka yang akan mengambil alih dirimu.
Sangatlah penting dalam hidup untuk bertanya, mengetahui dan bertindak. Tanyalah,” Untuk apa aku diciptakan?” Yakinlah atas jawabannya dan penuhi dirimu dengan tujuan dari jawaban tersebut.
Untuk meniatkan sesuatu dalam hidup ini adalah omong kosong. Siapapun yang hidup untuk menyenangkan Allah Sang Pencipta adalah makhluk yang lebih pintar, melebihi yang paling pintar.
Carilah setiap kesempatan untuk melakukan berbagai tindakan baru yang dapat membawamu mendekati keberadaan Allah.
Mudah-mudahan Allah memberimu keberhasilan untuk membuat diri-Nya puas terhadap dirimu.
Berusahalah untuk menggapai rasa puas Allah SWT sehingga Ia akan merasa puas terhadap dirimu. Jika seseorang merasa senang dan puas atas Tuhan-Nya, maka segala hal akan memuaskan diri mereka. Dan seseorang tidak pernah membuat diri Allah senang dan puas, maka segala hal akan berbalik melawan dirinya dan musuh-musuhnya pun akan berlari untuk menendangnya.

Allah SWT bersabda (kepada Nabi Musa AS di Gurun Sinai sekitar 4000 tahun yang lalu) ,” Aku akan merasa cukup dan puas atas dirimu jika kamu juga merasa cukup dan puas atas diri-Ku.” Mudah saja. “Jika kamu merasa bahagia atas diriku, aku akan bahagia atas dirimu. Jika kamu mencintaiku, aku juga mencintaimu.” Ini adalah rasa bijak yang tak akan pernah berakhir.

Kita bersyukur kepada Allah SWT atas kesehatan, tempat tinggal, makanan, pakaian, uang dan rejeki dan kendaraan yang kita miliki. Sama sekali tak ada alasan bagi kita untuk berkeluh kesah. Kita sekarang mengatakan,” Ya Allah, kami merasa cukup dan puas atas diri-Mu!” Namun apakah hal yang sama akan terjadi jika keadaan tidak menyenangkan menimpa kita? Bagaimana jika Allah menjadikan kita miskin atau sakit-sakitan? Kita juga harus merasa puas dan bersyukur kepada Allah SWT.
Setiap beban atau kesulitan yang menimpa kita, kita harus mengucapkan,” Ya Allah, kami bersyukur kepada-Mu. Segala pujian bagi-Mu dan aku adalah hamba-Mu.” Pada saat kesulitan muncul, akan terlihat jelas apakah kamu puas dan bersyukur kepada Allah SWT atau tidak Mudah mengatakan bahwa kamu merasa puas dan bersyukur kepada Allah SWT pada saat situasi normal. Namun, jika kesulitan menimpamu dan kamu tetap merasa puas dan bersyukur kepada Allah SWT, ini berarti Ia akan merasa puas dan senang kepada dirimu. Ini adalah pelajaran yang dapat diambil dari keadaan Nabi Musa AS.
Cepatlah bersujud jika kamu menginginkan Allah menyukaimu dan kamu mengharapkan akhir hidup yang baik dan aman. Berusahalah sebisa mungkin untuk terus mengindahkan hal ini dan terjaga. Sedetik saja kamu tidak mengindahkan ini, kamu mungkin dapat terjerumus dalam lembah kegelapan yang dalam dan terlempar jauh dari keberadaan Allah.

Berusahalah menyenangkan Allah SWT atau kamu berusaha untuk menyenangkan dirimu sendiri. Tidak ada lagi jalan lain. Semua hak dan kehendak adalah untuk Allah semata dan setiap saat hanya ditujukan untuk Allah semata dan bukan untuk dirimu sendiri. Setiap desah nafasmu adalah untuk Allah dan bukan untuk dirimu sendiri. Sama sekali tak ada untuk dirimu sendiri Begitu.

Tingkatan tertinggi dalam iman dan kepercayaan hidup manusia adalah untuk menyerahkan keputusan akhir kepada Allah SWT dan berkata,” Hanya aku semata untuk-Mu, ya Allah dan semua yang aku lakukan hanyalah untuk-Mu semata. Setiap saat hanya kutujukan untuk menyenangkan diri-Mu dan setiap tindakan yang aku lakukan hanyalah untuk-Mu semata, ya Allah. Semua itu untuk menyenangkan diri-Mu. “ Sampai saat itu terjadi, kita tidak akan pernah merasakan indahnya hidup.
Setiap hari, setiap langkah pertama yang kamu jejakkan di atas tanah, ucapkan,” Ya Allah, aku melangkah untuk diri-Mu. Bantulah aku. Dengan kebesaran-Mu, jika Kau merasa puas dan senang atas diriku, aku berharap dapat melangkah dan melawan egoku dan melewati hambatan setinggi gunung-gunung besar. “Ya, dengan bantuan Allah, kamu dapat melakukan apapun dan apapun yang kamu lakukan akan terasa mudah. Jadi, kendalikan langkahmu setiap hari, dan selangkah demi selangkah, perhatikan langkahmu baik-baik untuk menyenangkan Allah SWT.
Berusahalah untuk menyenangkan Allah SWT dan memperoleh berkah dan nikmat dari-Nya. Ini akan berlangsung selamanya.
Apapun yang kamu sedang lakukan, lakukan hanya untuk-Nya dan agar Ia senang dan puas, kemudian Ia akan memberimu nikmat-Nya. Allah menyukai hal ini.
Jika Allah SWT memberikan lautan ampunan yang dapat melindungimu dari segala arah, seperti layaknya seekor ikan di lautan tanpa adanya daerah atau tempat yang kering, maka kamu akan berada dalam kedamaian. Lari dari berkah dan ampunan-Nya adalah layaknya lari dari lembah-lembah hijau yang penuh dengan sumber air menuju gurun pasir yang asing bagimu. Kita sering melakukan hal-hal semacam ini, yang membawa kita pergi dari cahaya yang terang.
Segala hal di dunia ini dimaksudkan Allah SWT untuk membawa kesenangan dan kepuasan bagimu dan bukannya membawa masalah. Apapun yang kita perlukan sebenarnya berada di depan kita sehingga kita tidak perlu mencarinya lagi.
Allah berkata,” Mereka adalah hamba-Ku dan mereka hendaknya merasa puas dengan segalanya, yang datang dari segala penjuru. Cukup dan puaslah atas diri-Ku, demikian Aku akan puas dan cukup atas diri mereka. Tak ada satu pun yang dapat melukai ataupun membuat mereka sedih. Tidak ada. Yang ada hanyalah kepuasan dan kenikmatan.

