TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA JANGAN LUPA LIKE, FOLLOW KOMENTAR DAN SHARE

DETIK–DETIK TERAKHIR WAFATNYA RASULULLAH SAW



Saudaraku, sejarah kehidupan Rasulullah SAW memang merupakan hal yang sangat penting diketahui setiap muslim. Darinya seseorang akan mendapatkan gambaran utuh tentang kehidupan seorang muslim yang ideal dalam semua sisi dan fase kehidupannya. Hal tersebut tidaklah berkelebihan, karena Allah SWT memang telah menyiapkan kepribadian Rasulullah SAW sebagai panutan utama kaum muslimin.

Sesuai Firman – Nya :
”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab : 21)

Dan yang harus diketahui adalah Nabi Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir.

Sesuai Firman Allah SWT yang termaktub didalam kitab suci Al-Qur’an :
”Muhammad itu bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu tetapi ia adalah Rasul Allah dan Penutup para Nabi ...” (QS. Al-Ahzab : 40)

Saudaraku, Sesuai judul tulisan (artikel) religius ini tersebut diatas, kita simak sebuah kematian terindah dalam sejarah manusia. Yaitu detik-detik terakhir wafatnya Rasulullah SAW, sebuah kisah nyata yang begitu mengagumkan sekaligus mengharukan serta menggetarkan dada setiap insan-insan beriman seperti berikut ini.

Ketika dakwah sudah semakin sempurna dan Islam sudah mengendalikan keadaan, mulailah tampak tanda-tanda perpisahan Rasulullah SAW dengan kehidupan. Hal tersebut tampak dari perasaan, ucapan dan perbuatan beliau (Nabi SAW). Pada tahun 10 H. Rasulullah SAW mengumumkan akan melaksanakan ibadah Haji (Haji Wada’). Pada tanggal 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyah) Rasulullah SAW menuju Mina, setelah itu berangkat ke Arofah dan beliau singgah di Namirah lantas berangkat lagi hingga lembah Wadi’ di sana sudah berkumpul sekitar 144.000 manusia. Nabi SAW menyampaikan khotbahnya (Khatbah Wada’ di Arofah). :

”Wahai manusia, dengarlah ucapanku, karena sesungguhnya mungkin aku tidak akan menjumpai kalian lagi setelah tahun ini di tempat wakaf ini selamanya. Sesungguhnya darah dan harta kalian suci, sebagaimana sucinya hari ini dan Negeri ini. Ketahuilah semua perkara-perkara jahiliyah berada dibawah kakiku tidak berlaku, begitu juga dengan darah jahiliyah telah tidak berlaku. Darah pertama yang aku batalkan adalah darah Rabi’ah bin Al-Harist yang dahulu disusui di Bani Sa’ad lalu di bunuh oleh Hudzail. Riba jahiliyah juga telah tidak berlaku dan riba pertama yang aku batalkan adalah ribanya Abbas bin Abdul Muththalib, sesungguhnya semuanya tidak lagi berlaku. Bertawakalah kalian kepada Allah SWT dalam urusan wanita, karena kalian mengambil mereka dengan amanah Allah, kalian halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Untuk itu, hak kalian adalah bahwa istri-istri kalian tidak boleh menghamparkan alasnya kepada orang yang kalian tidak sukai. Jika mereka melakukan hal itu, pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Sedang hak mereka yang merupakan kewajiban kalian adalah diberi nafkah dan sandang yang layak. Aku tinggalkan untuk kalian sesuatu yang tidak akan membuat kalian tersesat jika berpegang teguh kepadanya, yaitu Kitabullah. Wahai manusia, sesungguhnya tidak ada Nabi setelahku, tidak ada umat setelah kalian. Maka sembahlah Rabb kalian, shalatlah lima waktu, puasalah di bulan kalian (Ramadhan), tunaikanlah zakat harta kalian yang akan mensucikan diri kalian, tunaikanlah Haji ke Baitullah, ta’atilah pemimpin kalian, kalian akan masuk syorga Tuhan Rabb kalian.”

”Kalian bertanya tentang aku, apa yang akan kalian katakan ?” mereka menjawab : ”Kami bersaksi bahwa engkau telah menunaikan (amanah) dan memberi nasihat.” lalu Rasulullah SAW berkata seraya mengangkat telunjuknya ke langit kemudian mengarahkannya kearah manusia seraya berkata : ”Ya Allah, saksikanlah.” (Nabi SAW mengucapkannya sebanyak tiga kali.)

Diterangkan di dalam riwayat bahwa setelah selesai khutbah, turunlah Firman Allah SWT :

”Pada hari ini telah Ku sempurnakah untuk kamu agamamu dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu,” (QS. Al-Maidah : 3)


Sayyidina Umar Ibnu Khattab r.a. yang mendengar ayat tersebut menangis, ketika ditanya kenapa beliau menangis, beliau (Sayyidina Umar Ibnu khattab r.a. ) menjawab : ”Sesungguhnya sesuatu yang telah sempurna, berikutnya akan berkurang.”

Sementara dalam riwayat yang lain Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. menangis. Bersabda Rasulullah SAW kepadanya : ”Apa yang membuatmu menangis dalam ayat tersebut?” Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. menjawab : ”Ini adalah berita kematian.”

Kembalilah Rasulullah SAW dari Haji Wada’ dan kurang dari 7 hari wafat beliau SAW turunlah ayat Al-Qur’an paling akhir yaitu surat Al-Baqarah ayat 281 sebagai berikut :

”Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Baqarah : 281)

Pada awal-awal bulan Safar tahun 11 Hijriyah Rasulullah SAW mulai menampakkan sakit. Nabi SAW berkata : ”Aku ingin mengunjungi Syuhada Uhud.” Maka beliau pun berangkat pergi menuju Syuhada Uhud dan beliau (Nabi SAW) berdiri diatas makam para Syuhada seraya berkata : ”Assalamualaikum wahai Syuhada Uhud, kalian adalah orang-orang yang mendahului (kami) dan kami insya Allah akan menyusul kalian dan sesungguhnya aku, insya Allah akan menyusul (kalian).” 
setelah itu Rasulullah SAW menuju mimbar dan berpidato :

”Aku akan mendahului kalian aku akan menjadi saksi bagi kalian, sungguh sekarang aku telah melihat telagaku dan sungguh aku telah diberikan konci-konci bumi dan simpanannya sunguh aku tidak takut kalian berlaku syirik setelahku, akan tetapi yang aku takutkan adalah kalian saling berlomba – lomba terhadap dunia.” Kemudian Rasulullah SAW pulang sambil menangis. Maka para Sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW : ”Apa yang membuat anda menangis, wahai Rasulullah ?” Nabi SAW bersabda : ”Aku merindukan saudara-saudaraku seiman.” Mereka (para sahabat) berkata : ”Bukankah kami adalah saudaramu seiman wahai Rasulullah ?” Beliau SAW bersabda : ”Bukan, kalian adalah sahabat-sahabatku, adapun saudara-saudaraku seiman suatu kaum yang datang setelahku, mereka beriman kepadaku sedang mereka belum pernah melihatku.” Subhanallah! Maha suci Allah! Saya (penulis) berdo’a semoga kita-kita ini (yang hidup di abad 20) adalah orang-orang muslim (saudara seiman) yang dirindukan oleh Rasulullah SAW. Amin! Ya Rabbal Alamin.

Pada tanggal 29 Safar tahun 11 H, hari Senin. Rasulullah SAW menderita sakit kepala dan merasakan panas yang teramat sangat. Nabi SAW telah benar-benar sakit dan terus bertambah sakit. Selama sakitnya itu beliau tetap memimpin shalat selama 11 hari dari 13 atau 14 hari masa sakit beliau. Pada hari itu (empat hari sebelum wafat beliau) Nabi SAW masih sempat shalat maghrib sebagai imam dengan membaca surat Al-Mursalat. Namun pada waktu shalat Isya sakitnya semakin berat sehingga beliau tidak kuasa untuk keluar. Aisyah r.a. (radhiallahu ’anha) mengisahkan, saat itu Rasulullah SAW bertanya kepadanya :

”Apakah orang – orang sudah shalat?” Aisyah r.a. menjawab : ”Belum ya Rasulullah, mereka menunggumu.” Rasulullah lalu minta diambilkan air untuk mandi, kemudian beliau mandi, setelah itu beliau pingsan. Setelah sadar beliau bertanya lagi: ”Apakah orang-orang sudah shalat?” Dijawab : ”Belum ya Rasulullah, mereka menunggumu.” lalu beliau mandi lagi, kemudian pingsan lagi, begitu seterusnya hingga terjadi tiga kali.

Setelah itu Nabi SAW meminta Abu Bakar Shiddiq untuk menjadi imam shalat. Maka Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. mengimami shalat pada hari-hari terakhir kehidupan Rasulullah SAW sebanyak tujuh belas kali. Tiga hari sebelum beliau (Nabi SAW) wafat, sakit beliau mulai mengeras. Beliau saat itu berada di rumah Sayyidah Maimunah r.a. Beliau SAW bersabda :

”Kumpulkan istri-istriku.” maka berkumpullah istri-istri beliau SAW, beliau bersabda : ”Apakah kalian mengizinkan aku untuk tinggal di rumah Aisyah?” maka mereka menjawab : ”Kami mengizinkan anda wahai Rasulullah.

kemudian beliau berkeinginan untuk berdiri akan tetapi beliau tidak mampu. Datanglah Ali bin Abi Thalib r.a. dan Al-Fadl bin Al-Abbas r.a. maka mereka pun membopong Rasulullah SAW, lalu mereka memindahkan beliau SAW dari kamar Maimunah r.a. menuju kamar Aisyah r.a. Adapun para Sahabat, baru pertama kali ini mereka melihat Rasulullah SAW dibopong diatas dua tangan. Maka berkumpulah para Sahabat dan mereka berkata : ”Apa yang terjadi pada Rasulullah, apa yang terjadi pada Rasulullah ?” mulailah manusia berkumpul di dalam masjid. Masjid pun mulai penuh dengan para sahabat.

Nabi SAW dibawa menuju rumah Aisyah r.a. mulailah Rasulullah SAW mencucurkan keringat, berkeringat dan berkeringat. Berkatalah Aisyah r.a. : ”Sungguh belum pernah aku melihat ada seorang manusia yang berkeringat deras seperti ini.” Maka dia mengambil tangan Rasulullah SAW dan dengannya dia (Aisyah r.a.) mengusap keringat beliau. (Mengapakah dia (Aisyah r.a.) mengusap keringat dengan tangan beliau (Nabi SAW) dan tidak mengusapnya dengan tangannya (Aisyah r.a.) sendiri ?) maka Aisyah r.a. berkata : ”Sesungguhnya tangan Rasulullah SAW lebih lembut dan mulia dari pada tanganku, oleh karena itulah aku mengusap keringat beliau dengan tangan beliau dan tidak dengan tanganku.” (Ini adalah sebuah penghormatan terhadap Nabi SAW.)

Sehari sebelum Rasulullah SAW wafat, yaitu hari Ahad beliau SAW memerdekakan budaknya. Beliaupun bersedekah sebanyak sembilan dinar, senjatanya dihadiahkan kepada kaum muslimin. Pada malam harinya, Aisyah r.a. meminjam minyak untuk lampu dari tetangganya. Saat itu, baju besinya digadaikan kepada seorang Yahudi untuk mendapatkan tiga puluh Sha’ gandum.

Aisah r.a. berkata :

”Aku mendengar Rasulullah SAW berkata :
”Laa Ilaaha Illallah, sesungguhnya setiap kematian ada sakaratnya.” dan diulangi : ”Laa Ilaaha Illallah, sesungguhnya kematian itu memiliki sakarat.”

Mulailah suara-suara didalam Masjid meninggi. Bersabdalah Nabi SAW : ”Apa ini?. Berkata Aisyah : ”Sesungguhnya manusia mengkhawatirkan anda wahai Rasulullah.” Nabi SAW bersabda : ”Bawalah aku kepada mereka.” maka beliau berkehendak untuk bangun, akan tetapi tidak mampu. Maka para sahabat menyiramkan tujuh Qibrah air kepada beliau hingga beliau bangkit dan para sahabat membawa beliau naik di atas mimbar. Jadilah khutbah tersebut adalah khutbah terakhir beliau SAW, menjadi kalimat terakir Rasulullah SAW dan do’a terakhir Rasulullah SAW. Beliau bersabda : ”Wahai manusia, kalian mengkhawatirkan aku?” mereka menjawab : ”Ya, wahai Rasulullah.”

Bersabda Rasulullah SAW :

Sesungguhnya tempat perjanjian kalian dengan aku bukanlah di dunia, tempat perjanjian kalian denganku adalah di haudh (telaga). Demi Allah, sungguh seakan-akan aku sekarang sedang melihat kepadanya di depanku ini. Wahai manusia, demi Allah, tidaklah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian, tetapi yang aku khawatirkan adalah dibukanya dunia atas kalian sehingga kalian akan berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Maka dunia itu akan membinasakan kalian sebagaimana dia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.”

Kemudian Nabi SAW bersabda :

”Allah – Allah, shalat, Allah-Allah, shalat.(Maksudnya : Aku bersumpah demi Allah terhadap kalian agar kalian menjaga shalat.) beliau terus mengulang – ulangnya, lantas bersabda : ”Wahai manusia, bertakwalah kalian terhadap kaum wanita, aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik terhadap kaum wanita.” kemudian beliau bersabda : ”Wahai manusia, sesungguhnya ada seorang hamba yang Allah SWT telah memberikan pilihan kepadanya antara dunia dan antara apa yang ada disisi-Nya.” Tidak ada seorangpun yang memahami siapakah yang dimaksud dengan seorang hamba oleh Rasulullah SAW tadi, padahal yang dimaksud oleh Rasulullah SAW adalah diri beliau sendiri. Allah SWT telah memberikan pilihan kepada beliau dan tidak ada seorang pun yang paham selain Abu Bakar Shiddiq r.a. Dan kebiasaan para sahabat adalah bahwa saat Rasulullah SAW berbicara mereka berdiam, seakan-akan ada seekor burung yang bertengger diatas kepala mereka. Maka saat Abu Bakar Shiddiq r.a. mendengar perkataan Rasulullah SAW dia (Abu Bakar Shiddiq) tidak mampu menguasai dirinya, dengan serta merta dia menangis sesenggukkan dan ditengah Masjid dia memotong pembicaraan Rasulullah SAW, dia pun (Abu Bakar Shiddiq) berkata : ”Kami tebus anda dengan bapak-bapak kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan anak-anak kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan harta-harta kami wahai Rasulullah.” Abu Bakar Shiddiq mengulang-ngulangnya, sementara para sahabat yang lain melihat kepadanya dengan pandangan heran, bagaimana dia (Abu Bakar Shiddiq) berani memotong khutbah Rasulullah SAW?!

Rasulullah SAW bersabda : ”Wahai manusia, tidak ada seorang pun diantara kalian yang memiliki keutamaan disisi kami melainkan Abu Bakar, aku tidak mampu membalasnya, maka aku tinggalkan balasannya kepada Allah SWT. Setiap pintu menuju Masjid ditutup kecuali pintu Abu Bakar r.a. tidak akan ditutup selamanya.”

Kemudian mulailah beliau (Nabi SAW) berdo’a untuk mereka dan berkata pada akhir do’a beliau SAW sebelum wafat beliau : ”Mudah-mudahan Allah SWT menetapkan kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian, mudah-mudahan Allah menolong kalian, mudah-mudahan Allah meneguhkan kalian, mudah-mudahan Allah menguatkan kalian, mudah-mudahan Allah melindungi kalian.” Dan kalimat terakhir yang beliau sampaikan sebelum turun dari atas mimbar adalah : ”Wahai manusia, sampaikanlah salamku kepada orang yang mengikutiku diatara umatku hingga hari kiamat.” Setelah itu beliau pun dibawa kembali kerumah beliau SAW.

Datanglah Abdul Rahman Ibnu Abu Bakar dan ditangannya ada sebatang siwak, Nabi SAW terus melihat kearah siwak tersebut tetapi tidak mampu berkata aku menginginkan siwak. Aisyah r.a. berkata : ”Aku paham dari pandangan mata beliau bahwa beliau menginginkan siwak maka aku mengambil siwak itu dari Abdul Rahman Ibnu Abu Bakar. Kemudian aku letakkan di mulutku agar aku melunakkannya untuk Nabi, kemudian aku berikan siwak itu kepada beliau. Maka sesuatu yang paling akhir masuk kedalam perut Nabi SAW adalah air dari mulutku.” Aisyah r.a. berkata : ”Termasuk sebuah keutamaan dari Rabb-ku atasku adalah Dia telah mengumpulkan air dari mulutku dengan ludah Nabi SAW sebelum beliau wafat.” Selesai bersiwak beliau SAW mengangkat tangannya dan jarinya dan matanya memandang langit – langit, bibirnya bergerak perlahan berkata. Aisyah r.a. berusaha mendengarkannya :

”Bersama – sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para Shiddiqin, orang – orang yang mati syahid dan ornag-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah dan Allah SWT cukup mengetahui.” (QS. An-Nisa : 69-70)

Pada hari Senin, tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H, masuklah kedalam kamar Rasulullah SAW putri beiau, Fathimah r.a. yaitu pada waktu Dhuha dan ia (Fathimah r.a.) menangis. Dia menangis karena biasanya setiap kali dia datang menemuai Rasulullah SAW, maka beliau (Nabi SAW) berdiri dan menciumnya diantara kedua matanya. Akan tetapi sekarang beliau (Nabi SAW) tidak mampu berdiri untuknya. Maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya : ”Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliau SAW membisikkan sesuatu ditelinganya, maka Fathimah r.a. menangis. Rasulullah SAW bersabda lagi : ”Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu lagi, maka sekali ini Fathimah r.a. tertawa.”

(Setelah kematian Rasulullah SAW para Sahabat bertaya kepada Fathimah r.a. setentang apa yang dibisikan ayahanda beliau (Nabi SAW) kepada Fathimah)

Dan dijawab oleh Fathimah r.a. sebagai berikut : ”Pertama kali ayahanda (Nabi SAW) berkata kepadaku : ”Wahai Fathimah, aku akan meninggal karena sakitku ini.” maka aku pun menangis. Ketika beliau melihat aku menangis beliau kembali berkata kepadaku katanya : ”Engkau wahai Fathimah, adalah keluargaku yang pertama kali akan bertemu denganku.” itulah maka akupun tertawa.” Rasulullah SAW memanggil kedua cucu beliau, Hasan dan Husain dan Nabi SAW menciumi keduanya serta berwasiat kebaikan kepada mereka berdua. Lalu Nabi SAW memanggil semua istrinya, menasehatinya dan mengingatkan mereka. Beliau berwasiat kepada seluruh manusia yang hadir agar menjaga shalat dan wasiat ini juga teruntuk kepada segenap kaum muslimin :

”Shalat, shalat dan (perhatikanlah) budak – budak kalian yang kalian miliki.”