4. Untuk Allah

Kita telah diminta untuk berpikir masak-masak mengenai apa yang kita lakukan setiap saat. Tanggung jawab semacam ini memberikan kehormatan tersendiri bagi kita. Kamu mesti memahami apa yang sedang kamu lakukan dan untuk siapa dan apa kamu melakukan hal tersebut, seperti misalnya bergerak, lari dan mempertanyakan sesuatu. Pikirkanlah hal ini. Apa yang menjadi tujuanmu? Apa pun yang kamu lakukan untuk memenuhi ego pribadimu atau kehidupan ini adalah suatu kesalahan dan akan hilang pada akhirnya. Hal semacam itu sifatnya sementara dan karenanya, tidak memiliki nilai tertentu. Namun, apa yang kamu lakukan untuk Allah sifatnya abadi.
Jika aku sedang duduk, maka dudukku dan istirahatku ditujukan kepada Allah. Jika aku bergerak ataupun tidak bergerak, itu ditujukan kepada Allah. Dan aku berserah diri kepada Allah. Apa yang Ia perintahkan kepadaku untuk dilakukan, aku akan kerjakan hal itu.
Tanggung jawab muncul pada saat kamu bangun. Demikian, kamu harus mencari untuk apa dan siapa kamu lakukan suatu perilaku atau tindakan dan apa keuntungan dari perilaku atau tindakan tersebut. Jika kamu tidak merasakan keuntungan dari perilaku atau tindakan tersebut untuk dirimu sendiri dan lainnya, maka tinggalkanlah perilaku atau tindakan tersebut. Jika tidak, kamu akan merasakan kerugian pada saat kamu melakukannya.
Semua yang ada dan kamu lakukan hendaknya untuk Allah semata. (Ini adalah poin dan peraturan yang penting). Semua yang kepunyaan Allah harus juga ditujukan kepada Allah semata. Ini adalah iman yang sebenarnya dan kamu telah diberitahu dan ditawarkan untuk menjaga peraturan ini dengan sempurna. Karena kamu tahu bahwa semua yang ada ditujukan kepada Allah, kamu harus melakukan semuanya untuk Allah semata. Jika kamu hidup, maka hiduplah demi Allah. Jika kamu meninggal, maka meninggallah untuk Allah. Jika kamu makan, maka makanlah untuk Allah. Jika kamu minum, maka minumlah untuk Allah. Jika kamu sedang membangun sesuatu, maka bangunlah sesuatu itu untuk Allah. Jika kamu berbicara, maka apa pun yang kamu ucapkan hendaknya ditujukan kepada Allah. Demikian , semua yang kamu lakukan adalah ibadah. Jika semua tindakan dan waktumu ditujukan kepada Allah, maka Allah SWT akan selalu mengingat hamba-Nya ini dan membantu mereka. Mengapa? Karena mereka hidup demi Allah dan melakukan segala sesuatu untuk Allah. Ia akan membantu mereka.

Manusia sering jatuh ibarat daun mati yang berjatuhan dari pohon. Mereka tidak lagi melakukan apa pun untuk induk mereka (pohon). Mereka hanya bertindak untuk diri mereka sendiri dan tidak memikirkan Allah atau pun melakukan segala sesuatu untuk pencipta mereka, Allah. Dunia telah membodohi manusia dengan materi dan menyebabkan mereka melupakan sisi spiritual mereka. Kita harus menjaga sisi spiritual kita selama 24 jam sehari. Namun, seringkali kita melupakannya bahkan untuk 24 detik saja.
Segala sesuatu yang ada adalah untuk Allah. Begitu juga kamu. Demikian, segala sesuatu yang kamu lakukan harus ditujukan untuk Allah semata.
Allah mengawasi dan mengetahui niat kita. Jika niat kita ditujukan untuk Allah, Ia tidak akan meninggalkan kita ke tangan setan. Tidak! Allah akan menjaga dan membantumu. Allah melihat ke dalam hati kita dan Ia mencari tahu apakah kita bertindak untuk memenuhi ego pribadi kita atau nafsu fisik kita semata. Jika itu terjadi, maka Allah akan mengurangi bantuan-Nya kepada kita. Ia mengetahui apakah kamu mengikuti jalan dan perintah-Nya atau tidak. Jika kamu tidak mengikuti jalan dan perintah-Nya, maka Ia akan meninggalkanmu untuk sementara. Demikian, mungkin kamu akan kembali lagi kepada dirimu yang sebenarnya.

Jika kamu bekerja dan bertindak untuk Allah semata, pekerjaan dan tindakanmu akan memperoleh berkah dan diterima oleh-Nya. Jika kamu tidak melakukannya untuk Allah, maku kamu sebenarnya menyia-nyiakan dirimu sendiri dan menghancurkan kepribadianmu. Masalah yang tidak habis-habisnya akan menimpamu. Jadi, perhatikan tindakanmu. Apakah itu kamu lakukan untuk Allah? Perhatikan setiap hari, berapa jam yang kamu habiskan untuk Allah, berapa lama kamu merasakan keberadaan Allah dan berapa lama kamu habiskan untuk diri dan ego pribadimu.
Saat kamu makan, minum, bekerja, beribadah, berhati-hatilah hanya untuk Allah. Ini akan menjadikanmu kuat dan bahagia dan hidup akan terasa manis dan menyenangkan. Allah menjadikan hidup ini manis dan menyenangkan, dan bukannya berat dan pahit, bagi mereka yang beriman kepada-Nya. Hidup yang berat dan pahit hanya ditujukan kepada mereka yang tidak beriman kepada-Nya dan mereka yang telah melakukan hal-hal buruk.

Lakukan segala sesuatu untuk Allah semata. Berikan hidup dan matimu untuk Allah. Tak ada lagi selain itu Biarkan mereka yang ingin mengambil alih dunia ini. Mereka sebenarnya ingin menikmati berbagai hal keduniawian, bahkan saat makan dan minum. Tidak. Nikmat itu datangnya dari Allah SWT dan jiwa dan hati kita ditujukan untuk memperoleh berkah yang tiada habisnya dari Allah SWT.

Dengan bekerja untuk Allah dan ketaatanmu kepada-Nya, Allah akan menyelimutimu dengan cahaya-Nya. Setelah itu, kamu harus menjaga dan melindungi cahaya Allah SWT tersebut. Kamu harus mampu mengorbankan nafsu fisik dan duniawimu. Dengan begitu, kekuatan spiritual akan cepat dan mudah menggapai jiwamu.
Jangan kehilangan kepercayaan kepada Sang Pencipta, yang mengatakan,” Aku menjamin makan dan minummu. Dan jika kamu ada untuk diri-Ku, Aku akan menjadikan segala sesuatu mudah untukmu. Jika kamu percaya kepada-Ku, Aku tidak akan pernah membuatmu lelah dan bosan.” Ini akan menjadikanmu lega dan senang. Jangan berpikir tentang apa pun. Hanya beribadah. Allah pernah berkata,” Berimanlah kepada-Ku dan Aku akan menjadikan segala sesuatu mudah bagimu.” (Ini adalah prinsip terpenting dalam Islam).
Mereka yang ada untuk Allah mengetahui bahwa mereka merasa cukup dengan keberadaan Allah. Lebih dari cukup Kita beriman dan percaya kepada Allah dan selalu berusaha melakukan segala sesuatu untuk-Nya. Ingatlah ini sebagai jalan yang aman. Carilah kehormatan semacam ini dari Allah, dan bukannya dari hal lain.

Suatu bangunan atau rumah yang tidak dibangun untuk memperoleh penghormatan dari Allah SWT dan penghargaan dari Rasulullah SAW akan runtuh nantinya. Sebaliknya, jika suatu bangunan dibangun untuk memperoleh penghormatan Allah SWT dan penghargaan Allah SWT, kamu akan merasa lega dan gembira. Tidak akan ada beban yang kamu pikul nantinya. Lakukanlah segala sesuatu demi Allah semata. Ketahuilah hak-Nya untuk itu. Bekerjalah hanya untuk Allah dan tiada lagi selain itu.
Kamu boleh melakukan segala sesuatu, tetapi kamu harus berusaha agar semua itu ditujukan untuk Allah SWT semata. Lakukan itu agar Allah SWT merasa senang kepadamu. Jika tidak, kamu akan jatuh ke dalam lautan dalam dan gelap. Demikian dalam dan gelap sampai-sampai kamu tidak dapat muncul kembali ke permukaan.
Caramu hidup akan sama dengan caramu meninggal dan caramu dibangkitkan kembali dari kematian. Hiduplah demi Allah. Siapa pun yang mengikuti perkataan Nabi akan mematuhi Allah. Hiduplah demi Allah dan tak perlu bagimu untuk takut atas segala sesuatu dalam hidup.
Sejumlah orang mengatakan bahwa kita harus belajar atau kita harus melakukan sesuatu. Tidak. Seluruh hidup kita adalah untuk Islam dan Islam sendiri adalah untuk Allah. Saat kamu melangkah, jadikan langkah itu untuk Allah. Inilah cara mempraktekkan prinsip-prinsip Islam. Kamu harus melihat kemana pun kamu melangkah dan kemana kamu memandang. Apakah kamu sedang memandang sesuatu untuk Allah atau untuk ego pribadimu? Saat kamu sedang membentangkan tanganmu dan menangkap sesuatu, kamu harus mengetahui untuk siapa kamu membawa atau menyentuh sesuatu. Dan ingat saat kamu mendengarkan sesuatu. Apakah kamu melakukan itu untuk Allah atau untuk egomu? Saat kamu berbicara, kamu harus mengetahui apakah kamu berbicara untuk egomu atau untuk Allah. Dan juga saat kamu duduk, memikirkan sesuatu, tidur, ataupun makan. Untuk siapa kamu melakukan semua itu? Apakah untuk dirimu sendiri atau untuk Allah? Ingat itu setiap hari dan setiap saat.
Allah harus memegang kendali atas setiap helaan nafas. Setiap helaan nafas ditujukan kepada Allah. Pfff….pfff…pfff (menghela nafas diam-diam). Siapa yang dapat memegang kendali atas setiap saat, tindakan dan hela nafas adalah hamba Allah yang sebenar-benarnya. Kita harus berusaha membawa diri kita dalam kerangka berpikir semacam ini.
Jangan lakukan sendirian. Setiap helaan nafas yang kamu hasilkan, ingatlah dengan siapa kamu ada. Ini sudah cukup. Ini merupakan suatu latihan dan praktek.
Jika kamu tidak lupa, maka setiap saat adalah waktu beribadah kepada Allah atau waktu melayani Allah.

Dalam setiap saat dan helaan nafas, kamu sedang melayani dan menggapai keberadaan Allah dan namamu akan tercatat sebagai hamba Allah yang sebenarnya. Cobalah. Ini merupakan suatu tindak lanjut.
Jangan sia-siakan hidupmu.


5. Dengan Allah

Jangan biarkan dunia menyibukkan pikiranmu. Lakukanlah semua bersama dan selalulah berpikir tentang Allah SWT.

Kamu adalah manusia. Ciptaan Allah yang paling tinggi tingkatannya dan paling berharga. Kehormatan hanya ditujukan bagi mereka yang mengabdi kepada Allah. Dan banyak yang mengejar mereka ini guna menjadikan mereka berpaling dari jalan yang mereka ikuti. Inilah yang dapat dilakukan para pengejar mereka karena sebenarnya, orang-orang ini tidak dapat mengambil hati dan keimanan mereka yang mengabdi kepada Allah. Orang-orang tadi mungkin dapat mengganggumu secara fisik, tetapi mereka tidak dapat mengganggu keimananmu. Kamu harus memilih apakah hati dan imanmu selalu bersama Allah atau menuruti duniawi. Jika hatimu bersifat keduniawian, orang-orang tadi dapat mengganggu hati dan keimananmu. Namun, jika hati dan imanmu kamu tujukan kepada Allah SWT, mereka tidak akan dapat mengganggumu. Allah sendiri yang akan melindungimu supaya orang-orang tersebut tidak dapat mengganggumu.

Jika hatimu selalu bersama Allah, maka apa yang dilakukan oleh tubuhmu secara fisik tidak akan pernah melukaimu. Tidak akan pernah!
Tak pernah terpikirkan oleh kita untuk dekat dengan Allah SWT secara fisik. Namun, jika kamu menjaga hati dan jiwamu untuk bersama Allah SWT, kamu akan menjadi lebih dekat dengan keberadaan-Nya. Ini akan membawa tubuhmu untuk merasakan keberadaan-Nya. Sebaliknya, jika kamu mengikuti nafsu dan hasrat fisikmu semata, jiwa dan hatimu tidak akan dapat membawamu untuk merasakan keberadaan-Nya.
Mereka yang hidup benar-benar merasakan kehidupan bersama Allah. Paling tidak, saat kita melakukan sholat dan berdoa, kita harus mencoba untuk bersama dengan Allah SWT. Ini akan terasa setelah kita melakukan doa dan sholat dan berkah Allah akan terus terasa dalam semua tindakan kita terus-menerus selama 24 jam. Kehormatan ditujukan bagi mereka yang hidup. Kita bersumpah dan berjanji kepada Allah untuk bersama-Nya dan tidak akan pernah meninggalkan-Nya. Namun, seringkali, kita meninggalkan-Nya.
Kehormatan adalah bagi mereka yang beriman. Ini semua tergantung kepada cahaya (Nur) mereka. Tingkatan dan kedekatan mereka dengan Allah, saat ini dan sesudahnya, tergantung kepada cahaya mereka. Jadi, kita harus mencari cahaya tersebut dalam diri kita.
Tak ada satu waktu pun dimana Rasulullah SAW tidak bersama Allah. Jika beliau tidak bersama Allah dalam setiap tindakannya, lalu ia bersama siapa? Apa lagi yang lebih penting selain bersama Allah? Apakah ada kehormatan yang lebih tinggi selain duduk bersama Allah? Allah sendiri pernah berkata, seperti yang dikutip oleh Rasulullah,
Hadis
“Aku sedang berada dengan ia yang mengingat-Ku”
Jika kamu bersama Allah, maka Allah akan bersamamu. Dan inilah yang dikehendaki dari dirimu. Ucapkanlah,” Ya Allah, Kaulah yang selalu aku minta (tujuan hidupku)”.
Setiap orang yang hendak bepergian ke suatu tempat selalu memiliki suatu tujuan dalam otak dan pikirannya. Tujuanmu adalah untuk menggapai suatu yang tunggal.
Semua kesulitan dan masalah yang menimpa manusia muncul karena mereka berada jauh dari Allah. Mereka yang jauh dari Allah tidaklah bersama Allah. Semua kesulitan, dosa, keputusasaan, kekhawatiran, bahaya yang terdapat dalam dunia ini muncul karena manusia berada jauh dari Allah.
Mereka yang mencapai suatu yang tunggal dapat melakukan hal ini karena mereka bersama Allah. Hal ini layaknya tetesan air yang jatuh, dekat dan kian dekat dengan lautan. Dan saat tetesan air ini larut dalam lautan, tiada lagi yang tersisa dari dirinya.
Semua masalah dan keluhan muncul karena manusia berada jauh dari Allah.
Semua ajaran sufi, terutama Naqshbandi, menganjurkan manusia agar memohon kedekatan dan bersama Allah. Allah berada dekat denganmu, tetapi kamu tidak berada bersama-Nya. Allah tidak melupakanmu. Ia selalu bersamamu dimanapun kamu berada, di alam barzakh, pada hari kiamat, yaitu saat kamu dibangkitkan dari alam kubur untuk dihisab segala amal perbuatanmu ataupun di surga. Tidak ada satu pun tempat dimana Allah tidak bersama hamba-Nya.