Diulanginya hal tersebut berkali-kali, maksudnya agar memperhatikan kedua hal tersebut. Lalu rasa sakit pun terasa semakin berat maka beliau bersabda : ”Keluarlah siapa saja dari rumahku.” Dan beliau bersabda lagi : ”Mendekatlah kemari wahai Aisyah.” Beliau (Nabi SAW) tidur di dada istri beliau, Aisyah r.a. Aisyah r.a. berkata : ”Beliau SAW mengangkat tangannya seraya bersabda : ”Bahkan Ar-Rafiqul A’la, Bahkan Ar-Rafiqul A’la.” (Maka diketahuilah bahwa di sela-sela ucapan beliau, beliau disuruh memilih diantara kehidupan dunia atau Ar-Rafiqul A’la)

Masuklah Malaikat Jibril As menemui Nabi SAW seraya berkata : ”Malaikat maut ada dipintu, meminta izin untuk menemuimu dan dia tidak pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu.” maka beliau (Nabi SAW) berkata kepadanya : ”Izinkan untuknya wahai Jibril.” maka masuklah Malaikat Maut seraya berkata : ”Assalamu’alaika wahai Rasulullah. Allah telah mengutusku untuk memberikan pilihan kepadamu antara tetap tinggal di dunia atau bertemu dengan Allah di akhirat.” maka Rasulullah SAW bersabda : ”Bahkan aku memilih Ar’Rafiqul A’la (teman yang tertinggi), bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la, bersama – sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, para Shiddiqin, orang-orang shaleh. Dan mereka itulah rafiq (teman) yang sebaik-baiknya.” Aisyah r.a. menuturkan bahwa sebelum Rasulullah SAW wafat, ketika beliau bersandar pada dadanya dan dia mendengarkan beliau secara seksama beliau berdo’a :
”Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan susulkan aku padanya Ar-Rafiq Al-A’la. Ya Allah (aku minta) Ar-Rafiq Al-A’la, Ya Allah (aku minta) Ar-Rafiq Al-A’la.”

Berdirilah Malaikat Maut disisi kepala Nabi yang mulia sebagiamana dia berdiri disisi kepala salah seorang diantara kita dan berkata : ”Wahai Roh yang bagus, roh Muhammad bin Abdullah, keluarlah menuju keriho’an Allah dan menuju Rabb yang ridha dan tidak murka.”

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa ketika Malaikat Izrail (malaikat Maut) meminta izin untuk menemui Nabi SAW atas perintah Allah untuk mencabut nyawa Rasulullah SAW dengan lemah lembut dan Nabi SAW mengizinkannya. Ketika itulah Nabi SAW mendapat berita-berita gembira dari Sahabat beliau, kecintaan beliau, sipembawa wahyu yaitu Malaikat Jibri As sebagai berikut:

”Bahwa pintu-pintu langit telah dibuka, para Malaikat telah berbaris untuk menyambut kedatangan roh Nabi SAW, bahwa pintu-pintu Syorga telah dibuka, para bidadari telah berhias, sungai-sungai telah mengalir dan buah-buahnya telah ranum, semuanya menanti kedatangan rohmu dan tuanlah yang pertama-tama diizinkan sebagai pemberi syafaat pada hari Kiamat nanti.” Untuk semua berita gembira yang disampaikan oleh malaikat Jibril As tersebut disambut oleh oleh Nabi SAW dengan sabdanya : ”Segala puji dan syukur untuk Tuhanku.” Malaikat Jibril As melihat ada kegelisahan diwajah Nabi SAW apalagi bibir itu perlahan bergerak mengucapkan kata-kata : ”Umatii, Umatii.” Malaikat Jibril pun bertanya kepada Nabi SAW : ”Wahai kekasih Allah, apa sebenarnya yang ingin tuan tanyakan?” Rasulullah SAW menjawab : ”Tentang kegelisahanku, apakah yang akan diperoleh orang-orang (umatku) yang membaca Al-Qur’an sesudahku? Apakah yang akan diperoleh orang-orang (umatku) yang berpuasa pada bulan mereka (Ramadhan) sesudahku? Apakah yang akan diperoleh orang-orang (umatku) yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?” Jibril menjawab : ”Saya membawa khabar gembira untuk Baginda. Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman : ”Aku telah mengharamkan Syorga bagi semua Nabi dan umat, sampai engkau (Nabi Muhammad SAW) dan umatmu memasukinya terlebih dahulu.” Maka berkatalah Rasulullah SAW : ”Sekarang, tenanglah hati dan perasaanku wahai Jibril.” *)

Setelah mendengarkan dengan seksama do’a Rasulullah SAW yang ketika itu tengah bersandar lemah didadanya. Tidak lama kemudian Sayyidah Aisyah r.a. berkata : ”Maka jatuh lemaslah tangan Nabi SAW dan kepala beliau menjadi berat diatas dadaku dan sungguh aku sudah tahu bahwa Rasulullah SAW telah tiada...”

Inna Lillahi Wa Innaa Ilaihi Rojiun.

Nabi Muhammad SAW, Nabi termulia, Rasul paling agung telah wafat. Telah berpulang kerahmatullah manusia yang paling mulia, seorang Nabi dan Rasul yang sangat mencintai umatnya, seorang bangsawan Quraisy yang handal sebagai pemimpin umat, yang sukses menjalankan tugas kenabian, telah berpulang Nabi dan Rasul terakhir yang kepribadiaannya oleh Allah SWT telah dipersiapkan buat panutan umat, telah berpulang orang yang tidak pernah memakai sutera, telah berpulang orang yang keluar dari dunia dengan perut yang tidak pernah kenyang dari gandum, telah berpulang orang yang lebih memilih tikar dari sebuah singgasana, telah berpulang orang yang jarang tidur diwaktu malam karena takut Neraka Sa’ir. Peristiwa ini terjadi pada waktu Dhuha, hari Senin tanggal 12 Rabbiul Awal tahun 11 H. Tepat pada usia beliau (Rasulullah SAW) 63 tahun lebih 4 hari. Wallahu ’alam Bissawab.


___Inilah Salah satu Riwayat WafatNya Rasulullah___
___Wallahu ’alam Bissawab.......

"dari berbagai sumber"

40 Hadits Qudsi


Pendahuluan

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمـٰنِ الرّحِيْمِ
الحمد لله، والصلاة والسّلام علَى سيّدنا رسول الله، وعَلى اۤله وصحبه ومن والاه

Segala puji hanya bagi Allah, dan sholawat serta salam semoga selalu tercurah kepada junjungan kita, rasulullah ﷺ, dan juga keluarganya, para sahabatnya dan orang-orang yang mengikutinya.

Buku ini berisi terjemah dari hadits-hadits qudsi yang telah dihimpun oleh Dr. Ezzudin Ibrahim yang terdapat dalam buku beliau “الاربعون القدسيّة” atau yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dengan judul Forty Hadith Qudsi. 34 hadits dalam buku ini berasal dari kitab shahih Bukhari dan Muslim, sedangkan sisanya berasal dari kitab hadits shahih lainnya.
Hadit Qudsi adalah hadits yang berisi firman Allah SWT (makna hadits ini adalah dari Allah SWT), sedangkan kalimatnya adalah dengan redaksi Rasulullah ﷺ.
Saya berharap terjemah hadits ini dapat memberikan manfaat bagi semua umat Islam, dan tercatat sebagai amal jariyah bagi saya yang kelak dapat saya petik buahnya di hari akhirat. Aamiin
Jika anda menemukan kesalahan dalam terjemah, maupun penulisan hadits, silahkan langsung menghubungi saya melalui email hakimrie@gmail.com , agar dapat segera diperbaiki.

Terima kasih,
Bandung, 4 Ramadhan 1431 H
Muhammad Hakim A
Demi Karena Allah.
Semoga pahala tercurah pada para guru, kedua orang tua, kakak dan adik semuanya.

Daftar Singkatan

Hadits Ke-1

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَمَّا قَضَى اللَّهُ الْخَلْقَ، كَتَبَ فِي كِتَابِهِ عَلَى نَفْسِهِ، فَهُوَ مَوْضُوعٌ عِنْدَهُ: إِنَّ رَحْمَتِي تَغْلِبُ غَضَبِي"
(رواه مسلم (وكذلك البخاري والنسائي وابن ماجه

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, dia berkata; telah bersabda Rasulullah ﷺ, “Ketika Allah menetapkan penciptaan makhluk, Dia menuliskan dalam kitab-Nya ketetapan untuk diri-Nya sendiri: Sesungguhnya rahmat-Ku (kasih sayangku) mengalahkan murka-Ku”. diriwayatkan oleh Muslim (begitu juga oleh al-Bukhari, an-Nasa-i dan Ibnu Majah)

Hadits Ke - 2

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: كَذَّبَنِي ابْنُ آدَمَ وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، وَشَتَمَنِي وَلَمْ يَكُنْ لَهُ ذَلِكَ، فَأَمَّا تَكْذِيبُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: لَنْ يُعِيدَنِي كَمَا بَدَأَنِي، وَلَيْسَ أَوَّلُ الْخَلْقِ بِأَهْوَنَ عَلَيَّ مِنْ إِعَادَتِهِ، وَأَمَّا شَتْمُهُ إِيَّايَ فَقَوْلُهُ: اتَّخَذَ اللَّهُ وَلَدًا، وَأَنَا الْأَحَدُ الصَّمَدُ، لَمْ أَلِدْ وَلَمْ أُولَدْ، وَلَمْ يَكُنْ لِي كُفُوًا أَحَدٌ"
(رواه البخاري (وكذلك النسائي

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., bahwasanya Nabi ﷺ bersabda, telah Berfirman Allah ta'ala: Ibnu Adam (anak-keturunan Adam/umat manusia) telah mendustakanku, dan mereka tidak berhak untuk itu, dan mereka mencelaku padahal mereka tidak berhak untuk itu, adapun kedustaannya padaku adalah perkataanya, “Dia tidak akan menciptakankan aku kembali sebagaimana Dia pertama kali menciptakanku (tidak dibangkitkan setelah mati)”, aadpun celaan mereka kepadaku adalah ucapannya, “Allah telah mengambil seorang anak, (padahal) Aku adalah Ahad (Maha Esa) dan Tempat memohon segala sesuatu (al-shomad), Aku tidak beranak dan tidak pula diperankkan, dan tidak ada bagiku satupun yang menyerupai”. ~ Diriwayatkan oleh al-Bukhari (dan begitu juga oleh an-Nasa-i)

Hadits Ke-3

عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: "صَلَّى لَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَلَاةَ الصُّبْحِ بِالْحُدَيْبِيَةِ، عَلَى إِثْرِ سَمَاءٍ (١) كَانَتْ مِنْ اللَّيْلَةِ، فَلَمَّا انْصَرَفَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَقْبَلَ عَلَى النَّاسِ، فَقَالَ لَهُمْ: "هَلْ تَدْرُونَ مَاذَا قَالَ رَبُّكُمْ؟ قَالُوا: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ، قَالَ: أَصْبَحَ مِنْ عِبَادِي مُؤْمِنٌ بِي وَكَافِرٌ، فَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِفَضْلِ اللَّهِ وَرَحْمَتِهِ، فَذَلِكَ مُؤْمِنٌ بِي، كَافِرٌ بِالْكَوْكَبِ، وَأَمَّا مَنْ قَالَ: مُطِرْنَا بِنَوْءِ(٢) كَذَا وَكَذَا، فَذَلِكَ كَافِرٌ بِي، مُؤْمِنٌ بِالْكَوْكَبِ"
(رواه البخاري (وكذلك مالك والنسائي
١. عقب مطر
٢. الأنواء: ثمان وعشرون منزلة, ينزل القمر كل ليلة في منزلة


Diriwayatkan dari Zaid bin Khalid al-Juhniy r.a, beliau berkata, Rasulullah ﷺ memimpin kami shalat shubuh di Hudaibiyah, diatas bekas hujan(1) yang turun malamnya, tatkala telah selesai, Nabi صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ menghadap kepada manusia (jama'ah para shahabat), kemudian beliau bersabda, “Tahukah kalian apa yang telah difirmankan Tuhan kalian?”, (para sahabat) berkata, “Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui”, Rasulullah ﷺ bersabda, “(Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman) Pagi ini ada sebagian hamba-Ku yang beriman kepada-Ku dan ada yang kafir, adapun orang yang mengatakan, 'kami telah dikaruniai hujan sebab keutamaan Allah (fadlilah Allah) dan kasih sayang-Nya (rahmat-Nya), maka mereka itulah yang beriman kepada-Ku dan kafir kepada bintang - bintang'; dan adapun yang berkata, 'kami telah dikaruniai hujan sebab bintang(2) ini dan bintang itu, maka mereka itulah yang kafir kepada-Ku dan beriman kepada bintang - bintang' ”. ~ Diriwayatkan oleh al-Bukhari (dan begitu juga oleh an-Nasa-i) “bekas langit” maksudnya bekas/akibat hujan al-anwa': 28 tingkatan/keadaan; fase bulan setiap malam di tingkatan fasenya. (ditempat lain disebutkan artinya adalah bintang – bintang, serupa dengan yang ada dilanjutan hadits ini)

Hadits Ke-4

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " قَالَ اللَّهُ: يَسُبُّ بَنِي بَنُو آدَمَ الدَّهْرَ، وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِي اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ"
(رواه البخاري (وكذلك مسلم

Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, telah bersabda Rasulullah ﷺ, “Allah Telah Berfirman,'Anak – anak adam (umat manusia) mengecam waktu; dan aku adalah (Pemilik) Waktu; dalam kekuasaanku malam dan siang' ”. ~Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan begitu juga Muslim.
di dalam al-Qur'an, Allah Azza wa Jalla, menggunakan istilah - istilah yang berbeda untuk menyebutkan waktu, pada ulama mendefinisikannya kurang lebih sebagai berikut:
• dahr
(دهر) = masa keberadaan alam semesta, mulai dari penciptaan alam semesta sampai masa kiamat. Kata ini misalnya terdapat dalam al-Quran surah al-Insan ayat 1:

هَلْ أَتَىٰ عَلَى الْإِنْسَانِ حِينٌ مِنَ الدَّهْرِ لَمْ يَكُنْ شَيْئًا مَذْكُورًا

Bukankah telah datang atas manusia satu waktu dari masa, sedang dia ketika itu belum merupakan sesuatu yang dapat disebut?
• ashr
(عصر) = masa hidup yang dilalui sesuatu (seseorang), misalnya waktu ashr manusia, yaitu masa hidup manusia mulai dari lahir hingga meninggal. Seperti yang disebutkan dalam al-Quran surah al-ashr ayat:1 :

وَالْعَصْرِ
Demi masa

• ajal
(أجل) = masa berakhirnya sesuatu, misal: ajal manusia. Seperti dalam surah Yunus ayat 49.

قُلْ لَا أَمْلِكُ لِنَفْسِي ضَرًّا وَلَا نَفْعًا إِلَّا مَا شَاءَ اللَّهُ ۗ لِكُلِّ أُمَّةٍ أَجَلٌ ۚ إِذَا جَاءَ أَجَلُهُمْ فَلَا يَسْتَأْخِرُونَ سَاعَةً ۖ وَلَا يَسْتَقْدِمُونَ

Katakanlah: "Aku tidak berkuasa mendatangkan kemudharatan dan tidak (pula) kemanfaatan kepada diriku, melainkan apa yang dikehendaki Allah". Tiap-tiap umat mempunyai ajal. Apabila telah datang ajal mereka, maka mereka tidak dapat mengundurkannya barang sesaatpun dan tidak (pula) mendahulukan(nya).
• Waqt
(وقت ) = masa dimana suatu pekerjaan harus selesai, misal waktu sholat, dst. Seperti digunakan dalam surah an-Nisa ayat 103 (dalam bentuk jamak = mauqut)

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلَاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلَاةَ ۚ إِنَّ الصَّلَاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا

Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.


Hadits Ke – 5

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " قَالَ اللَّهُ تَبَارَكَ وَتَعَالَى: أَنَا أَغْنَى الشُّرَكَاءِ عَنْ الشِّرْكِ؛ مَنْ عَمِلَ عَمَلًا أَشْرَكَ فِيهِ مَعِي غَيْرِي(1)، تَرَكْتُهُ وَشِرْكَهُ".
(رواه مسلم (وكذلك ابن ماجه


Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, Telah bersabda Rasulullah ﷺ, “Telah berfirman Allah tabaraka wa ta'ala (Yang Maha Suci dan Maha Luhur), Aku adalah Dzat Yang Maha Mandiri, Yang Paling tidak membutuhkan sekutu; Barang siapa beramal sebuah amal menyekutukan Aku dalam amalan itu(1), maka Aku meninggalkannya dan sekutunya”
~ Diriwayatkan oleh Muslim (dan begitu juga oleh Ibnu Majah)
• Adalah juga termasuk syirik jika seseorang beramal dengan amalan disamping ditujukan kepada Allah Subhanahu wa ta'ala juga ditujukan kepada yang selain-Nya.