Saat-saat bersama Allah adalah saat yang paling indah dan bernilai dibanding saat-saat lainnya.

Bersamalah dengan Allah. Dimana sebenarnya Allah? Allah adalah sang Maha Pencipta. Keberadaannya berlangsung selamanya. Tak ada permulaan dan tak ada akhirnya. Tak satu pun di dunia ini yang dapat menyamai Allah. Hanya ada satu Allah.
“Dimanakah Allah?” Kamu tidak dapat menanyakan hal ini. Namun, kamu dapat menanyakan pertanyaan-pertanyaan ini,” Apakah ada tempat di dunia ini dimana Allah tidak ada? Adakah tempat-tempat tersebut? Bisakah kamu menemukan tempat tersebut?” Keberadaan seutuhnya hanyalah dimiliki oleh Allah semata. Keberadaannya terasa dimana-mana. Kamu mengetahui hal ini atau tidak?

Allah ada bersama elemen massa terkecil. Bahkan jika elemen tersebut masih lebih kecil dari sebuah atom, Allah masih bersama elemen tersebut. Jika tidak, maka elemen itu sebenarnya tidak ada. Allah harus bersama semua yang telah Ia ciptakan. Demikian, kamu dapat mengajukan permintaan kepada-Nya.
Allah sebenarnya tidak berada jauh darimu. Namun, seringkali kamu jauh dari dirimu sendiri karena kamu tidak mengenal siapa dirimu secara fisik maupun spiritual. Tidak seorang pun yang mengetahui dengan baik identitas pribadi, ego pribadi maupun jiwa mereka. Sisi spiritualmu tersembunyi di dalam dirimu.

Untuk mengetahui sisi spiritual ini, kamu harus melakukan perjalanan panjang dan sulit. Demikian harus dilakukan selangkah demi selangkah guna memperoleh identitas spiritual dalam dirimu.

Allah SWT senang jika para hamba-Nya menangis, berteriak dan meminta sesuatu dari diri-Nya. Selalu. Dan Ia senang jika kita bertindak layaknya seekor singa. Mereka yang berada bersama Allah adalah layaknya singa. Mereka yang memilih mengikuti ego mereka adalah layaknya seekor serigala, yang merupakan binatang yang jahat dan senang menyakiti. Singa adalah raja hutan. Saat ia mengaum, yang lainnya menjadi takut. Singa tidak pernah takut. Semua hewan hidup berkelompok, tetapi singa hidup sendiri dan tidak menerima yang lain dalam wilayahnya. Roarrrrrr! (seperti bunyi auman singa).

Sumber: www.nurmuhammad.com As-Sayed Nurjan Mirahmadi

Muhammad Bin Sirin (Wafat 110 H)











Nama lengkapnya adalah Muhammad bin Sirin al-Anshari, ia adalah seorang ahli fiqh yang zuhud dan tekun beribadah, ayahnya bekas sahaya Anas bin Malik yang membelinya dari Khalid bin al-Walid yang menawannya di Ain at-Tamr di gurun pasir Irak dekat al-Anbar. Sebelumnya Anas menjanjikan kebebasan bagi budaknya itu bila Sirin membayar sejumlah uang. Sirin melunasinya dan bebaslah ia. Ibu Muhammad bin Sirin bernama Shaffiyah yang pernah menjadi sahaya Abu Bakar.

Muhammad bin Sirin lahir dua tahun menjelang masa pemerintahan Utsman, ia sempat bertemu dengan 30 orang sahabat, tetapi tidak pernah melihat abu Bakar dan Abu Dzarr al-Ghifari. Ia juga tidak mendengar langsung hadits dari Ibnu Abbas atau Abu Darda’ atau Imran bin Hushain, atau sayyidah Aisyah. Namun ia meriwayatkan dari beberapa hadist musnad dari Zaid bin Tsabit, Anas bin Malik, Abu Hurairah, Hudzaifah bin al-Yaman dan beberapa lainnya.

Diantara orang yang meriwayatkan dari Ibnu Sirin adalah Asy-Sya’bi, al-Auza’I, Ashim al-Ahwal, Malik bin Dinar dan Khalid al-Hadzdza.

Hisyam bin Hisan berkata tentangnya:” Dia Orang Paling Jujur yang pernah aku jumpai”, Abu Awanah menambahkan “ Aku pernah meliha Ibnu sirin dan tak seorangpun melihatnya tanpa sedang berzikir kepada Allah Ta’ala”. Dan komentarnya Abu Sa’ad adalah “ Dia dipercaya memang teguh amanat, tinggi kedudukannya dan banyak ilmunya”.
Ia wafat pada tahun 110 H

Disalin dari Biografi Ibnu Sirin dalam Tahdzib at Tahdzib 9/241 karya Ibnu Hajar Asqalani.

Sa’id bin Jubair (wafat 95 H)


Nama lengkapnya adalah Sa’id bin Jubair al-Asadi al-Kufi, yang mempunyai julukan “Abu Abdillah”, Ia seorang ahli fiqh, pembaca al-Qura’an yang fasih dan ahli ibadah. Sufyan ats-Tsauri lebih mendahulukannya dari pada Ibrahim an-Nakha’I, ia berkata:” Ambilah tafsir dari empat orang, yaitu dari Sa’id bin Jubair, Mujahid, Ikrimah dan adl-Dlahhak”.
Ibnu Jubair pernah menulis untuk Abdullah bin Utbah bin Mas’ud ketika Abdullah menjadi Qodli di Kuffah. Sesudah itu ia menulis untuk Abi Burdah bin Abi Musa.
Sa’id bin Jubair meriwayatkan dari Abdullah bi az-Zubair, Anas bin Malik, Abu Sa’id al Qudri, dari mereka ini hadits-haditsnya Musnad. Namun, Ia tidak mendengar langsung dari Abu Hurairah, Abu Musa al-Asy’ari, Ali, Sayiidah Aisyah. Jadi semua riwayatnya dari mereka adalah Mursal.
Mengenai hal ini Yahya bin Sa’id berkata:” Hadits-hadits Mursal Sa’id lebih aku sukai dari pada hadist-hadist Mursal Atha’”.
Yang meriwayatkan hadits dari Sa’id bin Jubair antara lain: al-Amasi, Mansyur bin al-Mu’tamir, Ya’la bin Hakim,ats-Tsaqafi, dan Simak bin Harb.
Maimun bin Mahran berkata:” Sa’id bin Jubair meninggal dunia, saat orang orang membutuhkan ilmunya”.
Ia wafat pada tahun 95 H di Kuffah.
Disalin dari Biografi Sa’id bi Jubair dalam Thabaqat Ibn Sa’ad 6/178, Tahdzib at Tahdzib Ibn Hajar 4/11