Hadits ke – 6

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ
" إِنَّ أَوَّلَ النَّاسِ يُقْضَى يَوْمَ الْقِيَامَةِ عَلَيْهِ رَجُلٌ اسْتُشْهِدَ، فَأُتِيَ بِهِ فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ قَاتَلْتُ فِيكَ حَتَّى اسْتُشْهِدْتُ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ قَاتَلْتَ لِأَنْ يُقَالَ: جَرِيءٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ. وَرَجُلٌ تَعَلَّمَ الْعِلْمَ وَعَلَّمَهُ وَقَرَأَ الْقُرْآنَ، فَأُتِيَ بِهِ، فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: تَعَلَّمْتُ الْعِلْمَ وَعَلَّمْتُهُ، وَقَرَأْتُ فِيكَ الْقُرْآنَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ تَعَلَّمْتَ الْعِلْمَ لِيُقَالَ: عَالِمٌ، وَقَرَأْتَ الْقُرْآنَ لِيُقَالَ: هُوَ قَارِئٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ، فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ حَتَّى أُلْقِيَ فِي النَّارِ. وَرَجُلٌ وَسَّعَ اللَّهُ عَلَيْهِ، وَأَعْطَاهُ مِنْ أَصْنَافِ الْمَالِ كُلِّهِ، فَأُتِيَ بِهِ، فَعَرَّفَهُ نِعَمَهُ فَعَرَفَهَا، قَالَ: فَمَا عَمِلْتَ فِيهَا؟ قَالَ: مَا تَرَكْتُ مِنْ سَبِيلٍ تُحِبُّ أَنْ يُنْفَقَ فِيهَا إِلَّا أَنْفَقْتُ فِيهَا لَكَ، قَالَ: كَذَبْتَ، وَلَكِنَّكَ فَعَلْتَ لِيُقَالَ: هُوَ جَوَادٌ، فَقَدْ قِيلَ، ثُمَّ أُمِرَ بِهِ فَسُحِبَ عَلَى وَجْهِهِ، ثُمَّ أُلْقِيَ فِي النَّارِ".
رواه مسلم (وكذلك الترمذي والنسائي)


Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, Aku telah mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya salah seorang yang pertama di hisab di hari kiamat adalah seorang laki-laki yang mati syahid (gugur dalam peperangan); kemudian disebutkan baginya semua kenikmatan-kenikmatan yang diberikan kepadanya, dan dia mebenarkannya. Kemudia Allah Subhanahu wa ta'ala bertanya kepadanya, 'Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat itu?', lelaki itu menjawab, 'Aku berperang untuk-Mu hingga aku syahid'; Allah menjawab, “Kamu berdusta, (akan tetapi sesungguhnya) engkau berperang agar orang menyebutmu pemberani, dan (orang – orang) telah menyebutkan demikian itu, kemudian diperintahkan (malaikat) agar dia diseret di atas wajahnya hingga sampai di neraka dan dilemparkan kedalamnya”.
Dan (selanjutnya adalah) seorang laki – laki yang mempelajari ilmu dan mengamalkannya serta dia membaca al-Quran, kemudian dia didatangkan, kemudian disebutkan nikmat – nikmat yang diberikan kepadanya dan dia membenarkannya. Kemudian Allah bertanya, 'Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat – nikmat itu?' lelaki itu menjawab, 'Aku mencari ilmu dan mengamalkannya/mengajarkannya, dan aku membaca al-Quran karena-Mu'. Allah berfirman, “kamu berdusta, (akan tetapi) kamu mencari ilmu itu agar disebut sebagai 'alim (orang yang berilmu), dan kamu membaca al-Quran agar orang menyebutmu qari', dan kamu telah disebut demikian itu (alim & qari')” kemudian diperintahkan (malaikat) kepadanya, agar dia diseret di atas wajahnya hingga sampai di neraka dan di masukkan kedalam neraka”
Dan (selanjutnya) seorang laki – laki yang diluaskan (rizkinya) oleh Allah. Dan dikaruniai berbagai harta kekayaan. Kemudian dia dihadapkan, dan disebutkan nikmat – nikmat yang diberikan kepadanya, dan dia membenarkannya. Kemudia Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Apa yang kamu kerjakan dengan nikmat – nikmat itu?”, lelaki itu menjawab, “Tidaklah aku meninggalkan jalan yang aku cintai selain aku menginfakkan hartaku untuk-Mu”; Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Kamu berdusta, tetapi kamu melakukan itu semua agar orang menyebutmu dermawan, dan kamu telah disebut demikian”. Kemudian diperankkan (malaikat) kepadanya, agar dia diseret di atas wajahnya, hingga sampai dineraka dan dimasukkan kedalam neraka.
~HR. Muslim (dan begitu juga at-Tirmidzi dan an-Nasai)


Hadits Ke – 7

عَنْ عُقْبَةَ بْنِ عَامِرٍ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: " يَعْجَبُ رَبُّكَ مِنْ رَاعِي غَنَمٍ، فِي رَأْسِ شَظِيَّةِ الْجَبَلِ(١)، يُؤَذِّنُ بِالصَّلَاةِ وَيُصَلِّي، فَيَقُولُ اللَّهُ، عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا إِلَى عَبْدِي هَذَا، يُؤَذِّنُ وَيُقِيمُ الصَّلَاةَ، يَخَافُ مِنِّي، قَدْ غَفَرْتُ لِعَبْدِي، وَأَدْخَلْتُهُ الْجَنَّةَ"
رواه النسائي بسند صحيح


Diriwayatkan dari Uqbah bin Amir r.a., beliau berkata, aku mendengar Rasulullah صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ bersabda, “Tuhanmu bangga terhadap seorang pengembala kambing, yang berada di atas gunung/bukit, dia mengumandangkan adzan untuk sholat dan mengerjakan sholat, kemudian Allah 'azza wa jalla (Yang Maha Perkasa dan Maha Luhur) berfirman, 'Lihatlah hambaku ini, dia mengumandangkan adzan dan menegakkan sholat (iqomat) karena takut kepada-Ku, maka sesungguhnya Aku telah mengampuni hambaku ini, dan Aku akan memasukkannya kedalam surga'”
~Diriwayatkan oleh an – Nasai dengan sanad yang shahih.


Hadits Ke – 8

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " مَنْ صَلَّى صَلَاةً لَمْ يَقْرَأْ فِيهَا بِأُمِّ الْقُرْآنِ، فَهِيَ خِدَاجٌ(1) ثَلَاثًا، غَيْرَ
تَمَامٍ، فَقِيلَ لِأَبِي هُرَيْرَةَ: إِنَّا نَكُونُ وَرَاءَ الْإِمَامِ، فَقَالَ: اقْرَأْ بِهَا فِي نَفْسِكَ، فَإِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: قَسَمْتُ الصَّلَاةَ بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي نِصْفَيْنِ، وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ الْعَبْدُ:{ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ } قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: حَمِدَنِي عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ:{ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: أَثْنَى عَلَيَّ عَبْدِي، وَإِذَا قَالَ:{ مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ } قَالَ اللَّهُ: مَجَّدَنِي عَبْدِي - وَقَالَ مَرَّةً: فَوَّضَ إِلَيَّ عَبْدِي، فَإِذَا قَالَ:{ إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } قَالَ: هَذَا بَيْنِي وَبَيْنَ عَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ، فَإِذَا قَالَ:{ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ } قَالَ: هَذَا لِعَبْدِي وَلِعَبْدِي مَا سَأَلَ".
(رواه مسلم (وكذلك مالك والترمذي وأبو داود والنسائي وابن ماجه


Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a. Bahwasanya nabi ﷺ bersabda, “Barangsiapa mengerjakan sholat dengan tanpa mebaca, di dalam sholatnya, umm al-Quran (surah al-Fatihah), maka sholatnya kurang (diucapkan beliau tiga kali, sebagai penegasan), tidak sempurnalah sholatnya.”
kemudian disampaikan kepada Abi Hurairah, sesungguhnya kami berada di belakang imam, maka beliau berkata, bacalah dengannya (ummum Quran) untuk dirimu sendiri (sebagai makmum tetap membaca al-fatihah), karena sesungguhnya aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah 'azza wa jalla berfirman, 'Aku membagi sholat antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian. Dan bagi hamba-Ku apa yang dia mohonkan, maka ketika hambaku berkata
{ الْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ} (Segala Puji Hanya Bagi Allah, Tuhan semesta alam) Allah 'azza wa jalla berfirman, Hambaku telah memuji-Ku, dan ketika seorang hamba berkata, { الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ } (Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang) Allah 'azza wa jalla berfirman, 'Hambaku telah memujiku', dan ketika seorang mengucapkan, { مَالِكِ يَوْمِ الدِّينِ } (Yang Menguasai di Hari Pembalasan), Allah berfirman, 'Hambaku telah memuliakan Aku' – dan (Abu Hurairah) pernah mengatakan (dengan redaksi), 'Hambaku telah berserah diri kepadaku', dan ketika seseorang berkata, { إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ } (Hanya kepada Engkau kami menyembah dan hanya kepada Engkau kami memohon pertolongan), Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, 'ini adalah bagian-Ku dan bagian hamba-Ku, dan bagi hamba-Ku apa yang dimintanya', dan ketika seseorang berkata, :{ اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ صِرَاطَ الَّذِينَ أَنْعَمْتَ عَلَيْهِمْ غَيْرِ الْمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلَا الضَّالِّينَ } (Tunjukilah kami jalan yang lurus, (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka; bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka yang sesat. ), Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, 'Ini adalah bagi hambaku, dan bagi hambaku apa yang dia pinta ' ”
(diriwayatkan oleh Imam Muslim, dan begitu juga oleh Imam Malik, Imam Tirmidzi, dan Imam Abu Dawud, Imam Nasai dan Imam Ibnu Majah)


Hadits Ke – 9

:عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
"إِنَّ أَوَّلَ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مِنْ عَمَلِهِ صَلَاتُهُ. فَإِنْ صَلُحَتْ فَقَدْ أَفْلَحَ وَأَنْجَحَ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَقَدْ خَابَ وَخَسِرَ، فَإِنْ انْتَقَصَ مِنْ فَرِيضَتِهِ شَيْءٌ قَالَ الرَّبُّ عَزَّ وَجَلَّ: انْظُرُوا هَلْ لِعَبْدِي مِنْ تَطَوُّعٍ فَيُكَمَّلَ بِهَا مَا انْتَقَصَ مِنْ الْفَرِيضَةِ، ثُمَّ يَكُونُ سَائِرُ عَمَلِهِ عَلَى ذَلِكَ".

رواه الترمذي(1) وكذلك أبو داود والنسائي وابن ماجه وأحمد


Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah ﷺ, “Sesungguhnya perkara/amal seorang hamba yang dihisab pertama kali adalah shalatnya. Seandainya (shalatnya) baik, maka benar-benar paling beruntung dan paling sukses, dan seandainya (sholatnya) buruk, maka dia benar-benar akan kecewa dan merugi, dan seandainya kurang sempurna shalat fardlunya, Allah 'azza wa jalla berfirman, 'lihatlah apakah bagi hambaku ini (ada amal) sholat sunnah (mempunyai sholat sunnah) yang bisa menyempurnakan sholat fardlunya,' kemudian begitu juga terhadap amal-amal yang lainnya juga diberlakukan demikian ”

Hadits diriwayatkan oleh at-Tirmidzi(1), dan begitu juga oleh Abu Dawud dan Imam An-Nasai dan Ibn Majah serta Imam Ahmad.
1. sunan Tirmidzi hadits no. 413 juz 2 hal. 271, begitu juga dapat dibaca di kitab Misykatul mashaabiyh, hadits no. 1330-1331 juz 1, halaman 419, dan disahihkan oleh at-Tirmidzi


Hadits Ke – 10

: عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَن النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
" يَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الصَّوْمُ لِي، وَأَنَا أَجْزِي بِهِ، يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَأَكْلَهُ وَشُرْبَهُ مِنْ أَجْلِي، وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ(1)، وَلِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ حِينَ يُفْطِرُ، وَفَرْحَةٌ حِينَ يَلْقَى رَبَّهُ، وَلَخُلُوفُ(2) فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ".

(رواه البخاري (وكذلك مسلم ومالك والترمذي النسائي وابن ماجه


Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a., dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, ”Allah Azza wa Jalla berfirman, 'Puasa itu untukku, dan Aku yang akan memberikan ganjarannya, disebabkan seseorang menahan syahwatnya dan makannya serta minumnya karena-Ku, dan puasa itu adalah perisai, dan bagi orang yang berpuasa dua kebahagiaan, yaitu kebahagian saat berbuka, dan kebahagiaan ketika bertemu dengan Tuhannya, dan bau mulut orang yang berpuasa lebih harum disisi Allah, daripada bau minya misk/kesturi' ”
Hadits riwayat al-Bukhari, dan begitu juga oleh imam Muslim, dan Imam Malik, dan Tirmidzi dan an-Nasai serta Ibnu Majah
.

Hadits Ke – 11

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " قَالَ اللَّهُ: أَنْفِقْ يَا ابْنَ آدَمَ، أُنْفِقْ عَلَيْكَ
(رواه البخاري (وكذلك مسلم
Diriwayatkan dari Abi Hurairah r.a, sesungguhnya Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, berinfaklah wahai anak adam, (jika kamu berbuat demikian) Aku memberi infak kepada kalian”.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan begitu juga oleh Imam Muslim


Hadits Ke – 12

عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ الْأَنْصَارِيِّ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " حُوسِبَ رَجُلٌ مِمَّنْ كَانَ قَبْلَكُمْ، فَلَمْ يُوجَدْ لَهُ مِنْ
الْخَيْرِ شَيْءٌ، إِلَّا أَنَّهُ كَانَ يُخَالِطُ(1) النَّاسَ، وَكَانَ مُوسِرًا، فَكَانَ يَأْمُرُ غِلْمَانَهُ أَنْ يَتَجَاوَزُوا عَنْ الْمُعْسِرِ، قَالَ (2) قَالَ اللَّهُ : نَحْنُ أَحَقُّ بِذَلِكَ مِنْكَ، تَجَاوَزُوا عَنْهُ"

(رواه مسلم (وكذلك البخاري والنسائي


Diriwayatkan dari Abu Mas'ud al-Anshari r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah ﷺ, “Ada seorang lelaki sebelum kalian yang dihisab, dan tidak ditemukan satupun kebaikan ada padanya kecuali bahwa dia adalah orang yang banyak bergaul dengan manusia, dan dia orang yang lapang(berkecukupan), serta dia memerintahkan kepada pegawai-pegawainya untuk membebaskan orang-orang yang kesulitan (dari membayar hutang), kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman,'Kami *(Allah) lebih berhak untuk berbuat itu daripada dia, (oleh karena itu) bebaskan dia' ”
Hadits riwayat Muslim, begitujuga oleh al-Bukhari dan an-Nasai.


Hadits Ke – 13

:عَنْ عَدِيَّ بْنَ حَاتِمٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ
"كُنْتُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ، صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَجَاءَهُ رَجُلَانِ: أَحَدُهُمَا يَشْكُو الْعَيْلَةَ(1)، وَالْآخَرُ يَشْكُو قَطْعَ السَّبِيلِ(2)، فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أَمَّا قَطْعُ السَّبِيلِ فَإِنَّهُ لَا يَأْتِي عَلَيْكَ إِلَّا قَلِيلٌ، حَتَّى تَخْرُجَ الْعِيرُ إِلَى مَكَّةَ بِغَيْرِ خَفِيرٍ. وَأَمَّا الْعَيْلَةُ، فَإِنَّ السَّاعَةَ لَا تَقُومُ حَتَّى يَطُوفَ أَحَدُكُمْ بِصَدَقَتِهِ، لَا يَجِدُ مَنْ يَقْبَلُهَا مِنْهُ، ثُمَّ لَيَقِفَنَّ أَحَدُكُمْ بَيْنَ يَدَيْ اللَّهِ، لَيْسَ بَيْنَهُ وَبَيْنَهُ حِجَابٌ وَلَا تَرْجُمَانٌ يُتَرْجِمُ لَهُ، ثُمَّ لَيَقُولَنَّ لَهُ: أَلَمْ أُوتِكَ مَالًا؟ فَلَيَقُولَنَّ: بَلَى، ثُمَّ لَيَقُولَنَّ: أَلَمْ أُرْسِلْ إِلَيْكَ رَسُولًا؟ فَلَيَقُولَنَّ: بَلَى، فَيَنْظُرُ عَنْ يَمِينِهِ، فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ، ثُمَّ يَنْظُرُ عَنْ شِمَالِهِ، فَلَا يَرَى إِلَّا النَّارَ، فَلْيَتَّقِيَنَّ أَحَدُكُمْ النَّارَ وَلَوْ بِشِقِّ تَمْرَةٍ، فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَبِكَلِمَةٍ طَيِّبَةٍ".

رواه البخاري

Diriwayatkan dari 'Adiy ibn Hatim r.a., beliau berkata, ketika aku sedang berada disamping Rasulullah ﷺ, kemudian datanglah dua orang laki-laki, salah satunya mengadukan tentang kemiskinan, dan lelaki yang lainnya mengadukan tentang perampokan di jalan, kemudian Rasulullah ﷺ bersabda, “Adapun mengenai perampokan, sesungguhnya kelak dalam waktu yang tidak lama, akan datang suatu masa, ketika sebuah kafilah tidak memerlukan pengawal saat menuju Makkah, dan adapun tentang kemiskinan, tidak akan datang hari Kiamat, (sehingga datang masa dimana) seorang diantara kalian berdiri untuk mencari orang yang mau menerima sedekah, namun tidak dapat menemukan seorangpun yang mau menerimanya, kemudian (dihari kiamat) setiap orang diantara kalian akan berdiri dihadapan Allah, yang tidak ada diantaranya dan Allah hijab/tabir, dan tidak pula ada penerjemah yang menerjemahkan/juru bicara untuk orang tersebut, kemudian Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, 'bukankah Aku telah memberimu harta?' Kemudian orang itu menjawab, 'benar', kemudian Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, 'bukankah telah aku utus kepadamu seorang Rasul? ', lalu orang itu menjawab, 'benar', kemudian ia melihat ke arah kanannya, maka ia tidak mendapati kecuali Neraka, kemudian dia melihat ke arah kirinya, dan tidak mendapati kecuali Neraka. Maka jagalah diri-diri kalian dari api Neraka, meskipun dengan (bersedakah) separuh buah kurma, dan jika dia tidak mendapatinya (kurma/barang untuk bersedekah) maka (bersedahlah) dengan perkataan yang baik”
Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari.


Hadits Ke – 14

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " إِنَّ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَلَائِكَةً سَيَّارَةً فُضُلًا(1)، يَتَتَبَّعُونَ مَجَالِسَ الذِّكْرِ، فَإِذَا وَجَدُوا مَجْلِسًا فِيهِ ذِكْرٌ، قَعَدُوا مَعَهُمْ، وَحَفَّ بَعْضُهُمْ بَعْضًا بِأَجْنِحَتِهِمْ، حَتَّى يَمْلَئُوا مَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا، فَإِذَا تَفَرَّقُوا عَرَجُوا وَصَعِدُوا إِلَى السَّمَاءِ، قَالَ (2) : فَيَسْأَلُهُمْ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ وَهُوَ أَعْلَمُ بِهِمْ: مِنْ أَيْنَ جِئْتُمْ؟ فَيَقُولُونَ: جِئْنَا مِنْ عِنْدِ عِبَادٍ لَكَ فِي الْأَرْضِ، يُسَبِّحُونَكَ وَيُكَبِّرُونَكَ وَيُهَلِّلُونَكَ وَيَحْمَدُونَكَ وَيَسْأَلُونَكَ، قَالَ: وَمَا يَسْأَلُونِي؟ قَالُوا يَسْأَلُونَكَ جَنَّتَكَ، قَالَ: وَهَلْ رَأَوْا جَنَّتِي؟ قَالُوا: لَا أَيْ رَبِّ، قَالَ: فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْا جَنَّتِي! قَالُوا: وَيَسْتَجِيرُونَكَ، قَالَ: وَمِمَّ يَسْتَجِيرُونَنِي؟ قَالُوا: مِنْ نَارِكَ يَا رَبِّ، قَالَ: وَهَلْ رَأَوْا نَارِي؟ قَالُوا: لَا، قَالَ: فَكَيْفَ لَوْ رَأَوْا نَارِي! قَالُوا: وَيَسْتَغْفِرُونَكَ، قَالَ (1) فَيَقُولُ: قَدْ غَفَرْتُ لَهُمْ، فَأَعْطَيْتُهُمْ مَا سَأَلُوا، وَأَجَرْتُهُمْ مِمَّا اسْتَجَارُوا، قَالَ(1) يَقُولُونَ: رَبِّ فِيهِمْ فُلَانٌ، عَبْدٌ خَطَّاءٌ إِنَّمَا مَرَّ فَجَلَسَ مَعَهُمْ، قَالَ(1): فَيَقُولُ: وَلَهُ غَفَرْتُ؛ هُمْ الْقَوْمُ، لَا يَشْقَى بِهِمْ جَلِيسُهُمْ"

رواه مسلم وكذلك البخاري والترمذي والنسائي


Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya Nabi ﷺ bersabda, sesungguhnya Allah tabaaraka wa ta'ala (Maha Memberkati dan Maha Tinggi) memiliki banyak malaikat yang selalu mengadakan perjalanan yang jumlahnya melebihi malaikat pencatat amal, mereka senantiasa mencari majelis-majelis dzikir. Apabila mereka mendapati satu majelis dzikir, maka mereka akan ikut duduk bersama mereka dan mengelilingi dengan sayap-sayapnya hingga memenuhi jarak antara mereka dengan langit dunia. Apabila para peserta majelis telah berpencar mereka naik menuju ke langit. Beliau melanjutkan: Lalu Allah Yang Maha Mulia lagi Maha Agung menanyakan mereka padahal Dia lebih mengetahui daripada mereka: Dari manakah kamu sekalian? Mereka menjawab: Kami datang dari tempat hamba-hamba-Mu di dunia yang sedang mensucikan [Tasbih], mengagungkan [Takbir], membesarkan [Tahlil], memuji [Tahmid] dan memohon kepada Engkau.
Allah bertanya lagi: Apa yang mereka mohonkan kepada Aku? Para malaikat itu menjawab: Mereka memohon surga-Mu. Allah bertanya lagi: Apakah mereka sudah pernah melihat surga-Ku? Para malaikat itu menjawab: Belum wahai Tuhan kami.
Allah berfirman: Apalagi jika mereka telah melihat surga-Ku? Para malaikat itu berkata lagi: Mereka juga memohon perlindungan kepada-Mu.
Allah bertanya: Dari apakah mereka memohon perlindungan-Ku? Para malaikat menjawab: Dari neraka-Mu, wahai Tuhan kami.
Allah bertanya: Apakah mereka sudah pernah melihat neraka-Ku? Para malaikat menjawab: Belum.
Allah berfirman: Apalagi seandainya mereka pernah melihat neraka-Ku?
Para malaikat itu melanjutkan: Dan mereka juga memohon ampunan dari-Mu. Beliau bersabda, kemudian Allah berfirman: Aku sudah mengampuni mereka dan sudah memberikan apa yang mereka minta dan Aku juga telah memberikan perlindungan kepada mereka dari apa yang mereka takutkan.
Beliau melanjutkan lagi lalu para malaikat itu berkata: Wahai Tuhan kami! Di antara mereka terdapat si Fulan yaitu seorang yang penuh dosa yang kebetulan lewat lalu duduk ikut berdzikir bersama mereka. Beliau berkata, lalu Allah menjawab: Aku juga telah mengampuninya karena mereka adalah kaum yang tidak akan sengsara orang yang ikut duduk bersama mereka.

Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim, begitu juga oleh Imam Bukhari at-Tirmidzi dan an-Nasa'i.


Hadits Ke – 15

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "يَقُولُ اللَّهُ تَعَالَى: أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِي بِي، وَأَنَا مَعَهُ إِذَا ذَكَرَنِي، فَإِنْ ذَكَرَنِي فِي نَفْسِهِ، ذَكَرْتُهُ فِي نَفْسِي، وَإِنْ ذَكَرَنِي فِي مَلَإٍ، ذَكَرْتُهُ فِي مَلَإٍ خَيْرٌ مِنْهُمْ، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ بِشِبْرٍ، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ ذِرَاعًا، وَإِنْ تَقَرَّبَ إِلَيَّ ذِرَاعًا، تَقَرَّبْتُ إِلَيْهِ بَاعًا(1) وَإِنْ أَتَانِي يَمْشِي، أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً"
(رواه البخاري (وكذلك مسلم والترمذي وابن ماجه


Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah ﷺ, “Telah berfirman Allah Subhanahu wa ta'ala, 'Aku adalah sebagaimana prasangka hambaku kepadaku, dan Aku bersamanya ketika dia mengingatku, dan jika hambaku mengingatku dalam sendirian, maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku sendiri, dan jika dia mengingatku di dalam sebuah kelompok/jama'ah, (maka) Aku mengingatnya dalam kelompok yang lebih baik dari kelompok tersebut, dan jika dia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta, dan jika dia mendekat kepadaku sehasta, Aku mendekat kepadanya satu depa, dan jika dia mendatangiku dengan berjalan, Aku mendatanginya dengan berjalan cepat' ”
Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari, begitu juga oleh Imam Muslim, Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah.


Hadits Ke – 16

عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فِيمَا يَرْوِي عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ، قَالَ: "إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الْحَسَنَاتِ وَالسَّيِّئَاتِ، ثُمَّ بَيَّنَ ذَلِكَ: فَمَنْ هَمَّ بِحَسَنَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ عَشْرَ حَسَنَاتٍ، إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ، إِلَى أَضْعَافٍ كَثِيرَةٍ، وَمَنْ هَمَّ بِسَيِّئَةٍ فَلَمْ يَعْمَلْهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ عِنْدَهُ حَسَنَةً كَامِلَةً، فَإِنْ هُوَ هَمَّ بِهَا فَعَمِلَهَا، كَتَبَهَا اللَّهُ لَهُ سَيِّئَةً وَاحِدَةً"
رواه البخاري ومسلم


Diriwayatkan oleh Ibn 'Abbas r.anhumaa, dari Nabi ﷺ, Sesungguhnya Alloh menulis semua kebaikan dan keburukan. Barangsiapa berkeinginan berbuat kebaikan, lalu dia tidak melakukannya, Alloh menulis di sisiNya pahala satu kebaikan sempurna untuknya. Jika dia berkeinginan berbuat kebaikan, lalu dia melakukannya, Alloh menulis pahala sepuluh kebaikan sampai 700 kali, sampai berkali lipat banyaknya. Barangsiapa berkeinginan berbuat keburukan, lalu dia tidak melakukannya, Alloh menulis di sisiNya pahala satu kebaikan sempurna untuknya. Jika dia berkeinginan berbuat keburukan, lalu dia melakukannya, Alloh menulis satu keburukan saja.
Hadits riwayat Bukhari dan Muslim.


Hadits Ke – 17

عَنْ أَبِي ذَرٍّ الْغِفَارِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِيمَا يَرْوِيهِ عَنْ رَبِّهِ عَزَّ وَجَلَّ أَنَّهُ قَالَ: " يَا عِبَادِي: إِنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَجَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مُحَرَّمًا فَلَا تَظَالَمُوا. يَا عِبَادِي: كُلُّكُمْ ضَالٌّ إِلَّا مَنْ هَدَيْتُهُ فَاسْتَهْدُونِي أَهْدِكُمْ، يَا عِبَادِي: كُلُّكُمْ جَائِعٌ إِلَّا مَنْ أَطْعَمْتُهُ فَاسْتَطْعِمُونِي أُطْعِمْكُمْ، يَا عِبَادِي: كُلُّكُمْ عَارٍ إِلَّا مَنْ كَسَوْتُهُ فَاسْتَكْسُونِي أَكْسُكُمْ، يَا عِبَادِي: إِنَّكُمْ تُخْطِئُونَ بِاللَّيْلِ وَالنَّهَارِ، وَأَنَا أَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا، فَاسْتَغْفِرُونِي أَغْفِرْ لَكُمْ . يَا عِبَادِي: إِنَّكُمْ لَنْ تَبْلُغُوا ضَرِّي فَتَضُرُّونِي، وَلَنْ تَبْلُغُوا نَفْعِي فَتَنْفَعُونِي، يَا عِبَادِي: لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَتْقَى قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا زَادَ ذَلِكَ فِي مُلْكِي شَيْئًا، يَا عِبَادِي: لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ كَانُوا عَلَى أَفْجَرِ قَلْبِ رَجُلٍ وَاحِدٍ مِنْكُمْ مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِنْ مُلْكِي شَيْئًا، يَا عِبَادِي: لَوْ أَنَّ أَوَّلَكُمْ وَآخِرَكُمْ وَإِنْسَكُمْ وَجِنَّكُمْ قَامُوا فِي صَعِيدٍ وَاحِدٍ فَسَأَلُونِي، فَأَعْطَيْتُ كُلَّ وَاحِدٍ مَسْأَلَتَهُ، مَا نَقَصَ ذَلِكَ مِمَّا عِنْدِي إِلَّا كَمَا يَنْقُصُ الْمِخْيَطُ إِذَا أُدْخِلَ الْبَحْرَ. يَا عِبَادِي: إِنَّمَا هِيَ أَعْمَالُكُمْ أُحْصِيهَا لَكُمْ، ثُمَّ أُوَفِّيكُمْ إِيَّاهَا، فَمَنْ وَجَدَ خَيْرًا فَلْيَحْمَدْ اللَّهَ، وَمَنْ وَجَدَ غَيْرَ ذَلِكَ فَلَا يَلُومَنَّ إِلَّا نَفْسَهُ “.
رواه مسلم (وكذلك الترمذي وابن ماجه)


Dari Abu Dzar Al Ghifari radhiallahuanhu dari Rasulullah shollallohu ‘alaihi wa sallam sebagaimana beliau riwayatkan dari Rabbnya Azza Wajalla bahwa Dia berfirman : Wahai hambaku, sesungguhya aku telah mengharamkan kezaliman atas diri-Ku dan Aku telah menetapkan haramnya (kezaliman itu) diantara kalian, maka janganlah kalian saling berlaku zalim. Wahai hambaku semua kalian adalah sesat kecuali siapa yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah kepada-Ku niscaya Aku akan memberikan kalian hidayah. Wahai hambaku, kalian semuanya kelaparan kecuali siapa yang aku berikan kepadanya makanan, maka mintalah makan kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian makanan. Wahai hamba-Ku, kalian semuanya telanjang kecuali siapa yang aku berikan kepadanya pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku niscaya Aku berikan kalian pakaian. Wahai hamba-Ku kalian semuanya melakukan kesalahan pada malam dan siang hari dan Aku mengampuni dosa semuanya, maka mintalah ampun kepada-Ku niscaya akan Aku ampuni. Wahai hamba-Ku sesungguhnya tidak ada kemudharatan yang dapat kalian lakukan kepada-Ku sebagaimana tidak ada kemanfaatan yang kalian berikan kepada-Ku. Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama diantara kalian sampai orang terakhir, dari kalangan manusia dan jin semuanya berada dalam keadaan paling bertakwa diantara kamu, niscaya hal tersebut tidak menambah kerajaan-Ku sedikitpun . Wahai hamba-Ku seandainya sejak orang pertama diantara kalian sampai orang terakhir, dari golongan manusia dan jin diantara kalian, semuanya seperti orang yang paling durhaka diantara kalian, niscaya hal itu tidak mengurangi kerajaan-Ku sedikitpun juga. Wahai hamba-Ku, seandainya sejak orang pertama diantara kalian sampai orang terakhir semunya berdiri di sebuah bukit lalu kalian meminta kepada-Ku, lalu setiap orang yang meminta Aku penuhi, niscaya hal itu tidak mengurangi apa yang ada pada-Ku kecuali bagaikan sebuah jarum yang dicelupkan di tengah lautan. Wahai hamba-Ku, sesungguhnya semua perbuatan kalian akan diperhitungkan untuk kalian kemudian diberikan balasannya, siapa yang banyak mendapatkan kebaikan maka hendaklah dia bersyukur kepada Allah dan siapa yang menemukan selain (kebaikan) itu janganlah mencela kecuali dirinya.

Diriwayatkan oleh Imam Muslim, begitu juga oleh Imam Tirmidzi dan Imam Ibn Majah


Hadits Ke – 18

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: يَا ابْنَ آدَمَ، مَرِضْتُ فَلَمْ تَعُدْنِي(1) قَالَ: يَا رَبِّ كَيْفَ أَعُودُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ؟ قَالَ: أَمَا عَلِمْتَ أَنَّ عَبْدِي فُلَانًا مَرِضَ فَلَمْ تَعُدْهُ؟ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ عُدْتَهُ لَوَجَدْتَنِي عِنْدَهُ. يَا ابْنَ آدَمَ: اسْتَطْعَمْتُكَ فَلَمْ تُطْعِمْنِي، قَالَ: يَا رَبِّ وَكَيْفَ أُطْعِمُكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ؟ قَالَ: أَمَا عَلِمْتَ أَنَّهُ اسْتَطْعَمَكَ عَبْدِي فُلَانٌ فَلَمْ تُطْعِمْهُ؟ أَمَا عَلِمْتَ أَنَّكَ لَوْ أَطْعَمْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي. يَا ابْنَ آدَمَ: اسْتَسْقَيْتُكَ فَلَمْ تَسْقِنِي، قَالَ: يَا رَبِّ كَيْفَ أَسْقِيكَ وَأَنْتَ رَبُّ الْعَالَمِينَ؟ قَالَ اسْتَسْقَاكَ عَبْدِي فُلَانٌ فَلَمْ تَسْقِهِ، أَمَا إِنَّكَ لَوْ سَقَيْتَهُ لَوَجَدْتَ ذَلِكَ عِنْدِي"

رواه مسلم

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah ﷺ, sesungguhnya Allah Azza wa Jalla kelak dihari kiamat akan berfirman, “Wahai anak cucu Adam, aku sakit dan kamu tidak menjengukku”, ada yang berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana kami menjenguk-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam”, Allah berfirman, “Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya hambaku yang bernama Fulan sakit, dan kamu tidak menjenguknya? Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya jika kamu menjenguknya, engkau akan mendapatiku didekatnya.
Wahai anak cucu adam, aku meminta makanan kepadamu, namun kamu tidak memberiku makanan kepada-Ku”, ada yang berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana kami dapat memberi makan kepada-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?” Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Tidakkah engkau tahu, sesungguhnya hambaku fulan meminta makanan, dan kemudian kalian tidak memberinya makanan? Tidakkah engkau tahu, seandainya engkau memberinya makanan, benar-benar akan kau dapati perbuatan itu di sisi-Ku.
Wahai anak cucu adam, Aku meminta minum kepadamu, namun engkau tidak memberi-Ku minum” , ada yang berkata, “Wahai Tuhanku, bagaimana kami memberi minum kepada-Mu sedangkan Engkau adalah Tuhan Semesta Alam?” Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Seorang hambaku yang bernama fulan meminta minum kepadamu, namun tidak engkau beri minum, tidakkah engkau tahu, seandainya engkau memberi minum kepadanya, benar – benar akan kau dapati (pahala) amal itu di sisi-Ku”
Hadit diriwayatkan oleh Muslim.


Hadits Ke – 19

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: الْكِبْرِيَاءُ رِدَائِي، وَالْعَظَمَةُ إِزَارِي، فَمَنْ
نَازَعَنِي وَاحِدًا مِنْهُمَا، قَذَفْتُهُ فِي النَّارِ".

((رواه أبو داود(وكذلك ابن ماجه وأحمد) بأسانيد صحيحة.(1

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a, beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Allah 'Azza wa Jalla berfirman, 'Kesombongan adalah seledangku, dan keagungan adalah kain(sarung)ku, barangsiapa bersaing (turut memiliki) dalam salah satu dari kedua hal tersebut, maka benar-benar akan aku lemparkan dia di dalam neraka' ”
Hadit diriwayatkan oleh Abu Dawud, begitu juga oleh Ibn Majah dan Imam Ahmad, dengan sanad yang shahih.


Hadits Ke – 20

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ ،أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " تُفْتَحُ أَبْوَابُ الْجَنَّةِ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ، وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَيُغْفَرُ لِكُلِّ عَبْدٍ لَا يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا، إِلَّا رَجُلًا كَانَتْ بَيْنَهُ وَبَيْنَ أَخِيهِ شَحْنَاءُ، فَيُقَالُ: (1) أَنْظِرُوا (2) هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا، أَنْظِرُوا هَذَيْنِ حَتَّى يَصْطَلِحَا"

(رواه مسلم (وكذلك مالك وأبو داود

Dari Abu Hurairah r.a., bahwasannya Rasulullah ﷺ telah bersabda, “pintu – pintu surga dibuka pada hari senin dan hari kamis, maka diampunilah setiap hamba yang tidak mensekutukan Allah dengan sesuatu apapun, kecuali seorang laki-laki yang diantaranya dan saudaranya bermusuhan, maka dikatakan kepadanya, tundalah hingga keduanya berdamai, tundalah hingga keduanya berdamai, tundalah hingga keduanya berdamai ”.
hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim, begitu juga oleh Imam Malik dan Abu Dawud.


Hadits Ke – 21

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: " قَالَ اللَّهُ تَعَالَى: ثَلَاثَةٌ أَنَا خَصْمُهُمْ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: رَجُلٌ أَعْطَى بِي ثُمَّ غَدَرَ (1)، وَرَجُلٌ بَاعَ حُرًّا فَأَكَلَ ثَمَنَهُ، وَرَجُلٌ اسْتَأْجَرَ أَجِيرًا فَاسْتَوْفَى مِنْهُ وَلَمْ يُعْطِ أَجْرَهُ"

رواه البخاري (وكذلك ابن ماجه وأحمد)


Dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi ﷺ, beliu bersabda, "Allah Ta'ala berfirman: Ada tiga jenis orang yang Aku menjadi musuh mereka pada hari qiyamat, seseorang yang bersumpah atas namaku lalu mengingkarinya, seseorang yang menjual orang yang telah merdeka lalu memakan (uang dari) harganya dan seseorang yang memperkerjakan pekerja kemudian pekerja itu menyelesaikan pekerjaannya namun tidak dibayar upahnya"
Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan begitu juga Imam Ibnu Majah dan Imam Ahmad.