TIPOLOGI KEPRIBADIAN MANUSIA DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN

Kepribadian merupakan “keniscayaan”, suatu bagian dalam (interior) dari diri kita yang masih perlu digali dan ditemukan agar sampai kepada keyakinan siapakah diri kita yang sesungguhnya. Dalam Al-Qur’an Allah telah menerangkan model kepribadian manusia yang memiliki keistimewaan dibanding model kepribadian lainnya. Di antaranya adalah Surah al-Baqarah ayat 1-20. Rangkaian ayat ini menggambarkan tiga model kepribadian manusia, yakni kepribadian orang beriman, kepribadian orang kafir, dan kepribadian orang munafik.[1]
Pada dasarnya manusia diberikan fitrah oleh Allah berupa memeluk Agama Isalam dan bertauhid, namun ketika manusia itu dilahirkan ke dunia, manusia dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga tingkahlakunya berubah. Firman Allah dalam QS Ar-Rum ayat 30.
  Artinya: Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui (QS Ar-rum ayat 3.
Maksudnya ciptaan Allah. manusia diciptakan Allah mempunyai naluri beragama Yaitu agama tauhid. kalau ada manusia tidak beragama tauhid, Maka hal itu tidaklah wajar. mereka tidak beragama tauhid itu hanyalah lantara pengaruh lingkungan.
Dalam memendang konsep dan pilsafat tentang manusia, maka tidak lepas dari pandangan Islam itu sendiri. Dalam Islam, manusia memang makhluk yang memiliki dimensi-dimensi yang kompleks. Manusia dimanpun dan beragama apapun tidak terlepas dari yang dinamakan jasad dan roh. Oleh karena itu manusia harus mengetahui eksistensi dia sebagai manusia agar hidupnya baik.


1.      Pengertian Tipe Kepribadian

Dalam kamus chaplin kata “tipe” memiliki pengertian sebagai “satu pengelompokan individu yang dapat dibedakan dari orang lain karena memiliki satu sifat khusus”. Setiap manusia memiliki kepribadian yang berbeda-beda. Sejalan dengan itu, maka istilah kepribadian sampai saat ini belum bias di definisikan secara mendetail, meskipun sudah ada beberapa teori yang membahas tentang itu.[2]
Adapun pengertian kepribadian sebagaimana dikatakan oleh Allport yaitu organisasi yang dinamis dalam diri individu tentang system psiko-fisik yang menentukan penyesuainnya yang unik terhadap lingkungan.[3]
Kepribadian adalah istilah untuk menyebutkan tingkah laku seseorang secara terintegrasikan dan bukan hanya beberapa aspek saja dari keseluruhan itu. Kepribadian tidak menyatakan sesuatuyang bersifat statis, seperti bentuk badan atau ras tetapi menyertakan keseluruhan dan kesatuan dari tingkah laku seseorang. Kepribadian tidak berkembang secara pasif saja, tetapi orang mempergunakan kapasitasnya secara aktif untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan sosal.[4]


2.      Fungsi Jiwa Manusia

Tentang kepribadian, pada awalnya Carl Gustav jung menemukan, bahwa manusia memiliki empat macam fungsi jiwa, yaitu pikiran dan perasaan, keduanya berbentuk rasional. Kemudian pengindraan (sensasi) dan intuisi, keduanya berbentuk irasional. Rasional bekerja dengan penilaian, pikiran melihat segala sesuatu menurut criteria menyenangkan. Irasional tidak memberikan penilaian, tetapi semata-mata mendapat pengamatan. Pengindraan mendapat pengamatan dengan sadar indra, sedangkan intuisi mendapatkan penamatan secara tidak sadar naluriah. Dalam bentuk table digambarkan sebagai berikut:
Fungsi jiwa.[5]
Fungsi jiwa
Sifat jiwa
Cara bekerja jiwa
Pikiran
Rasional
Dengan penilaian: benar atau alah
Perasaan
Rasional
Dengan penilaian: senang atau tidak senang
Pengindraan
Irasional
Tanpa penilaian: sadar indra
Intuisi
Irasional
Tanpa penilaian: tidak sadar naluriyah



3.      Struktur Kepribadian Manusia

Ada beberapa persi dalam pemberian struktuk kepribadian manusia. Menurut Al-Ghazali dalam bastaman membagi menjadi empat, yaitu qalbu, roh, nafs, dan akal. Sementara itu, Al-Ghazali dalam versi mujib membagi tiga yaitu hawa nafs, aql dan qalb, ketiganya disebut nafs, kemudian dibagi kepada dua secara garis besar yaitu jasad dan roh.
a.       Qalb (hati)
Qalb menurut Ibnu Araby adalah suatu organ tubuh yang menghasilkan pengetahuan yang benar, intuisi yang menyeluruh, mengenal Allah SWT. Dan misteri ketuhanan. Singkatnya hati adalah bagian organ segala sesuatu yang memenuhi syarat untuk mengetahui ilmu ghaib.
Sifat qalb yang seperti inilah yang kemudian disebut dengan istilah rasio qalbani yang ada dalam nafs, sebagai penjelmaan selfish-self, yaitu tempat mengaktualisasikan segala potensi yang ada dalam qalb berupa kekuatan rohani sehingga berdampak pada tindakan atau prilaku.
Dengan demikian qalb adalah bagian spiritual manusia. Ia ada, tetapi keberadaanya hanya dapat dirasakan, seperti tiupan angin yang semilir terasa menyejukan. Kesepadanan gerak rohani serupa dengan keberadaan wahyu dan ilham, sehingga kebenaran bagi mereka yang terbuka dan tersingkap tabir dibalik dirinya adalah sama dengan kebenaran wahyu.[6]
b.      Jism (jasmani)
Jasmani adalah struktur terluar manusia, berupa badan atau tubuh fisik biologis. Keberadaannya dapat dilihat oleh mata kepala, bentuk rupanya dapat dinilai langsung. Banyak manusia yang akal pikirannya hanya mampu memberikan penilaian pada sesuatu yang bersifat jasmani. Mereka mengagumi dan mendewakannya walaupun sebenarnya patamorgana, dijadikan dari tanah dan akan kembali lagi ke tanah.
Jasmani ini akan menemani manusia hingga terpisahnya nyawa dari raganya. Ia akan kembali menyatu dengan tanah menjadi santapan cacing dan belatung. Sebagai salah satu struktur adanya jasmani ini karena adanya:
1)      Hawa nafsu
Hawa nafsu adalah dorongan (syahwat) kepada sesuatu yang bersifat rendah, segera dan tidak mengindahkan nilai-nilai moral.
2)      Nafsu syahwat
Syahwat merupakan fitrah kecenderungan yang bersifat universal. Menurut Mubarok, syahwat adalah menjalankan sesuatu yang mengikuti fitrah seperti menyukai lawan jenis, menyayangi anak, dan sebagaianya.
c.       Nafs (psikis)
Psikis merupakan gejala psikologi yang dapat disaksikan dan diindrai, jika telah terakumulasi dalam bentuk tingkah laku, baik yang disengaja ataupun gerakan refleks. Hal positif dari psikis adalah rasa saying dan ramah, sedangkan negatifnya akan ditemukan pada sifat emosi, marah, dengki, dan sebagainya.[7]