Hadits Ke – 22

عَنْ أَبِي سَعِيدٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " لَا يَحْقِرْ أَحَدُكُمْ نَفْسَهُ، قَالُوا: يَا رَسُولَ اللَّهِ كَيْفَ يَحْقِرُ أَحَدُنَا نَفْسَهُ؟ قَالَ: يَرَى أَمْرَ اللَّهِ عَلَيْهِ فِيهِ مَقَالٌ، ثُمَّ لَا يَقُولُ فِيهِ، فَيَقُولُ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ لَهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: مَا مَنَعَكَ أَنْ تَقُولَ فِي كَذَا وَكَذَا؟ فَيَقُولُ: خَشْيَةُ النَّاسِ، فَيَقُولُ: فَإِيَّايَ كُنْتَ أَحَقَّ أَنْ تَخْشَى"

رواه ابن ماجه بسند صحيح

Diriwayatkan dari Abu Sa'id r.a., beliau berkata, Rasulullah ﷺ telah bersabda, ““Janganlah salah seorang mencela dirinya sendiri.” Mereka bertanya, “Wahai Rasulullah, bagaimana seseorang mencela dirinya sendiri?” Beliau menjawab: “Dia melihat perkara Allah diperbincangkan, lalu dia tidak mengatakan (pembelaan) kepadanya, maka Allah ‘azza wajalla akan berkata kepadanya kelak di hari Kiamat; ‘Apa yang mencegahmu untuk mengatakan begini dan begini! ‘ lalu ia menjawab, ‘Saya takut terhadap manusia’. Maka Allah pun berfirman: ‘Aku lebih berhak untuk kamu takuti’.” ”
Hadits diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dengan sanad yang shahih.


Hadits Ke – 23

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : "إِنَّ اللَّهَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى يَقُولُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ: أَيْنَ الْمُتَحَابُّونَ
بجَلَالِي؟ الْيَوْمَ أُظِلُّهُمْ فِي ظِلِّي يَوْمَ لَا ظِلَّ إِلَّا ظِلِّي"

(رواه البخاري (وكذلك مالك

Dari Abi Hurairah r.a, beliau berkata, telah bersabda Rasulullah ﷺ, sesungguhnya Allah tabaaraka wa ta'aala berfirman di hari kiamat, “Dimanakah orang – orang yang saling mencintai karena-Ku, dihari ini (kiamat) aku menaungi mereka dalam naunganku, dihari dimana tidak ada naungan kecuali naunganku”
Hadits riwayat Bukhari, dan begitu juga diriwayatkan oleh Imam Malik.


Hadits Ke – 24

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ اللَّهَ إِذَا أَحَبَّ عَبْدًا دَعَا جِبْرِيلَ، فَقَالَ: إِنِّي أُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبَّهُ، قَالَ: فَيُحِبُّهُ جِبْرِيلُ، ثُمَّ يُنَادِي فِي السَّمَاءِ فَيَقُولُ: إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ فُلَانًا فَأَحِبُّوهُ، فَيُحِبُّهُ أَهْلُ السَّمَاءِ، قَالَ: ثُمَّ يُوضَعُ لَهُ الْقَبُولُ فِي الْأَرْضِ. وَإِذَا اللَّهُ أَبْغَضَ عَبْدًا، دَعَا جِبْرِيلَ فَيَقُولُ: إِنِّي أُبْغِضُ فُلَانًا فَأَبْغِضْهُ، فَيُبْغِضُهُ جِبْرِيلُ ثُمَّ يُنَادِي فِي أَهْلِ السَّمَاءِ: إِنَّ اللَّهَ يُبْغِضُ فُلَانًا فَأَبْغِضُوهُ، قَالَ: فَيُبْغِضُونَهُ، ثُمَّ تُوضَعُ لَهُ الْبَغْضَاءُ فِي الْأَرْضِ".

(رواه مسلم (وكذلك البخاري ومالك والترمذي


Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya jika Allah mencintai seorang hamba, Dia memanggil Jibril dan berfirman, 'Sesunguhnya aku mencintai fulan, maka cintailah dia.'”, Rasulullah selanjutnya bersabda, maka Jibril pun mencintainya, kemudian Jibril menyeru penduduk langit, “Sesungguhnya Allah mencintai fulan, maka cintailah dia”, maka para penghuni langit pun mencintainya, selanjutnya Rasulullah ﷺ bersabda, “dan kemudian dibumi diapun menjadi orang yang diterima”. Dan ketika Allah membenci seorang hamba, maka Dia memanggil Jibril dan kemudian berfirman, “Sesungguhnya aku membenci si fulan, maka bencilah dia”, maka Jibril pun membenci si Fulan, kemudia Jibril menyeru penduduk langit, “sesungguhnya Allah membenci si fulan, maka bencilah dia”, Rasulullah ﷺ melanjutkan, “maka penduduk langitpun membenci fulan, kemudian diapun dibenci di bumi”.
Hadits riwayat Muslim, dan begitu juga oleh Imam Bukhari, Malik, dan Imam Tirmidzi.


Hadits Ke – 25

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: " إِنَّ اللَّهَ عَزَّ وَجَلَّ قَالَ: مَنْ عَادَى لِي وَلِيًّا، فَقَدْ آذَنْتُهُ بِالْحَرْبِ، وَمَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِشَيْءٍ أَحَبَّ إِلَيَّ مِمَّا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ، فَإِذَا أَحْبَبْتُهُ، كُنْتُ سَمْعَهُ الَّذِي يَسْمَعُ بِهِ، وَبَصَرَهُ الَّذِي يُبْصِرُ بِهِ، وَيَدَهُ الَّتِي يَبْطِشُ بِهَا، وَرِجْلَهُ الَّتِي يَمْشِي بِهَا، وَإِنْ سَأَلَنِي لَأُعْطِيَنَّهُ، وَلَئِنْ اسْتَعَاذَنِي لَأُعِيذَنَّهُ، وَمَا تَرَدَّدْتُ عَنْ شَيْءٍ أَنَا فَاعِلُهُ تَرَدُّدِي عَنْ نَفْسِ عَبْدِي الْمُؤْمِنِ، يَكْرَهُ الْمَوْتَ وَأَنَا أَكْرَهُ مَسَاءَتَهُ"

رواه البخاري


Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah ﷺ, sesungguhnya Allah 'azza wa jalla berfirman, “Siapa yang memusuhi seorang kekasihku, maka Aku menyatakan perang kepadanya, dan tiada mendekat kepadaku seorang hambaku, dengan sesuatu yang lebih kusukai daripada melaksanakan kewajibannya, dan selalu hambaku mendekat kepadaku dengan melakukan sunah – sunah sehingga Aku sukai, maka apabila Aku telah kasih kepadanya, Akulah yang menjadi pendengarannya, dan penglihatannya, dan sebagai tangan yang digunakannya dan kaki yang dijalankannya, dan apabila ia memohon kepadaku pasti kukabulkan dan jika berlindung kepadaku pasti kulindungi”
Hadits riwayat Bukhari.


Hadits Ke – 26

عَنْ أَبِي أُماَمَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ، عَنْ النَّبِيّ صَلّى اللهُ عليهِ وسلّم، قاَلَ: "قاَلَ اللهُ عَزَّوَجَلَّ: إِنَّ أَغْبَطَ أَوْليَائي عِنْدي لَمُؤْمِنُ، خَفِيفُ الْحَاذِ(١)،
ذُو حَظ مِنَ الصّلاةِ، أَحْسَنَ عِباَدَةَ رَبِّهِ، وَأَطَاعَهُ فِي السِّرِّ، وَكاَن غاَمضاً في النّاس، لاَ يُشَرُ إِليْهِ بِالأصابِعِ، وكانَ رِزْقُهُ كفافاً فَصَبَرَ عَلَى ذلك ثُمَّ نَفَضَ بِيَدِهِ(٢)، ثُمَّ قاَلَ: عُجِّلَة مَنِيَّتُهُ، قَلَّتْ بِوَاكِيهِ، قَلَّ تُرَاثُهُ
رواهُ التِّرمذي (وكذلك أحمد وإبن ماجه) وإسناده حسن

Diriwayatkan dari Abi Umamah r.a., dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, Allah Azza Wa Jalla berfirman, Sesungguhnya wali-wali (para kekasih) yang terbaik menurutku adalah seorang mukmin yang ringan kondisinya, punya bagian dari shalat, menyembah Tuhannya dengan baik, menaati-Nya saat sepi (dalam keadaan sirri/tersembunyi), tidak dikenali orang dan tidak ditunjuk dengan jari, rizkinya pas-pasan (hanya cukup bagi dirinya sendiri) lalu ia bersabar atas hal itu”. Setelah itu beliau SAW mengetuk-ngetukkan tangan beliau, kemudian beliau bersabda, “Kematiannya dipercepat, sedikit wanita yang menangisi dan sedikit harta peninggalanya.”
Hadits riwayat at-Tirmidzi, dan begitu juga ima Ahmad dan Ibnu Majah, dengan sanad hasan.


Hadits Ke – 27

: عَنْ مَسْرُوْقٍ، قاَلَ: سَأَلْناَ -أَوْ سَأَلْتُ- عَبْدُ اللهِ -أَيْ ابْنَ مَسْعُوْدٍ- عَنْ هَذِهِ الآيةِ
}وَلاَتَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِى سَبِيْلِ اللهِ أَمْوَاتاً بَلْ أَحْيَاءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَ { - قاَلَ: أَمَا إِنَّا قَدْ سَأَلْناَ عَنْ ذَلِكَ، فَقَالَ:
أَرْوَاحُهُمْ فِى جَوْفِ طَيْرٍ خُضْرٍ، لَهَا قَناَدِيلُ مُعَلَّقَةُ بِالْعَرْشِ، تَسْرَحُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ شَاءَتْ، ثُمَّ تَأْوِي إِلى تِلْكَ القَنَادِيلِ، فَٱطَّلَعَ إِلَيْهِمْ رَبُّهُمُ ٱطَّلاَعَةً فَقَالَ: "هَلْ تَشْتَهُوْنَ شَيْئاً؟" قَالُوا "أَيَّ شَيْءٍ نَشْتَهِي وَنَحْنُ نَسْرَحُ مِنَ الْجَنَّةِ حَيْثُ شِئْناَ؟" فَفَعَلَ ذَلِكَ بِهِمْ ثَلاَثَ مَرَّاتٍ، فَلَمَّا رَأَوْا أَنَّهُمْ لَنْ يُتْرَكُوْا مِنْ أَنْ يَسْأَلُوا، قَالُوا: "يَارَبِّ، نُرِيْدُ أَنْ تَرُدَّ أَرْوَاحُناَ فِى أَجْساَدِناَ، حَتَّى نُقْتَلَ فِىْ سَبِيْلِكَ مَرَّةً أُخْرَى" فَلَمَّا رَأَى أَنْ لَيْسَ لَهُمْ حَاجَةٌ تُرِكُوا.
رواه مسلم وكذلك الترمذى والنسائي وابن ماجه.


Dari Masyruq, beliau berkata: kami bertanya – atau aku bertanya – kepada Abdullah – maksudnya adalah Abdullah Ibn Mas'ud – mengenai ayat berikut:

وَلاَتَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ قُتِلُوْا فِى سَبِيْلِ اللهِ أَمْوَاتاً بَلْ أَحْيَاءُ عِنْدَ رَبِّهِمْ يُرْزَقُوْنَ

Janganlah kamu mengira bahwa orang-orang yang gugur di jalan Allah itu mati; bahkan mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezeki. (Ali-Imran:169)
Ibnu Abbas berkata, ketahuilah sesunguhnya aku benar – benar telah menanyakan ayat tersebut (kepada Rasulullah ﷺ), maka beliau bersabda, “ruh-ruh mereka didalam burung-burung berwarna hijau yang memiliki pelita-pelita yang tergantung di 'arasy, (ruh mereka) terbang ke surga sesuai kehendak mereka, dan kemudian kembali ke pelita, kemudian Tuahan mereka mendatangi mereka dan berfirman, 'Apakah ada sesuatu yang kalian inginkan?', mereka menjawab, 'adakah lagi yang kami inginkan, sedangkan kami bebas terbang ke surga sekehendak kami', dan hal tersebut ditanyakan kepada mereka tiga kali, dan ketika mereka menyadari bahwa mereka tidak akan ditinggalkan (tidak ditanya lagi) hingga mereka meminta sesuatu, mereka selanjutnya berkata, 'Wahai Tuhan kami, kami berharap kiranya Engkau kembalikan ruh kami ke dalam jasad kami, hingga kami terbunuh kembali di jalan-Mu untuk kedua kalinya', tatkala Allah melihat bahwa mereka tidak memiliki hajat/keinginan lain lagi, maka mereka ditinggalkan (tidak ditanya lagi)”.
Diriwayatkan oleh Muslim, begitu juga oleh at-Tirmidzi, an-Nasai dan Ibnu Majah.


Hadits Ke – 28

: عَنْ جُنْدُبٍ بنِ عَبْدِ اللهِ رضي الله عنه قاَلَ: قاَلَ رَسُوْلُ الله صلى الله عليه وسلم
كاَنَ فِيْمَنْ كاَنَ قَبْلَكُمْ رَجِلٌ، بِهِ جُرْحٌ فَجَزِعَ، فَأَخَذَ سِكِّيْناً فَحَزَّ بِهَا يَدَهُ، فَماَ رَقَأَ الدَّمُ حَتَّى ماَتَ قَالَ اللهُ تَعاَلَى: "باَدَرَنِي عَبْدِى بِنَفْسِهِ، حَرَّمْتُ عَلَيْهِ الجَنَّةَ".
رواه البخاري.

Dari Jundub ibn Abdillah r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah ﷺ, “Terdapat seseorang laki-laki dari orang-orang sebelummu yang memiliki luka, kemudian dia mengambil pisau dan melukai tanganya, maka darahnya pun terus mengalir keluar hingga dia meninggal, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, 'hambaku telah bergegas menemuiku karena ulahnya, maka aku haramkan baginya surga '”
Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari.


Hadits Ke – 29

: عن أبي هريرة رضي الله عنه أَنَّ رسول الله صلى الله عليه وسلم قال
يقول الله تعالي: "ماَ لِعَبْدِي الْمُؤْمِنِ عِنْدِي جَزَاءٌ، إِذاَ قَبَضْتُ صَفِيَّهُ مِنْ أَهْلِ الدُّنْياَ، ثُمَّ احْتَسَبَهُ، إِلَّا الْجَنَّةُ"
رواه البخاري.

Dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Rasululah ﷺ bersabda, Allah Subhanahu wa ta'ala telah berfirman, 'Tidak ada bagi hambaku yang beriman balasan dari-Ku, ketika aku ambil orang yang paling dia sayangi (kekasihnya) dari penduduk dunia, kemudian dia mengharapkan keridhaan Allah (balasan pahala dari Alah), kecuali (pasti akan Ku balas dengan) surga'.
Diriwayatkan oleh Bukhari.


Hadits Ke – 30

:عن أبي هريرة، رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال
قال الله عز وجل: "إِذَا أَحَبَّ عَبْدِي لِقَائِي أَحْبَبْتُ لِقَاءَهُ وَإِذَا كَرِهَ لِقَائِي، كَرِهْتُ لِقَاءَهُ"
رواه البخاري ومالك.
وفى رواية لمسلم، توضح معني الحديث: عَن عَائِشَةَ رضي الله عنها قاَلَتْ: قاَلَ رسول الله، صلى الله عليه وسلم : مَنْ أَحَبَّ لِقاَءَ اللهِ، أَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ، وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ كَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ فَقُلْتُ "ياَ نَبِيَّ الله، أَكْراهِيةَ الْمَوْتِ؟ فَكُلُّناَ نَكْرَهُ الْمَوْتَ" قَالَ: "لَيْسَ كَذَلِكَ، وَلَكِنَّ الْمُؤْمِنَ إِذاَ بُشِّرَ بِرَحْمَةِ اللهِ وَرِضْوَانِهِ وَجَنَّتِهِ، أَحَبَّ لِقاَءَ اللهِ، فَأَحَبَّ اللهُ لِقَاءَهُ، وَإِنّ الكاَفِرَ إِذاَ بُشِّرَ بِعَذاَبِ اللهِ وَسَخَطِهِ كَرِهَ لِقَاءَ اللهِ، وَكَرِهَ اللهُ لِقَاءَهُ".

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, Allah 'Azza wa Jalla berfirman, “Ketika hambaku menyukai untuk bertemu denganku, akupun senang untuk bertemu dengannya, dan ketika hambaku benci untuk bertemu denganku, akupun benci bertemu dengannya”
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Malik.
Dan didalam riwayat Imam Muslim, yang menjelaskan makna hadits tersebut: dari 'Aisyah r.anha, beliau berkata, telah bersabda Rasulullah ﷺ: barangsiapa senang bertemu dengan Allah, Allah pun juga senang bertemu dengannya, dan barangsiapa yang benci bertemu dengan Allah, Allah pun juga benci bertemu dengannya. Aku ('Aisyah r.a) pun bertanya, “Wahai Nabi Allah, aku membenci mati ? kita semua membenci kematian”, Rasulullah ﷺ bersabda, “Tidak demikian (maksudnya), akan tetapi, seorang mukmin ketika diberikan kabar gembira dengan rahmat Allah, keridloan-Nya dan surga-Nya, maka dia pun senang bertemu dengan Allah, dan Allah pun senang bertemu dengannya, sedangkan orang kafir, ketika diberitakan kepada mereka dengan adzab Allah, dan murka-Nya maka mereka benci bertemu dengan Allah, dan Allah pun juga benci bertemu dengan mereka”.


Hadits Ke – 31

عَنْ جُنْدُبٍ رضي اللهُ عَنْهُ: أَنَّ رَسُولَ اللهِ صلى اللهُ عليه وسَلَّم، حدَّث أَن رجُلا قال واللهِ لا يَغْفِرُ اللهُ لِفُلانٍ، وإِنَّ اللهَ تَعالَى قالَ: مَنْ ذاَ
الَّذِي يَتَأَلَى(١) عَلَيَّ أَن لاَ أَغفِرَ لِفُلانٍ، فَإِنِّي قَدْ غَفَرْتُ لِفُلانٍ، وأَحْبَطْتُ عَمَلَكَ(٢) أَوْكَمَاقالَ
رواه مسلم


Diriwayatkan dari Jundub r.a., bahwa Rasulullah ﷺ, diberitakan bahwa seseorang berkata, “Demi Allah, Allah tidak akan mengampuni fulan”, dan sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “siapakah yang telah bersumpah dengan nama-Ku, bahwa aku tidak akan mengampuni fulan, sesungguhnya aku benar-benar mengampuni fulan, dan Aku membatalkan amal-amalmu”, atau seperti perkataan/sabda yang serupa kalimat tersebut.

Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim.


Hadits Ke – 32

عَنْ أَبي هُرَيْرَةَ رضي اللهُ عَنْهُ: عن النَّبيَّ صلى اللهُ عليه وسَلَّم، قالَ: أَسْرَفَ رَجُلٌ علَى نَفْسِهِ، فَلَمَّا حَضَرَهُ الْمَوتُ أَوْصَى بَنيهِ، فقال: إِذا أَناَ مُتُّ فَاحْرِقُوْنِى، ثُمَّ اسْحَقُوْنِى، ثُمَّ اذْرُوْنِى فِى الْبَحْرِ فَوَاللهِ لَئِنْ قَدَرَ عَلَيَّ رَبِّي لَيُعَذِّبُنِى عَذَابًا مَاعَذَّبَهُ بِهِ أَحَدًا قَالَ فَفَعَلُوْا ذَلِكَ بِهِ فَقَالَ لِلْأَرْضِ: أَدِّى مَاأَخَذْتِ، فَإِذَاهُوَ قَائِمٌ، فَقَالَ لَهُ مَاحَمَلَكَ عَلَى مَاصَنَعْتَ؟ فَقَالَ: خَشْيَتُكَ يَارَبِّ،أَمَخاَفَتُكَ. فَغَفَرَلَهُ بِذَلِكَ
(رواه مسلم (وكذلك البخاري والنسائي وإبن ماجه

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, seorang laki-laki yang telah berbuat melampau batas atas dirinya sendiri, maka ketika ajalnya akan datang, dia berwasiat kepada anaknya, kemudian dia berwasiat: Ketika aku telah mati, bakarlah (jasad) aku, kemudian hancurkanlah sampai halus, selanjutnya sebarkanlah abu (jasad) ku di udara di laut, karena, demi Allah seandainya Allah menetapkan kepadaku untuk mengadzabku, Dia akan mengadzabku dengan adzab yang belum pernah ditimpakan kepada seorangpun (selainku). Maka mereka melakukan apa yang diwasiatkan kepadanya. Kemudian Allah berfirman kepada bumi, Kumpulkanlah apa yang telah kamu ambil, maka ketika lelaki itu berdiri (dibangkitkan kembali), selanjutnya Allah berfirman, “Apa yang mendorongmu untuk melakukan perbuatan tersebut?”, lelaki itu menjawab, “karena aku takut (خشي) kepada-Mu wahai Tuhanku, (dalam kalimat lain: karenat aku takut kepada-Mu dengan menggunakan خائف )”. maka Allah pun mengampuni laki-laki tersebut disebabkan hal tersebut (karena rasa takut kepada Allah).
Diriwayatkan oleh Muslim, dan begitu juga oleh Imam Bukhari, an-Nasa'i dan Ibn Majah.


Hadits Ke – 33

عَنْ أبي هُريرة، رضي اللهُ عنه، عن النّبي صلّى اللهُ عليه وسلَّم، فيما يَحكي عن ربِّهِ عزَّ وجَلَّ،قال: أَذْنَبَ عَبْدٌ ذَنْبًا فَقَالَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِى
ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى عَبْدِى أَذْنَبَ ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِه. ثُمَّ عَادَ فَأَذْنَبَ فَقَالَ أَىْ رَبِّ اغْفِرْ لِى ذَنْبِى. فَقَالَ تَبَارَكَ وَتَعَالَى أَذْنَبَ عَبْدِى ذَنْبًا فَعَلِمَ أَنَّ لَهُ رَبًّا يَغْفِرُ الذَّنْبَ وَيَأْخُذُ بِالذَّنْبِ .اعْمَلْ مَا شِئْتَ فَقَدْ غَفَرْتُ لَكَ
(رواه مسلم (وكذلك البخري

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., dari Nabi ﷺ, salah satu dari yang di wahyukan dari Tuhannya 'Azza wa Jalla, adalah sabdanya, “telah berbuat dosa seorang hamba dengan suatu perbuatan maksiat/dosa, kemudian dia berkata, Ya Tuhanku ampunilah bagiku dosaku. Maka Allah tabaraka wa ta'ala berfirman, 'hambaku telah berbuat dosa dengan suatu perbuatan dosa, dan dia mengetahui bahwa Tuhannya maha mengampuni dosa dan menghukum perbuatan dosa.', kemudian hamba tersebut berbuat dosa kembali, dan kemudian berdoa (lagi) yaitu: Tuhanku, ampunilah bagiku dosaku. Maka Allah tabaraka wa ta'ala berfirman, 'hambaku melakukan perbuatan dosa, dan dia mengetahui bahwa Tuhannya mengampuni dosa dan mengadzab perbuatan dosa'. Kemudian hamba tersebut berbuat dosa kembali, dan kemudian berdoa kembali yaitu: Tuhanku, ampunilah bagiku dosaku, maka Allah tabaraka wa ta'ala berfirman, 'hambaku telah berbuat dosa, dan dia tahu , dia memiliki Tuhan yang Mengampuni dosa dan mengadzab perbuatan dosa. Lakukanlah apa yang kamu kehendaki, karena aku benar-benar telah mengampunimu' ”.

Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim, dan begitu juga oleh Imam Bukhari.


Hadits Ke – 34

عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ صَلَّى الله عليه وسلم يَقُوْلُ : قَالَ اللهُ تَعَالَى : يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ مَا دَعَوْتَنِي وَرَجَوْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ عَلَى مَاكَانَ مِنْكَ وَلاَ أُبَالِي، يَا ابْنَ آدَمَ لَوْ بَلَغَتْ ذُنُوْبُكَ عَنَانَ السَّماَءِ ثُمَّ اسْتَغْفَرْتَنِي غَفَرْتُ لَكَ، يَا ابْنَ آدَمَ، إِنَّكَ لَوْ أَتَيْتَنِي بِقُرَابِ اْلأَرْضِ خَطاَياَ ثُمَّ لَقِيْتَنِي لاَ تُشْرِكْ بِي شَيْئاً لأَتَيْتُكَ
بِقُرَابِهَا مَغْفِرَةً
رواهُ الترمذي (وكذلك احمد) وسنده حسن

Diriwayatkan dari Anas r.a., beliau berkata, aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Wahai anak cucu Adam, sesungguhnya bagimu apa yang kamu pintakan kepadaku dan kamu mohonkankepadaku, aku mengampunimu atas apa yang ada padamu dan aku tidak memperdulikannya (berapa besar dan banyak dosa yang ada padamu), wahai anak adam, seandainya engkau datang denga dosa-dosamu sebanyak awan di langit, kemudian engkau memohon ampunanku, maka aku mengampunimu, wahai anak cucu Adam, sesungguhnya seandainya engkau datang kepadaku dengan dosa sepenuh bumi, kemudian engkau menemuiku dengan tanpa menyekutukanku sama sekali, maka kutemui engkau dengan ampunan sejumlah itu pula”.
Hadits diriwayatkan oleh at-Tirmidzi dan begitu juga oleh Imam Ahmad, dan sanadnya Hasan.


Hadits Ke – 35

عن ابي هُريرة رضي اللهُ عنه، أَنَّ رَسُولَ الله صولّى الله عليه وسَلَّم، قال: يَتَنَزَّلُ رَبُّنَا تَبَارَكَ وَتَعَالَى كُلُّ لَيْلَةٍ إِلىَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا حِيْنَ يَبْقىَ
ثُلُثُ اللَّيْلِ الآخِرِ فَيَقُوْلُ : مَنْ يَدْعُوْنِي فَأَسْتَجِيْبُ لَهُ وَمَنْ يَسْأَلُنِي فَأُعْطِيهِ وَمَنْ يَسْتَغْفِرُنِي فَأَغْفِرُ لَهُ
رواه البخاري (وكذلك مسلم ومالك والترمذي وأبوداود) وفي روارة المسلم زيادة: فلا يزالُ كذلك حتَى يُضيء الفَجْرُ

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwa Rasulullah ﷺ bersabda, Tuhan kita Subhanahu wa ta'ala setiap malam turun ke langit dunia ketika sepertiga malam terakhir, kemudian berfirman, “Barangsiapa berdoa kepadaku, akan aku kabulkan, dan barangsiapa meminta kepadaku, maka akan aku beri, dan barangsiapa memohon ampunanku, maka aku ampuni”.
Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari, begitu juga oleh Imam Muslim, Imam Malik, Imam Tirmidzi dan Abu Dawud, dan dalam riwayat Muslim, dengan tambahan: Allah turun (di langit dunia) hingga terbitnya fajar.


Hadits Ke – 36

: عن أنس رضي اللهُ عنه، عن النّبي صولّى الله عليه وسَلَّم، قال
«يَجْتَمِعُ الْمُؤمِنُونَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَيَقُولُونَ: لَوِ اسْتَشْفَعْنَا إِلَى رَبِّنَا فَيَأْتُونَ آدَمَ فَيَقُولُونَ: أَنْتَ أَبُو النَّاسِ خَلَقَكَ اللهُ بِيَدِهِ وَأَسْجَدَ لَكَ مَلَائِكَتَهُ وَعَلَّمَكَ أَسْمَاءَ كُلِّ شَيْءٍ، فَاشْفَعْ لَنَا عِنْدَ رَبِّكَ حَتَّى يُريحَنَا مِنْ مَكَانِنَا هَذا، فَيَقُولُ: لَسْتُ هُنَاكُمْ وَيَذْكُرُ ذَنْبَهُ فَيَسْتَحْيِي ائْتُوا نُوحًا فإِنَّهُ أَوَّلُ رَسُولٍ بَعَثَهُ اللهُ إِلَى أَهْلِ الْأَرْضِ، فَيَأْتُونَه، فَيَقُولُ: لَسْتُ هُناكُمْ وَيَذْكُر سُؤَالَه رَبَّه مَا لَيْسَ لَهُ بِه عِلْم فَيَسْتَحْيِي فَيَقُولُ: ائْتُوا خَلِيلَ الرَّحْمن فَيَأْتُونَهُ فَيقُولُ: لَسْتُ هُنَاكُمْ فَيَقُولُ: ائْتُوا مُوسَى عَبْدًا كَلَّمَهُ اللهُ وَأعْطَاهُ التَّوْرَاةَ, فَيَأْتُونَهُ ، فَيقُولُ: لَسْتُ هُنَاكُم فَيَذْكُرُ قَتْلَ النَّفْسِ بِغَيْرِ نَفْسٍ فَيَسْتَحْيِي مِنْ رَبِّهِ فَيَقُولُ: ائْتُوا عِيسى عَبْدَاللهِ وَرَسُولَهُ وَكَلِمَةَ اللهِ ورُوحَهُ، فَيَأْتُونَهُ فَيَقُولُ: لَسْتُ هُنَاكُمْ ائْتُوا مُحَمَّدًا عَبْدًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّم مِنْ ذَنْبِهِ وَمَا تَأَخَّرَ، فَيَأْتُونِّي فأَنْطَلِقُ حَتَّى أَسْتأذِنَ عَلَى رَبِّي فيَأْذَنُ لِي، فإِذَا رأَيْتُ رَبِّي وَقَعْتُ سَاجِدًا فَيَدَعُنِي مَا شَاءَ اللهُ ثُمَّ يُقَالُ: ارْفَعْ رَأْسَكَ وَسَلْ تُعْطَهْ وَقُلْ يُسْمَعْ وَاشْفَعْ تُشَفَّعْ، فأَرْفَعُ رَأْسِي فأَحْمَدُهُ بِتَحْمِيدٍ يُعَلِّمُنِيهِ ثُمَّ أَشْفَعُ فَيُحَدُّ لِي حَدًّا فأُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ ثُمَّ أَعُودُ إلَيْهِ فَإذَا رَأَيْتُ رَبِّي مِثْلَهُ ثُمَّ أَشْفَعُ فَيُحَدُّ لِي حدًّا فأُدْخِلُهُمُ الْجَنَّةَ ثُمَّ أَعُودُ الثَّالِثَةَ ثُمَّ أعُودُ الرَّابِعَةَ فَأَقُولُ:مَا بَقِيَ فِي النَّار إلَّا مَنْ حَبَسَهُ الْقُرْآنُ وَوَجَبَ عَلَيْهِ الْخُلُود.
رواه البخاري (وكذلك مسلم والترمذي وابن ماجه) وفي رواية أخرى للبخاري زيادة هي: قال النّبيّ صلّى الله وسلَّم. يَخرُجُ منَ النَّار مَنْ قاَلَ: لَاإِلٰهَ إلَّا اللهُ، وَكاَنَ فِي قَلبِهِ مِنَ الْخَيْرِ مَا يَزِنُ شَعِيْرَةً، ثُمَّ يَخْرُجُ مِنَ النّاَرِ مَنْ قَالَ: لاَ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ. وَكاَنَ فِي قَلْبِهِ مِنَ الْخَيْرِ ماَيَزِنُ بُرَّةً، ثُمَّ يَخْرُجُ مِنَ النَّارِ مَنْ قالَ: لاَ إله إلّا اللهُ، وَكاَنَ فِي قَلْبِهِ مَا يَزِنُ مِنَ الْخَيْرِ ذَرَّةً


Diriwayatkan dari Anas r.a., dari Nabi ﷺ, beliau bersabda: orang-orang yang beriman berkumpul pada hari kiamat, kemudian berkata, “Hendaknya kita memohon pertolongan kepada Tuhan kita”, kemudian mereka mendatangi nabi Adam dan berkata, “Engkau adalah ayah umat manusia, Allah Subhanahu wa ta'ala telah menciptamu dengan Tangan-Nya, dan telah bersujud kepadamu para Malaikat, dan engkau telah Diajarkan (oleh Allah Subhanahu wa ta'ala) nama-nama segala sesuatu, maka mintakanlah pertolongan bagi kita kepada Tuhanmu, sehingga kita bisa beristirahat dari tempat kita ini”, Nabi Adam menjawab, “Aku tidak bisa menolong kalian (memintakan pertolongan kepada Allah),” dan kemudian Nabi Adam menyebutkan kesalahan-kesalahannya, dan diapun merasa malu (kepada Allah, untuk memintakan pertolongan), kemudian dia berkata, “Pergilah menemui Nuh, karena sesungguhnya dia adalah Rasul pertama yang diutus Allah kepada penduduk bumi”, kemudian mereka pun mendatangi nabi Nuh, maka Nuh a.s pun menjawab, “Aku tidak bisa menolong kalian”, kemudian dia menyebutkan kesalahannya yang mempertanyakan sesuatu yang dia tidak ada pengetahuan tentangnya, karena itu dia merasa malu (untuk memintakan pertolongan), kemudian Nabi Nuh berkata, “Temuilah Kekasih Allah Yang Maha Pengasih (Khalilullah/Khalilurrahman, Nabi Ibrahim a.s)”, merekapun menemuinya. Nabi Ibrahim pun menjawab, “Aku tidak bisa menolong kalian”, kemudian beliau berkata, “Temuilah Musa, seogan hamba yang Allah bercakap denganya, dan diturunkan kepadanya Taurat”, merekapun menemui nabi Musa a.s., dan beliaupun menjawab, “Aku tidak bisa menolong kalian”, kemudian beliau menyebutkan kesalahannya yang telah membunuh seorang manusia untuk menyelamatkan diri yang lain. Dan beliau merasa malu kepada Tuahnnya. Kemudian Nabi Musa berkata, “Temuilah Isa, hamba Allah dan Rasul-Nya, kalimat Allah dan Ruhullah”, kemudian mereka pun menemui nabi Isa a.s, Nabi Isa pun menjawab, “Aku tidak bisa menolong kalian, temuilah Muhammad, seorang hamba Allah yang telah diampuni dosa-dosanya baik yang telah lalu maupun yang akan datang”, maka merekapun menemuiku (Nabi Muhammad ﷺ), maka akupun berangkat (menemui Allah) sehingga meminta izin kepada Tuhanku maka Dia memberikan izin kepadaku. Dan ketika aku melihat Tuhanku, akupun jatuh bersujud, dan Dia pun membiarkanku selama yang dikehendaki-Nya, kemudian Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Angkatlah kepalamu, dan mintalah, aku akan berikan (yang kau pinta), dan berkatalah, maka perkataanmu akan didengarkan, dan mintakanlah syafa'at dan syafa'atmu akan dikabulkan”, maka akupun mengangkat kepalaku, dan aku memuji Allah dengan segenap pujian yang telah Allah beritahu kepadaku, kemudian aku memberikan syafa'at dan Allah menetapkan bagiku batasan (jumlah orang yang dapat diberi syafa'at), kemudian mereka semua dimasukkan ke dalam surga. Kemudian aku kembali menghadap Allah Subhanahu wa ta'ala, dan ketika aku melihat Tuhanku (aku pun jatuh bersujud) sebagaimana sebelumnya. Kemudian aku memberikan syafa'at dan Allah Subhanahu wa ta'ala menetapkan bagiku batasan (jumlah orang yang diberi syafa'at), maka mereka semua kemudian dimasukkan ke dalam surga. Kemudian aku kembali menghadap Allah Subhanahu wa ta'ala untuk ketiga, keempat, hingga aku berkata, “Tidak tersisa di dalam neraka kecuali orang-orang yang telah ditetapkan di dalam al-Qur'an, dan orang-orang yang ditetapkan kekal di dalamnya.”

Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari (dan begitu juga Muslim, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah), dan di dalam riwayat yang lain oleh Imam Bukhari, dengan tambahan: Nabi ﷺ bersabda: dikeluarkan dari api neraka, seseorang yang pernah berkata: لَاإِلٰهَ إلَّا اللهُ , dan di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji jagung, dan kemudian juga dikeluarkan dari api neraka, seseorang yang pernah berkata لَاإِلٰهَ إلَّا اللهُ dan di dalam hatinya terdapat kebaikan seberat biji gandum, dan juga dikeluarkan dari neraka seseorang yang pernah berucap لَاإِلٰهَ إلَّا اللهُ dan di dalam hatinya ada kebaikan seberat biji sawi (atau seberat atom/dzarrah).

Hadits Ke – 37

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ اللَّه تَعالَى: أَعْدَدْتُ لِعِبَادِي الصَّالِحِينَ مَا لَا عَيْنٌ رَأَتْ، وَلَا أُذُنٌ سَمِعَتْ وَلَا خَطَرَ عَلَى قَلْبِ بَشَرٍ، فَاقْرَأُوا إنْ شِئْتُم (١): {فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مّاَ أُخْفِيَ لَهُم مِن قُرَّةِ أَعْيُنٍ}(٢)
رَوَاهُ البخاري ومسلم والترمذي وابن ماجه

Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., beliau berkata, telah bersabda Rasulullah ﷺ, telah berfirman Allah Subhanahu wa ta'ala, “Aku telam mempersiapkan bagi hambaku yang shalih, surga yang tidak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar oleh telinga, dan tidak pernah terlintas di benak manusia”, abu hurairah selanjutnya berkata, maka bacalah jika kamu kehendaki: {فَلاَ تَعْلَمُ نَفْسٌ مّاَ أُخْفِيَ لَهُم مِن قُرَّةِ أَعْيُنٍ} seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam – macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata.[QS. As-Sajdah:17]
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim serta Imam Tirmidzi dan Imam Ibnu Majah
.