4.      Dinamika Kepribadian Manusia

Kepribadian menurutu psikologi Islam adalahintegrasi sitem qalbu, akal, dan nafsu manusia menimbulkan tingkah laku.  Aspek nasfsiyah manusia memiliki tiga daya yaitu, qalbu, akal, dan nafsu.
Kepribadian sesungguhnya produk dari interaaksi diantara ketiga komponen tersebut, hanya saja ada salah satunya yang lebih mendominasinya dari omponen lain. Kepribadian manusia memiliki beberapa dinamika, yaitu:[8]
1.      Kepribadian amarah (nafs al-Amarah) adalah kepribadian yang cenderung pada tabiat jasad dan mengejar pada prinsip-prinsip kenikmatan. Sesuai dengan firman Allah surat Yusuf ayat 53.
      
Artinya: dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena Sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.(QS yusuf: 53).[9]
2.      Kepribadian lawwamah (nafs al-Lawwamah) adalah kepribadian yang telah memperoleh cahaya qalbu, lalu ia bangkit untuk memperbaiki kebimbangan antara dua hal. Kepribadian lawwamah adalah kepribadian yang di dominasi oleh akal. Firman Allah QS al-Qiyamah ayat 2.
  
Artinya:  dan aku bersumpah dengan jiwa yang Amat menyesali (dirinya sendiri). Maksudnya: bila ia berbuat kebaikan ia juga menyesal kenapa ia tidak berbuat lebih banyak, apalagi kalau ia berbuat kejahatan.

3.      Kepribadian muthmainah adalah kepribadian yang telah diberi kesempurnaan nur qalbu, sehingga dapat meninggalkan sifat-sifat yang tercela. Firman Allah QS Al-Fajr ayat 27-28.
Artinya: Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.[10]


5.      Tipe-tipe kepribadian

Manusia diciptakan di muka bumi ini bersuku-suku. Dan setiap suku dari sekian banyak suku itu, memiliki ciri khas masing-masing. Eropa misalnya, memiliki ciri khusus berupa kulitnya yang putih (bule). Sedangkan Afrika, identik dengan kulitnya yang hitam legam. Begitu pula manusia-manusia yang lain, yang berdomisili di luar kedua benua tersebut.
Seberapapun kontras perbedaan (fisik) yang dimiliki oleh manusia, namun Al-Quran telah mengklasifikasikan mereka menjadi tiga golongan (tipe).
Para psikolog memandang kepribadian sebagai struktur dan proses psikologis yang tetap, yang menyusun pengalaman-pengalaman individu serta membentuk berbagai tindakan dan respons individu terhadap lingkungan tempat hidup.  Dalam masa pertumbuhannya, kepribadian bersifat dinamis, berubah-ubah dikarenakan pengaruh lingkungan, pengalaman hidup, ataupun pendidikan. Kepribadian tidak terjadi secara serta merta, tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Dengan demikian, apakah kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan kehidupan seseorang tersebut.[11]
Dalam kepribadian manusia terkandung sifat-sifat hewan dan sifat-sifat malaikat yang terkadang timbul pergulatan antara dua aspek kepribadian manusia tersebut. Adakalanya, manusia tertarik oleh kebutuhan dan syahwat tubuhnya, dan adakalanya ia tertarik oleh kebutuhan spiritualnya.
Al-Qur’an mengisyaratkan pergulatan psikologis yang dialami oleh manusia, yakni antara kecenderungan pada kesenangan-kesenangan jasmani dan kecenderungan pada godaan-godaan kehidupan duniawi. Jadi, sangat alamiah bahwa pembawaan manusia tersebut terkandung adanya pergulatan antara kebaikan dan keburukan, antara keutamaan dan kehinaan, dan lain sebagainya. Untuk mengatasi pergulatan antara aspek material dan aspek spiritual pada manusia tersebut dibutuhkan solusi yang baik, yakni dengan menciptakan keselarasan di antara keduanya.
Disamping itu, Al-Qur’an juga mengisyaratkan bahwa manusia berpotensi positif dan negatif. Pada hakikatnya potensi positif manusia lebih kuat daripada potensi negatifnya. Hanya saja daya tarik keburukan lebih kuat dibanding daya tarik kebaikan.
Potensi positif dan negatif manusia ini banyak diungkap oleh Al-Qur’an. Di antaranya ada dua ayat yang menyebutkan potensi positif manusia, yaitu Surah at-Tin ayat 5 (manusia diciptakan dalam bentuk dan keadaan yang sebaik-baiknya) dan Surah al-Isra’  ayat 70 (manusia dimuliakan oleh Allah dibandingkan dengan kebanyakan makhlik-makhluk yang lain). Di samping itu, banyak juga ayat Al-Qur’an yang mencela manusia dan memberikan cap negatif terhadap manusia. Di antaranya adalah manusia amat aniaya serta mengingkari nikmat (Q.S. Ibrahim : 34), manusia sangat banyak membantah (Q.S. al-Kahfi: 54), dan manusia bersifat keluh kesah lagi kikir (Q.S. al-Ma’arij : 19).
Sebenarnya, dua potensi manusia yang saling bertolak belakang ini diakibatkan oleh perseteruan di antara tiga macam nafsu, yaitu nafsu ammarah bi as-suu’ (jiwa yang selalu menyuruh kepada keburukan), nafsu lawwamah (jiwa yang amat mencela), dan nafsu muthma’innah (jiwa yang tenteram). Konsepsi dari ketiga nafsu tersebut merupakan beberapa kondisi yang berbeda yang menjadi sifat suatu jiwa di tengah-tengah pergulatan psikologis antara aspek material dan aspek spiritual.
Berikut ini adalah sifat-sifat atau ciri-ciri dari masing-masing tipe kepribadian berdasarkan apa yang dijelaskan dalam rangkaian ayat tersebut.