Hadits Ke – 38

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رضي الله عَنْهُ، عَنْ رَسُول الله صلّى اللهُ عليهِ وسَلَّم، قال: لَمَّا خَلَقَ اللهُ الْجَنَّةَ وَ النَّارَ، أَرْسَلَ ِجِبْرِيلَ إِلَى الجنَّةِ ،فَقَالَ:
انْظُرْ إِلَيْهَا، وإِلَى مَا أَعْدَدْتُ لِأَ هْلِها فِيها. قال: فجَاءَ هاَ وَنَظَرَ إِلَيهَا وإلَى ماَ أَعَدَّ اللهُ لِأَهْلِهاَ فِيهاَ، قال: فَرَجَعَ إِلَيْهِ. قاَلَ : فَوَعِزَّتِكَ لاَ يَسْمَعُ بِها أَحَدٌ إِلّاَ دَخَلَها. فَأَمَرَ بِها فَحُفَّتْ بِالْمَكَارِهِ، فقاَلَ : أَرْجِع إِلَيْهَا، فانظُرْ إِلَى مَا أَعْدَدْتُ لِأَهْلِهَا فِيْهاَ، قالَ: فَرَجَعَ إِلَيْهاَ، فإِذا هِيَ قَدْ حُفَّتْ بِالْمَكَارِهِ، فَرَجَعَ إِليه، فَقاَلَ: وعِزَّتِكَ لَقَدْ خِفْتُ أَنْ لاَ يَدْخُلَهاَ أَحَدٌ قَالَ: اذْهَبْ إِلَى النَّارِ فَانْظُرْ إِليها، وإِلَى ما أعدَدْتُ لِأَهْلِهَا. فَإِذا هِيَ يَرْكَبُ بَعضُهاَ بَعْضاً، فَرَجَعَ إِلَيْهِ، فَقاَلَ: وَعِزَّتِكَ لاَ يَسْمَعُ بِها أَحَدُ فَيَدْخُلَهاَ. فَأَمَرَ بِها فحُفَّتْ بِالشَّهَوَاتِ. فَقَالَ: ارْجِعْ إِليْهاَ، فَرَجَعَ إِلَيْهَا، فَقاَلَ: وَعِزَّتِكَ لَقَدْ خَشِيْتُ أَنْ لاَ يَنْجُوَ مِنهاَ أَحَدٌ إلّاَ دخَلَها.
رَوَاه الترمذي وقال حديث حسن صحيح.(وكذلك أبوداود والنسائي)


Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a., bahwasanya Rasulullah ﷺ bersabda, ketika Allah menciptakan surga dan neraka, Dia mengutus Jibril untuk melihat neraka, dan kemudian berfirman: Lihatlah apa yang ada di dalamnya, dan kenikmatan yang aku janjikan kepada penghuninya di dalamnya. Rasulullah ﷺ melanjutkan: Kemudia Jibril datang ke surga dan melihat di dalamnya dan pada kenikmatan yang disiapkan oleh Allah Subhanahu wa ta'ala kepada para penghuninya di dalamnya, kemudian Rasulullah ﷺ mengatakan: kemudian Jibril kembali kepada Allah Subhanahu wa ta'ala dan berkata, “Demi kemulyaan-Mu, tidak seorangpun yang mendengar tentangnya, kecuali akan memasukinya”. Kemudian Allah Subhanahu wa ta'ala memerintahkan untuk menyelimuti/melingkupi surga dengan perkara-perkara yang dibenci (berbagai kesulitan), kemudian Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman (kepada Jibril): kembalilah ke surga, dan lihatlah apa yang telah aku persiapkan untuk para penghuninya di dalamnya. Rasulullah ﷺ melanjutkan, “kemudian kembalilah Jibril ke surga, maka ketika dia sampai di sana, benar-benar (surga) telah terlingkupi dengan berbagai kesulitan, kemudia Jibril kembali menemui Allah Subhanahu wa ta'ala dan berkata, 'Demi Kemulyaan-Mu, aku benar-benar kuatir, bahwa tidak akan seorangpun masuk ke dalamnya'. Kemudian Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, 'Pergilah ke neraka, dan lihatlah di dalamnya, dan perhatikan terhadap apa yang aku persiapkan bagi para penghuninya'. kemudian ketika Jibril sampai di neraka, dia melihat neraka terdiri dari beberapa tingkatan, yang satu di bawah yang lain, kemudian dia kembali menemui Allah Subhanahu wa ta'ala dan berkata, 'Demi Kemulyaan-Mu, Tidak seorangpun yang mendengar tentangnya akan memasukinya'. Kemudian Allah Subhanahu wa ta'ala memerintahkan untuk menyelimuti/melingkupi Neraka dengan syahwat/kesenangan, dan kemudian berfirman kepada Jibril, 'Kembalilah ke Neraka', kemudian Jibril pun kembali ke Neraka, dan kemudian berkata, 'Demi Kemulyaan-Mu, hamba benar-benar kuatir, tidak seorangpun terbebas kecuali akan memasukinya'”
Hadits diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, dan beliau berpendapat hadits ini berdrajat hasan shahih (begitu juga diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibn Majah)


Hadits Ke – 39

عنَ أَبي سَعِيد الْخُذري رضي اللهُ عَنهُ، عن النَّبِيّ صَلّى اللهُ عَليهِ وَسَلَّمَ، قالَ: احتجَّتِ الجنَّةُ وَالنّارُ، فقالت النّارُ : فِيَّ الْجَبَّارُونَ والمُتَكَبِّرُونَ ، وقَالتِ الجَنَّةُ : فِيَّ ضُعفَاءُ النَّاسِ وَمَسَاكِينُهُم فَقَضَى اللهُ بَيْنَهُما : إِنَّكِ الجنَّةُ رَحْمَتِي أَرْحَمُ بِكِ مَـنْ أَشَاءُ ، وَإِنَّكِ النَّارُ عَذابِي أُعذِّب بِكِ مَــنْ أَشَاءُ ، ولِكِلَيكُمَا عَلَيَّ مِلؤُها
(رواه مسلم (وكذلك البخاري والترمذي

Diriwayatkan dari Abi Sa'id al-Khudri r.a., dari Nabi ﷺ, beliau bersabda, “surga dan neraka berdebat, kemudian neraka berkata: 'bagianku (aku dimasuki) orang-orang yang suka menindas dan sombong', dan surga berkata, 'bagianku orang-orang yang lemah (dhu'afa) dan orang-orang miskin', maka Allah memberi keputusan diantara mereka, 'Sesungguhnya engkau surga adalah kasih sayangku, denganmu aku kasihi siapa saja yang aku kehendaki, dan engkau neraka adalah adzabku, dengamu aku mengadzab siapa saja yang aku kehendaki, dan bagi kamu berdua, akulah yang menentukan isinya'”.
Hadits diriwayatkan oleh Imam Muslim, dan juga oleh Imam Bukhari dan Imam Tirmidzi


Hadits Ke – 40

عنَ أَبي سَعِيد الْخُذري رضي اللهُ عَنهُ، قَلا: قاَلَ النَّبِيّ صَلّى اللهُ عَليهِ وَسَلَّمَ، إِنَّ اللهَ يَقُوْلُ لِأَ هْلِ الجَنَّةِ: ياَ أَهلَ الجَنَّةِ. يَقُوْلُونَ: لَبَّيكَ رَبَّنا
وسَعْدَيْكَ، والخَيْرُ فِي يَديكَ، فيَقُولُ: هَلْ رَضِيْتُمْ؟ فَيَقُولُونَ:وَماَ لَناَ لاَ نَرْضَى ياَ رَبِّ، وَ قَدْ أَعْطَيْتَناَ ماَ لَم تُعطِ أَحَداً مِنْ خَلْقِكَ. فَيَقُولُ: أَلا أُعطِيكُمْ أَفضَلَ مِنْذلِكَ ؟ فَيَقُولُونَ: يَارَبِّ وَأَيُّ شَيْءٍ أَفْضَلُ مِنْ ذَلِكَ ؟ فَيَقُولُ: أُحِلُّ عَلَيْكُمْ رِضوانِي، فلا أَسخَطُ عَلَيكُمْ بَعْدَهُ أَبداً
رواه البخاري(وكذلك مسلم والترمذي)

Diriwayatkan dari Abi Sa'id al-Khudri r.a., beliau berkata, telah bersabda Nabi ﷺ, sesungguhnya Allah berfirman (kepada semua penduduk surga), “Wahai para penghuni surga”, mereka menjawab, “Kami datang memenuhi panggilanmu wahai Tuhan kami dan kebaikan ada dalam kekuasaan-Mu”, Allah berfirman, “Apakah kalian Ridlo/puas (terhadap segala nikmat-Ku) ?”, mereka menjawab, “apakah lagi yang membuat kami tidak ridlo wahai Tuhanku, sedangkan engkau benar-benar telah memberikan nikmat yang tidak engkau berikan kepada seorang lainpun dari makhlukmu”, kemudian Allah berfirman, “maukah kalian aku berikan nikmat yang lebih baik dari itu semua?”, mereka menjawab, “Wahai Tuhanku, nikmat yang mana lagikah yang lebih utama dari nikmat itu semua?”, Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman, “Aku melimpahkan kepadamu keridloanku, maka tidak akan ada lagi kemurkaanku pada kalian setelah ini, selamanya”.
Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan begitu juga oleh Imam Muslim dan Imam Tirmidzi.


http://syangar.bodo.blogspot.co.cc

Rahasia Malam Isra’ dan Mi’raj

Mawlana Shaykh Muhammad Hisham Kabbani ar-Rabbani
Rotterdam, Belanda 30 Oktober 2006


Bismillah hirrOhman nirRohim

Rahasia Malam Isra’ dan Mi’raj: Khamisul Quran dan
Awliya’ullah [Dari catatan Suhbat Grandsyaikh Abdullah
Daghestani almarhum]


A’uudhu billahi minash shaythanirrajiim
Bismillahirrahmanir rahiim Nawaytul Arba’in, nawaytul
I’tikaf, nawaytul khalwah, nawaytus suluk, nawyatul
uzlah, nawaytur riyadah, lillahi ta’ala l-‘azhiim fi
hadzal majlis Athi’ullaah wa athi’ur Rasul wa ulil
amri minkum!


Ini adalah catatan dari ceramah Grandsyaikh 40 tahun
yang lalu. Saat itu, Mawlana Syaikh Nazim
menerjemahkan suhbat beliau dari bahasa Turki ke
bahasa Arab di Damaskus.

Shaykh Sharif: “Apakah ini tulisan tangan Anda?”
Mawlana Shaykh Hisham: “Ya”. Saya punya kira-kira 40
buku catatan seperti ini.

Kita telah menjelaskan sebelum ini bagaimana Allah SWT
mengundang Nabi kita Muhammad sallalLahu ‘alayhi
wasallam. pada malam Laylatul Isra’ wal Mi’raj untuk
suatu tujuan tertentu. Allah berkehendak untuk
memberikan sesuatu sebagai hadiah bagi beliau.

Sebagaimana Allah SWT berdialog dengan Nabi sallalLahu
‘alayhi wasallam, maka saat itu terdapat tiga macam
tingkatan yang beliau lalui:

1. Tingkatan dari Jibril ‘alayhissalam ke bawah
2. Tingkatan Jibril ‘alayhissalam
3. Tingkatan dari Jibril ‘alayhissalam ke atas


Pada malam Mi’raj itu, Nabi sallalLahu ‘alayhi
wasallam mencapai suatu tingkatan di mana Jibril
alayhissalam pun berkata pada beliau, “Yaa Rasulallah,
aku tak dapat pergi lebih dari batas ini”. Kalian tahu
tentang ini ‘kan. Itu artinya ada tingkatan di bawah
tingkatan ini, dan ada pula tingkatan di atas
tingkatan ini. Jadi, ada tiga tingkatan yang berbeda.

Apa-apa yang berada dari tingkatan tersebut, yaitu
maqam Jibril ke bawah, apa-apa yang berada di bawah
Sayyidina Jibril, dikaruniakan kepada seluruh ummat
ini, Ummat Muslim, bagi setiap orang. Dan Nabi
sallalLahu ‘alayhi wasallam pun, membacakan Al Quran
dari tingkatan itu ke bawah. Karena (Al Quran) yang
kita dengar saat ini, kita tidaklah mendengarnya
langsung dari bacaan Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam.

Bacaan siapakah yang kita dengar? Bacaan Imam. Kita
tidak mendengar langsung dari Nabi sallalLahu ‘alayhi
wasallam. Siapakah yang mendengar Nabi sallalLahu
alayhi wasallam secara langsung? Hanya para Sahabat.
Artinya, bacaan Quran itu dibacakan oleh Nabi
sallalLahu ‘alayhi wasallam kepada para Sahabat,
kemudian para Sahabat membacakannya kepada para Imam,
dan para Imam membacakannya kepada [pengikutnya… ] dan
seterusnya.

Kita pun mendengarkan bacaan imam, setelah
bertahun-tahun kemudian. Apakah kemudian kalian
mengira bahwa apa yang dibacakan Nabi kepada para
Sahabat sama dengan apa yang dibacakan para Imam
kepada kita? Apa yang keluar dari mulut suci Sayyidina
Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam dipenuhi dengan
cahaya berkilau, penuh dengan kekuatan, penuh dengan
mu’jizat, dengan segala penafsirannya, dengan segenap
rahasia-rahasianya dari tingkatan Jibril ke bawah.

Jadi apa yang para Sahabat dengar secara langsung dari
Nabi berbeda dengan apa yang kita dengar. Sekalipun
kata-kata atau susunan kalimatnya mungkin sama, tapi
penafsirannya berbeda. Karena itulah mengapa Ibn
‘Abbas, salah seorang sahabat yang juga adalah salah
satu mufassir (penafsir) Quran terbesar, dapat
menjelaskan bagaimana ayat-ayat tersebut diwahyukan.

Jadi Grandsyaikh, semoga Allah SWT memberkati ruhnya,
mengatakan bahwa apa yang diberikan Allah SWT kepada
Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam, kita
tidak mendengarnya. Bahkan sebelum ini, para Imam pun
tidak mendengarnya. Kita (termasuk para Imam)
mendengar apa yang dibacakan oleh para Sahabat bagi
diri kita. Para Imam, seperti Imam Malik, Imam Abu
Hanifah (mendengarnya dari Sahabat). Imam Syafi’i dan
Imam Hambali datang kemudian. Mereka pun tidak
mendengar langsung dari sahabat, melainkan
mendengarnya dari para tabi’in yang datang setelah
para Sahabat. Dan saat ini, apa yang kita dengar di
masjid-masjid hanyalah tinggal kata-kata, bukan makna
sejatinya.

Jadi, inilah yang disampaikan oleh Nabi sallalLahu
alayhi wasallam bagi setiap orang. Pada tingkatan
Sayyidina Jibril ‘alayhissalam, tak seorang pun
mengetahuinya kecuali Nabi sallalLahu ‘alayhi
wasallam, dan beliau menyampaikannya pada Awliyaullah.
Beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam memberikannya
kepada para pewarisnya. Sebagaimana beliau
memberikannya kepada para Sahabat, beliau
memberikannya pula kepada para pewaris beliau.

Karena itulah Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam
bersabda dalam suatu hadits terkenal, “Ashaabii kan
Nujuum, bi ayyika ihtadaytum, ihtadaytum” “Para
sahabatku adalah bagaikan bintang-gemintang. Pada
siapa pun dari mereka, kau berusaha untuk
mengikutinya, maka kau pun akan terbimbing”
Awliyaullah juga bagaikan bintang gemintang. Tidak
hanya ada satu orang wali.

Ada 124.000 Wali Allah yang Allah SWT tunjuk dan
karuniakan bagi Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi
wasallam. Saat Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam
melakukan perjalanannya di Laylatul Isra’ wal Mi’raj,
Allah SWT menunjukkan pada beliau, seluruh ummat, dan
berfirman, “Yaa Rasuulallaah, Yaa Muhammad sallalLahu
‘alayhi wasallam, inilah ummatmu.” Dan saat Allah
menunjukkan pada Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam,
Ummah beliau, Ia SWT menunjukkan keadaan mereka yang
suci, sebagaimana keadaan saat Ia menciptakan mereka.

Karena itulah disebutkan dalam suatu hadits bahwa Nabi
sallalLahu ‘alayhi wasallam bersabda, “Yuuladul
insaanu ‘alal Fitrah” “Manusia dilahirkan dalam
keadaan suci dan murni”. Mereka tak memiliki dosa apa
pun. Saat seorang anak dilahirkan, ia dilahirkan
dengan Iimaan. Setiap anak dalam keadaan beriman, tak
peduli apa pun latar belakangnya. Latar belakangnya
baru muncul kemudian, ketika ia menjadi beragama ini,
atau beragama itu, dan ini bukan di saat permulaan.
Pada saat permulaan, ia dilahirkan dalam keadaan suci
dan murni.

Sebagaimana keadaan masa kini, saat mereka beranjak
berumur 12, 13 atau 14 tahun, mereka mulai tidak
menyukai orang tuanya. Mereka akan berkata padamu,
“Oh, kamu terbelakang!” . Mereka mengatakan seperti
itu pada setiap orang. Mereka tak mau mendengar siapa
pun. Mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Mereka
melakukannya di jalanan. Tetapi, sebenarnya saat
mereka masih muda belia, mereka masih murni. Iya ‘kan?
Saat mereka mulai tumbuh dewasa, mereka melarikan
diri. Tetapi, setelah beberapa saat kemudian, mereka
menjadi makin matang, dan berkata, “Ooh, kami berbuat
kesalahan”, lalu mereka pun kembali.

Serupa dengan itu, saat kita diciptakan, kita
diciptakan dalam keadaan suci dan murni, di saat hari
Perjanjian, saat Allah SWT menciptakan arwah seluruh
manusia dari cahaya Sayyidina Muhammad sallalLahu
alayhi wasallam, yang muncul dari Cahaya Allah SWT.
Allah SWT menciptakan Nabi dari Cahaya Langit, Nur
Surgawi. Karenanya, semua orang adalah suci dan murni.
Tak seorang pun, melainkan ia dalam keadaan suci.

Karena itulah, ketika di Hari Perjanjian, Allah SWT
berfirman (kepada arwah seluruh manusia), “Bukankah
Aku adalah Tuhan kalian?” Setiap orang pun menjawab,
“Benar, Yaa Rabbii, Engkau adalah Tuhan kami!” Setiap
orang menerimanya.

Jadi, Ummah ini yang dikaruniakan Allah SWT bagi
Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam adalah
suci bersih. “Inilah Ummatmu! Apakah kau menyukai
mereka?” “Yaa Rabbii, aku bahagia dengan mereka.”
Maka, kemudian setelah Nabi sallalLahu ‘alayhi
wasallam menerima mereka, Allah SWT pun menaruh mereka
dalam ‘perangkap’-Nya, dan berfirman, “Aku akan
memberikan mereka (padamu) setelah Aku mengambil
mereka (darinya)”. Dan Ia SWT pun memperlihatkan
betapa banyak dan betapa beragam dosa yang akan mereka
perbuat di dunia ini.