1.      Kepribadian Orang Beriman (Mu’minun)

Mereka ini adalah golongan manusia yang meyakini tentang keberadaan Allah dengan seyakin-yakinnya. Tidak cukup itu saja, untuk membuktikan keimanan yang bersemayam di dalam hati tersebut, merekapun mengikrarkannya dengan lisan, kemudian mewujudkannya dengan paraktek-praktek ibadah yang mereka lakukan setiap harinya.
Itulah ciri iman (attashdiqu bilqalbi wattaqriru billisani wal’amalu biljawarih/arkani). Keimanan seseorang akan sempurna ketika ketiga unsur ini benar-benar diaplikasikan. Begitupun sebaliknya, ketika salah satunya tidak terlaksana, maka dia belum termasuk al-mukminu al-haqiqiyyu (mukmin yang sejati).
Untuk golongan pertama ini, Allah menjamin bahwa tempat mereka diakhirat kelak adalah surga. Firman-Nya:
ž“sesungguhnya, orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan, mereka adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka adalah surga ‘adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai….(Al-Bayyinah: 7-8)
Dikatakan beriman bila ia percaya pada rukun iman yang terdiri atas iman kepada Allah swt., iman kepada para malaikat-Nya, iman kepada Kitab-kitab-Nya, iman kepada para rasul-Nya, percaya pada Hari Akhir, dan percaya pada ketentuan Allah (qadar/takdir). Rasa percaya yang kuat terhadap rukun iman tersebut akan membentuk nilai-nilai yang melandasi seluruh aktivitasnya. Dengan nilai-nilai itu, setiap individu seyogianya memiliki kepribadian yang lurus atau kepribadian yang sehat. Orang yang memiliki kepribadian lurus dan sehat ini memiliki ciri-ciri antara lain:
a.       Akan bersikap moderat dalam segala aspek kehidupan,
b.      Rendah hati di hadapan Allah dan juga terhadap sesama manusia,
c.       Senang menuntut ilmu,
d.      Sabar,
e.       Jujur, dan lain-lain.[12]
Gambaran manusia mukmin dengan segenap ciri yang terdapat dalam Al-Qur’an ini merupakan gambaran manusia paripurna (insan kamil) dalam kehidupan ini, dalam batas yang mungkin dicapai oleh manusia. Allah menghendaki kita untuk dapat berusaha mewujudkannya dalam diri kita. Rasulullah saw. telah membina generasi pertama kaum mukminin atas dasar ciri-ciri tersebut. Beliau berhasil mengubah kepribadian mereka secara total serta membentuk mereka sebagai mukmin sejati yang mampu mengubah wajah sejarah dengan kekuatan pribadi dan kemuliaan akhlak mereka. Singkatnya, kepribadian orang beriman dapat menjadi teladan bagi orang lain.


2.      Kepribadian Orang Kafir (Kafirun)

Kelompok yang kedua adalah orang-orang kafir, yaitu orang-orang yang ingkar akan keberadaan Allah. Jangankan untuk menjalankan perintah-perintah-Nya, sekedar untuk mempercayai-Nya saja, mereka enggan. Mereka justru mengejek orang-orang yang beriman, dan mengatakan bahwa mereka adalah orang-orang yang bodoh, yang tidak berilmu. Demikianlah predikat yang diberikan oleh mereka kepada orang-orang yang beriman. Namun ingatlah, tuduhan-tuduhan tersebut telah dibantah Allah melalui firman-Nya:
   
“dengan karunia Tuhanmu engkau (Muhammad) bukan orang gila” (Al-Qalam: 2).

Untuk golongan ini, tiadalah tempat kembali mereka di akhirat kelak, kecuali neraka jahannam. Itu sesuai dengan keterangan Allah dalam Al-Quran:

Artinya: “sesungguhnya, orang-orang kafir dari golongan ahli kitab dan orang-orang musrik (akan masuk) ke neraka jahannam; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Mereka itu adalah sejahat-jahat makhluk.” (Al-Bayyinah: 6)

Ciri-ciri orang kafir yang diungkapkan dalam Al-Qur’an antara lain:
a.       Suka putus asa,
b.      Tidak menikmati kedamaian dan ketenteraman dalam kehidupannya,
c.       Tidak percaya pada rukun iman yang selama ini menjadi pedoman keyakinan umat Islam,
d.      Mereka tidak mau mendengar dan berpikir tentang kebenaran yang diyakini kaum Muslim,
e.       Mereka sering tidak setia pada janji, bersikap sombong, suka dengki, cenderung memusuhi orang-orang beriman,
f.       Mereka suka kehidupan hedonis, kehidupan yang serba berlandaskan hal-hal yang bersifat material. Tujuan hidup mereka hanya kesuksesan duniawi, sehingga sering kali berakibat ketidakseimbangan pada kepribadian,
g.      Mereka pun tertutup pada pengetahuan ketauhidan, dan lain-lain.Ciri-ciri orang kafir sebagaimana yang tergambar dalam Al-Qur’an tersebut menyebabkan mereka kehilangan keseimbangan kepribadian, yang akibatnya mereka mengalami penyimpangan ke arah pemuasan syahwat serta kesenangan lahiriah dan duniawi. Hal ini membuat mereka kehilangan satu tujuan tertentu dalam kehidupan, yaitu beribadah kepada Allah dan mengharap rida-Nya untuk mengharap magfirah serta pahala-Nya di dunia dan akhirat.[13]

3.      Kepribadian Orang Munafik (Munafiqun)

Adapun golongan ketiga, adalah golongan orang-orang munafik, yaitu mereka yang secara dzahir menampakkan keimanan mereka di hadapan orang-orang mukmin, namun, batin mereka, hati mereka sebenarnya mengingkari hal tersebut.
Karena perilaku mereka ini mencerminkan orang-orang beriman, maka untuk mendeteksi keberadaan mereka ini relatif sulit. Kitapun dilarang untuk menjastifikasi seseorang sebagai orang munafik, sebab manusia hanya diperbolehkan untuk menghukumi sesuatu sesuai dengan apa yang nampak (dzahir). Adapun di luar itu (bathin) adalah urusan Allah. 
Al-Quran dan As-Sunnah hanya memberikan cirri-ciri tentang mereka. Dan  salah satu dari pada ciri orang munafik ialah ketika mereka mengerjakan shalat, maka mereka mengerjakanya dengan malas-malasan. Sedang di dalam hadits, Rasulullah SAW menerangkan, bahwa cirri-ciri mereka itu ada tiga, pertama, ketika ia berjanji, ia mengingkari. Ketika berbicara, ia berduasta. Dan yang terakhir, ketika ia dipercaya, maka ia berhianat. 
Untuk golongan yang terakhir ini, tempat kembali mereka di akhirat kelak, sama dengan kelompok yang kedua, yaitu neraka, karena kalau ditinjau dari segi keimanan, mereka masih termasuk orang-orang kafir. Firman Allah, “(bujukan orang-orang munafik itu) seperti (bujukan) setan ketika ia berkata pada manusia “kifirlah kamu!” kemudian ketika manusia itu menjadi kafir ia berkata, “sesungguhnya aku berlepas diri dari kamu, karena sesungguhnya aku takut kepada Allah, Tuhan semesta alam”. Maka kesudahan bagi keduanya, bahwa keduanya masuk ke dalam neraka, kekal di dalamnya. Demikianlah balasan bagi orang-orang dzolim” (Al-Hasyr: 16-17)
Dari ketiga golongan di atas, jelas, bahwa golongan pertama adalah golongan yang terbaik, golongan yang akan membawa kita kepada kebahagian di dunia dan di akhirat. Tidak ada jalan lain untuk meraih itu semua, selain dengan membuktikan keimanan kita kepada-Nya.
Akhirnya, marilah kita senantiasa berdo’a kepada Allah, mudah-mudahan kita senantiasa dimasukkan ke dalam golongan ini sampai akhir hayat kita. Sehingga, kelak ketika kita menghadap-Nya, kita menghadap dengan jiwa yang tenang, jiwa yang telah dijanjikan dengan syurga.  
“Wahai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang ridha dan diridhainya. Maka masuklah kedalam golongan hamba-hamba-Ku. Dan masuklah ke dalam syurga-Ku. (Al-Fajr: 27-30).
Munafik adalah segolongan orang yang berkepribadian sangat lemah dan bimbang. Di antara sifat atau watak orang munafik yang tergambar dalam Al-Qur’an antara lain:
a.       Mereka “lupa” dan menuhankan sesuatu atau seseorang selain Allah swt.,
b.      Dalam berbicara mereka suka berdusta,
c.       Mereka menutup pendengaran, penglihatan, dan perasaannya dari kebenaran,
d.      Orang-orang munafik ialah kelompok manusia dengan kepribadian yang lemah, peragu, dan tidak mempunyai sikap yang tegas dalam masalah keimanan.
e.       Mereka bersifat hipokrit, yakni sombong, angkuh, dan cepat berputus asa.
Ciri kepribadian orang munafik yang paling mendasar adalah kebimbangannya antara keimanan dan kekafiran serta ketidakmampuannya membuat sikap yang tegas dan jelas berkaitan dengan keyakinan bertauhid.

Berangkat dari teori kepribadian di atas, maka kita dapat membagi kepribadian manusia menjadi dua macam, yaitu:


1.      Kepribadian kemanusiaan (basyariyyah)

Kepribadian kemanusiaan di sini mencakup kepribadian individu dan kepribadian ummah. Kepribadian individu di antaranya melliputi ciri khas seseorang dalam bentuk sikap, tingkah laku, dan intelektual yang dimiliki masing-masing secara khas sehingga ia berbeda dengan orang lain. Dalam pandangan Islam, manusia memang mempunyai potensi yang berbeda (al-farq al-fardiyyah) yang meliputi aspek fisik dan psikis. Selanjutnya, kepribadian ummah meliputi ciri khas kepribadian muslim sebagai suatu ummah (bangsa/negara) muslim yang meliputi sikap dan tingkah laku ummah muslim yang berbeda dengan ummah lainnya, mempunyai ciri khas kelompok dan memiliki kemampuan untuk mempertahankan identitas tersebut dari pengaruh luar, baik ideologi maupun lainnya yang dapat memberikan dampak negatif.


2.      Kepribadian samawi (kewahyuan)

Yaitu, corak kepribadian yang dibentuk melalui petunjuk wahyu dalam kitab suci Al-Qur’an, sebagaimana termaktub dalam firman Allah sebagai berikut.
  Dan, bahwa (yang kami perintahkan ini) adalah jalan-Ku yang lurus, maka ikutilah Dia, dan janganlah kamu mengikuti jalan-jalan (yang lain), karena jalan-jalan itu mencerai-beraikan kamu dari jalannya. Yang demikian itu diperintahkan Allah agar kamu bertakwa. (Q.S. al-An’am : 153)
Itulah beberapa gambaran mengenai psikologi dan kepribadian manusia dalam Al-Qur’an. Tentu gambaran di atas belum sepenuhnya berhasil meng-cover keseluruhan maksud Al-Qur’an mengenai manusia dengan segala kepribadiannya yang sangat kompleks. Sebab, begitu luasnya aspek kepribadian manusia sehingga usaha untuk mengungkap hakikat manusia merupakan pekerjaan yang sukar.
Walaupun demikian, paling tidak penjelasan di atas dapat memberikan gambaran bahwa manusia memiliki dua potensi yang saling berlawanan, yaitu potensi baik dan potensi buruk. Dua potensi ini lantas memilah manusia ke dalam tiga kategori, yaitu mukmin, kafir, dan munafik. Pembinaan kepribadian manusia lewat pendidikan yang baik akan menuntun manusia agar bisa memperkokoh potensi baiknya sehingga ia bisa memaksimalkan tugas utamanya untuk beribadah kepada Allah dan menjadi khalifah Allah di muka bumi. Sebaliknya, pembinaan kepribadian manusia yang kurang maksimal akan memerosokkan manusia ke dalam derajat yang sangat rendah, bahkan lebih rendah dari binatang.


Dinamika kepribadian ada 3.

1.      Kepribadian amarah
2.      Kepribadian lawwamah
3.      Kepribadian muthmainah

Tipe-tipe kepribadian

1.      Kepribadian Orang Beriman (Mu’minun)
2.      Kepribadian Orang Kafir (Kafirun)
3.      Kepribadian Orang Munafik (Munafiqun)



DAFTAR PUSTAKA

§  Ramayulis Dan Samsul Nizar, Filsafat Pendidikan Islam: Telaah Sistem Pendidikan Dan Pemikiran Para Tokohnya , Kalam Mulia,Jakarta: 2009.
§  Shihab, Umar,  Kontekstualitas Al-Qur’an: Kajian Tematik atas Ayat-ayat Hukum dalam Al-Qur’an,penamadani, Jakarta: 2005.
§  Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta: 2004
§  Sapuri, Rafy,  Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manusia Modern, PT Raja Grapindo Persada, Jakarta: 2008.
§  Syamsul Yusuf, dkk, Teori Kepribadian, Rosda, Bandung: 2008.
§  Jalulddin, Psikologi Agama, PT Raja Grapindo Persada, Jakarta: 1998.
§  Rani Anggraeni Dewi, “Kepribadian (Psikologi Al-Qur’an)”, dalam www.pusakahati. com, 28 Desember 2009.
§  Hikmawati, Fenti, Bimbingan Konseling, PT Raja Grapindo Persada, Jakarta: 2011.
§  Jalaluddin Al-Mahali, Jalaluddin As-Suyuthy, Tafsir Jalalain, Al-Haromaen Jaya Indonesia, Departemen Agama: 2008.


[1] Jalaluddin Al-Mahali, Jalaluddin As-Suyuthy, Tafsir Jalalain, Al-Haromaen Jaya Indonesia, Departemen Agama: 2008. Hal,. 2-3.
[2] Rafy Sapuri, Psikologi Islam Tuntunan Jiwa Manusia Modern, PT Raja Grapindo Persada, Jakarta, 2008. Hal, 149.
[3] Syamsul Yusuf, dkk, Teori Kepribadian, Rosda, bandung, 2008, hal,. 4.
[4] Jalalddin, Psikologi Agama, Raja Grapindo Persada, Jakarta, 1998, hal,. 151.
[5] Rafy Sapuri, Psikologi Islam, Op. Cit, Hal,. 152.
[6] Rafy Sapuri, psikologi Islam, op,cit,. hal. 161.
[7] Ibid, hal,. 165.
[8] Fenti Hikmawati, Bimbingan Konseling, PT Raja Grapindo Persada, Jakarta, 2011, hal,. 116.
[9] Ibid,. hal. 118.
[10] Ibid,. hal. 120.
[11] Zuhairini, dkk., Filsafat Pendidikan Islam bumi Aksara, Jakarta: 2004, hlm. 186.
[12] Rani Anggraeni Dewi,  “Kepribadian (Psikologi Al-Qur’an)”, dalam www.pusakahati. com, 28 Desember 2009.
[13] Umar Shihab, Kontekstualitas Al-Qur’an: Kajian Tematik atas Ayat-ayat Hukum dalam Al-Qur’an, penamadani, Jakarta: 2005,  hlm. 105-106.

Abu Bakar bin Abi Syaibah (Wafat 235H)

Namanya sebenarnya adalah Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah al Kufy, seorang hafidh yang terkenal. Ia menerima hadist dari al-Ah...

Total Tayangan

Translate