Tak seorang pun bersih, setelah ia melewati dunya.
Setiap orang mulai melakukan sesuatu yang Allah tak
menyukainya. Mereka tidak salat, mereka tidak
berpuasa, mereka tidak mengatakan yang benar, mereka
menipu, berbuat konspirasi di sana, dsb. Allah SWT
menunjukkan pada Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam, apa
yang akan mereka lakukan (di dunia). Nabi sallalLahu
‘alayhi wasallam pun memohon, “Yaa Rabbii, karuniakan
padaku penolong-penolong! Mereka yang akan membantuku
melakukan apa yang mesti kulakukan.” Dan Grandsyaikh
berkata bahwa Allah SWT pada malam Laylatul Mi’raj itu
memberikan bagi Nabi sallalLahu alayhi wasallam,
124.000 Wali.

Tidak hanya seorang Wali, tapi 124.000. Dan mereka
berada pada tingkatan yang berbeda-beda. Tetapi,
semuanya adalah Wali. Dan (Alhamdulillah) kita
mempunyai Wali pada tingkatannya yang tertinggi,
Sulthanul Awliya’, Grandsyaikh ‘Abdullah Faiz
Daghestani, semoga Allah memberkati ruh beliau, dan
saat ini, Sulthanul Awliya’ Sayyidina Syaikh Muhammad
Nazim ‘Adil Al-Haqqani, semoga Allah mengaruniakan
bagi beliau umur panjang.

Tetapi, ada banyak Awliya’, dan sesuai dengan
tingkatannya, Allah pun menempatkan mereka pada
tempat-tempat yang berlainan di segenap penjuru dunia
ini, agar mereka dapat menjaga Ummah ini tetap suci
dan bersih dalam 24 jam. Allah SWT membagi-bagi Ummat
ini pada mereka. Wali yang itu memiliki 100.000. Wali
yang lain punya 1 juta, wali yang satunya lagi…., dst.
Sekalipun kalian mungkin tidak mengenali mereka.
Mereka tidak hadir pada majelis ini, misalnya. Mereka
tidak berada di sini. Mereka tidak mengikuti majelis
ini. Tapi melalui ruh-ruh, ada orang yang
diperuntukkan bagi Wali yang dapat menghubungi mereka
lewat mimpi-mimpi, atau menjalin kontak dengan mereka
lewat penampakan atau wujud yang berbeda, lewat
bentuk-bentuk yang berlainan.

Sang wali dapat saja berada di sini, dan dapat pula
berada di Cina. Kalian tak tahu tentang itu.
Awliya’ullah dapat berada di beberapa tempat berbeda
pada waktu yang sama. Kalian pernah melihatnya?
Suatu waktu, Mawlana Syaikh Nazim tengah berada di
Lebanon. Perdana Menteri Lebanon saat itu mengunjungi
beliau, dan juga walikota Tripoli. Saat itu saya
berada di sana. Sang gubernur dan perdana menteri
hendak berangkat pergi Haji, dan mereka berkata,
“Wahai Syaikh Nazim, mari berangkat bersama kami.”
Beliau menjawab, “Tidak, mungkin saya tidak dapat
berangkat.” Saat itu mereka tiba di Tripoli, dan
berada di situ 2-3 hari untuk (persiapan) Haji.

Mawlana berkata, “Tidak, saya tidak pergi.” Mereka pun
berangkat menunaikan ibadah Haji mereka hingga pulang
kembali. Saat mereka pulang kembali ke Lebanon ,
mereka tahu bahwa Syaikh Nazim masih berada di
Tripoli. Mereka pun memutuskan untuk mengunjungi
beliau. Dan mereka berkata, “Wahai Syaikh, Anda datang
(ke Tanah Suci) sebelum kami datang.” Dan setiap
orang, yang tengah duduk di situ pun terkejut.

Kami semua terkejut. Mawlana Syaikh Nazim tak pernah
meninggalkan Tripoli. Dan mereka pun bercerita, bahwa
ketika mereka tiba di Tanah Suci, dan hendak
menunaikan Thawaf, mereka menjumpai Mawlana Syaikh
Nazim tengah melaksakanan Thawaf. Mereka pun
mendatangi Mawlana, dan menunaikan Thawaf mereka
bersama Mawlana. Kemudian mereka melanjutkan
menunaikan sa’i, yaitu Sa’i Qudum dengan beliau. Sa’i
di antara Safa dan Marwa. Lalu Mawlana berkata, “Aku
akan pergi dengan orang-orangku.” Beliau pun
meninggalkan mereka. Padahal Mawlana tak pernah
beranjak dari Tripoli saat itu.

Jadi, ada Awliyaullah yang seperti itu. Mereka dapat
bergerak menembus waktu dan mereka pun dapat muncul
dengan citra yang berbeda, dan masih ada pula citra
atau penampakan lain yang muncul di tempat yang
berbeda. Mereka harus membersihkan seluruh Ummah ini
dalam 24 jam. Dan ke-124.000 Wali ini, jika salah satu
di antaranya wafat, akan ada orang lain yang akan
menggantikannya. Jadi, sebenarnya tidak hanya terdapat
124.000 Wali. Pada kenyataannya, ada lebih daripada
jumlah itu. Tapi, dalam suatu waktu tertentu, ada
124.000 Wali yang hidup di masa itu.

Jadi, pada malam itu (malam Mi’raj), Allah SWT
mengaruniakan pada Sayyidina Muhammad sallalLahu
alayhi wasallam, para penolong ini. Kemudian Allah pun
berkata, “Yaa Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam,….”

Ini terjadi di atas maqam Sayyidina Jibril alayhis
salam, saat Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam pergi
sendiri, ketika Jibril mengatakan pada beliau, “Aku
tak dapat menyertaimu lagi.” Nabi sallalLahu ‘alayhi
wasallam pun melaju terus, dan pada malam itu, malam
Mi’raj, setelah melewati maqam Sayyidina Jibril,
setelah Allah membukakan bagi beliau apa-apa yang
berasal dari tingkatan Jibril, dari rizqi / bagian
Sayyidina Jibril ke bawah, berupa Al Quran Suci;
setelah itu pun, Allah SWT mengaruniakan pada beliau
keseluruhan dari Al Quran Suci.

Saat beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam mulai bergerak
dari maqam Sayyidina Jibril ‘alayhissalam dan
seterusnya, Allah SWT memberikan bagi beliau
sallalLahu ‘alayhi wasallam, apa yang Ia sebut bagi
beliau, “Khamisul Quran”. Khamisul Quran, apa itu
artinya? “Bagian kelima dari Quran.” Apa makna
Khamisul Quran? Bukan berarti suatu buku/kitab yang
diberikan Allah SWT. Ia SWT telah mewayukan pada
beliau Quran Suci, tapi... sebagaimana kita ketahui
ada empat kitab suci: Zabur (Psalms), Taurat, Injil
(Bible), dan Al Quran. Benar? Jadi, Khamisul Quran,
bagian kelima, adalah Rahasia dari Al Quran Suci.

Allah membukakan bagi Sayyidina Muhammad sallalLahu
alayhi wasallam, seluruh Samudera-Samudera dan
Rahasia-Rahasia dari Quran Suci. Karena tak seorang
pun mampu memahaminya selain Sayyidina Muhammad
sallalLahu alayhi wasallam.

Inilah yang cita rasanya para Awliya’ullah usahakan
untuk diberikan pada kita, ya dari Khamisul Quran
tadi. Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam
mewariskan pada para Sahabat beliau, rahasia tersebut.
Beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam mewariskan pula
rahasia tersebut pada Awliyaullah, tetapi tidak ada
izin untuk membukanya hingga masa munculnya Sayyidina
Mahdi ‘alayhissalam. Beliau (Sayyidina Mahdi) akan
muncul di Akhir Zaman nanti dengan sesuatu, bukan
makna baru, tetapi pemahaman-pemahaman baru, dengan
rahasia-rahasia yang berada di balik ayat-ayat Al
Quran yang suci.

Muhyiddin Ibn ‘Arabi, Abu Yazid al-Bisthami, Sulayman
as-Saqathi, Sari As-Saqthi, Junayd al-Baghdadi, semua
Awliya’ ini, juga Sayyidina Shah Bahauddin
an-Naqshabandi, yang dapat kalian hitung semua…. Juga
para Sahabat Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam.
Keseluruhan dari mereka, berusaha memberikan cita rasa
ini, dan orang-orang pun tak dapat menerimanya.
Sayyidina Abu Hurayrah r.a. apa yang beliau pernah
katakan? Beliau adalah seorang Muhaddits [‘Aalim Ahli
Hadits, periwayat Hadits Nabi] terbesar. Beliau
meriwayatkan lebih dari 3000 hadits dari Nabi
sallalLahu ‘alayhi wasallam.

Apa yang pernah beliau katakan? Beliau pernah berkata,
“Hafiztu min Rasuulillaahi sallalLahu ‘alayhi wasallam
wi’a-ain. Fa-ammaa ahaduhumaa fabatstsatstuhuu bil
khalq, wa ammal aakhar, law batstsatstuhuu la-quthi’a
haadzal bul’uum.” “Aku mengingat dari Nabi sallalLahu
‘alayhi wasallam dua jenis pengetahuan. Yang satu
kusebarkan pada setiap orang. Yang lain kusimpan
sendiri, karena seandainya aku mengatakannya, tentulah
mereka akan memenggal leherku.”


Mengapa mereka akan memenggal lehernya? Siapakah yang
akan memenggal leher Abu Hurayrah? Para Sahabat
(lainnya)! Itu artinya, Nabi sallalLahu ‘alayhi
wasallam memberikan hal yang berbeda-beda bagi setiap
orang. Apa yang beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam
berikan bagi Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq berbeda
dengan apa yang beliau berikan bagi Sayyidina ‘Ali,
dan berbeda lagi dengan apa yang beliau sallalLahu
alayhi wasallam berikan bagi Sayyidina ‘Umar. Kepada
setiap orang, Allah SWT mengaruniakan cita rasa yang
berbeda dari Rahasia itu.


Jadi Awliyaullah, kini, mereka membawa cita rasa itu.
Tapi, ini bergantung dari orang yang mendengarkan
merka, bergantung pada siapa yang menghadiri majelis
mereka. Jika orang-orang yang menghadiri majelis
mereka masih di bawah kendali ego mereka, rahasia atau
cita rasa semacam ini tak akan pernah dibukakan bagi
mereka. Sang Wali tak akan membuka rahasia itu. Karena
itulah,kita dapat melihat perbedaan antara Suhbat /
pengajaran Mawlana Syaikh Nazim yang diberikan sebelum
ini, dengan yang beliau berikan saat ini. Sebelum ini,
Mawlana Syaikh Nazim biasa memberikan kuliah-kuliah
yang amat dalam. Saat ini, kuliah Mawlana Syaikh Nazim
sebagian besar hanya berbicara masalah ego.

Beliau berusaha untuk meluruskan orang-orang, untuk
membimbing mereka menuju jalan yang benar, menuju
Shirathal Mustaqiim, ke Jembatan yang Lurus. Karena
beliau dapat melihat dan mengamati bahwa qalbu-qalbu
yang ada di depan beliau tidak siap untuk memikul
rahasia-rahasia ini. Sebelumnya, beliau biasa
berbicara dari tingkatan dan maqam yang tinggi.

Terkadang, saat beliau duduk dengan beberapa orang
tertentu, dan Allah membukakan untuk… adanya izin,
kalian dapat melihat pengetahuan macam apa yang beliau
ucapkan. Kalian akan tertegun mendengarnya. Karena,
Rahasia-rahasia tersebut, yang Allah karuniakan bagi
Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam, pada
Laylatul Mi’raj, Grandsyaikh berkata bahwa Allah
membukakan pada beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam,
Rahasia-Rahasia Al Quran, manifestasi- manifestasi,
dan tajalli (penampakan) dari 99 Nama (Asmaul Husna,
red.) yang tak seorang pun menyamai beliau dengan apa
yang Allah SWT bukakan bagi beliau, Sayyidina Muhammad
sallalLahu ‘alayhi wasallam. Hanya bagi Nabi
sallalLahu ‘alayhi wasallam. Tapi, apa yang telah Nabi
sedikit berikan, itu bukan berarti menyamai beliau,
melainkan itu berarti beliau mewariskannya.

Dari tajalli 99 Nama, itu berarti Allah SWT
mengaruniakan pada Sayyidina Muhammad sallalLahu
alayhi wasallam, Samudera-Samudera Nama-Nama ini, yang
tak seorang pun mengetahui awal maupun akhir dari
setiap Samudera Satu Nama!

Seluruh Alam Semesta ciptaan ini hanyalah berada di
bawah tajalli satu nama: Ar-Rahman! Seluruh alam
semesta ini, yang kita tengah hidup di dalamnya, sejak
penciptaannya hingga Hari Pembalasan berada di bawah
tajalli ar-Rahman! Bagaimana menurutmu dengan 98
Nama-Nama yang lainnya? Mereka bahkan belum terbuka,
belum termanifestasikan! Tidak hanya itu! Grandsyaikh
berkata pula bahwa Allah SWT mengaruniakan pula bagi
beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam, Ismullah
al-A’dzam, Nama Teragung, yang meliputi seluruh
Nama-Nama itu. Itu dikaruniakan bagi Sayyidina
Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam pada Laylatul
Mi’raj.

Para ilmuwan mengatakan bahwa keseluruhan alam ini
tercipta milliaran tahun yang lalu. Benar? Semua
galaksi yang kalian saksikan ini, 6 milliar galaksi,
yang mereka katakan ada sekarang. Dan setiap galaksi
memiliki 80 milliar bintang, minimal. Kalian melihat
Milky Way, Bima Sakti, juga galaksi-galaksi yang ada
di Alam Semesta ini, keseluruhannya bergerak dalam
satu arah di ruang angkasa ini. Kalian tak mengetahui
ke mana mereka bergerak.

Mereka bergerak dengan kecepatan 300.000 km/detik
(kecepatan cahaya, red.). Sangat cepat. Dan ruang
angkasa ini tanpa batas. Sejak mereka diciptakan,
mereka bergerak. Ke mana mereka bergerak? Semua
pengetahuan ini Allah SWT karuniakan bagi Sayyidina
Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam pada malam
Laylatul Isra’ wal Mi’raj. Semua ini diberikan pada
Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam pada malam itu.
[Manifestasi] Satu Nama, ya, seluruh alam ini berada
di bawah Ismullahir Rahman, dan alam semesta ini tak
pernah berakhir meluas, dan melebar.

Bagaimana pula dengan 98 Nama-Nama lainnya? Yang belum
pernah dibukakan. Grandsyaikh berkata, bahwa saat
Mahdi ‘alayhissalam muncul, Allah SWT akan membukakan
cita rasa ini bagi Ummat. Dan karena itu pula pada
saat itu, ilmu pengetahuan akan ditransfer dan
dipindahkan dari orang satu ke orang lainnya lewat
mata. Kalian tak perlu lagi saat itu membaca atau
mempelajari pengetahuan dan mengingatnya. Itu semua
terbatas. Untuk berusaha membaca dan menghafal adalah
terbatas. Tapi, dengan menuangkannya melalui kedua
mata kalian ke qalbu kalian, dari orang yang satu ke
yang lain, melalui pantulan-pantulan (refleksi).

Dengan memantulkannya secara sempurna. Apa pun yang
dimiliki seseorang, ia akan memantulkannya, dan orang
yang lain akan menerimanya, dan memantulkannya
kembali, untuk diterima orang yang lain lagi, yang
juga akan memantulkannya. Demikian seterusnya,
layaknya suatu reaksi nuklir berantai, dari orang yang
satu ke yang lain, tanpa henti. Allah SWT akan
mengaruniakan seperti itu nanti. [yaitu, pada masa
Imam Mahdi ‘alayhissalam, red.].

Cita rasa itu, yang Allah karuniakan pada Sayyidina
Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam tak dapat
dibayangkan sama sekali. Sebagaimana kalian tak dapat
membayangkan Keagungan Allah SWT. Bagaimana pun kalian
berusaha memikirkannya, maka Allah SWT tetap Lebih
Agung (daripada yang kalian pikirkan, red.). Artinya,
apa pun yang kalian pernah bayangkan atau renungkan
mengenai pengetahuan yang dimiliki Nabi sallalLahu
alayhi wasallam, maka apa yang diberikan Allah SWT
bagi beliau, jauh lebih besar dari itu. Setiap ‘saat’
Ia SWT memberikan (bagi beliau).

Allah SWT berfirman, “Kullu yawmin Huwa fii sya’nin”
“”Setiap saat ada suatu tajalli atau manifestasi /
penampakan yang baru”, dari manifestasi- manifestasi
Nama-Nama Indah itu [Al-Asmaul Husna]. Jadi, saat
penampakan-penampak an ini terjadi, lebih banyak lagi
yang berdatangan. Artinya, sesuai dengan Keagungan
Allah SWT, tak suatu apa pun dapat kalian batasi.
Selalu berkembang. Dan semua pengetahuan ini selalu
berkembang dalam diri Nabi sallalLahu ‘alayhi
wasallam, dan dari Nabi kepada Awliyaullah.

Di manakah pengetahuan ini? Mengapa Awliyaulah tidak
membicarakannya sekarang? Tak ada lagi bahasa
ruhaniah yang diajarkan kepada para murid. Sangat
dibatasi. Karena itulah Mawlana Syaikh Nazim, semoga
Allah mengaruniakan bagi beliau umur panjang, berkata
bahwa Allah SWT memerintahkan pada Nabi sallalLahu
alayhi wasallam untuk memerintahkan Mahdi
alayhissalam, untuk mengambil kekuatan dari setiap
Wali, dan mengambilnya ke tangan beliau, untuk menjaga
kekuatan itu berada pada tangan beliau. Karena tak ada
lagi para pengganti untuk Awliyaullah yang kini tengah
berwafatan.

Pada saat ini, Mawlana Syaikh Nazim berkata, bahwa
hampir sebagian besar Para Syuyukh Tariqah wafat, dan
Mahdi ‘alayhissalam mengambil kekuatan mereka. Hanya
pada Naqshbandi, kekuatan itu belum diambil, masih
berada di tangan seorang Wali Besar, Sulthanul
Awliya’, Sayyidii Syaikh Muhammad Nazim ‘Adil
Al-Haqqani. Grandsyaikh berkata, bahwa rahasia tariqah
itu [Naqshbandi] akan selalu hidup hingga Imam Mahdi
alayhissalam, tak pernah berhenti. Dan insya Allah,
kita berharap agar Mahdi ‘alayhissalam segera datang,
agar kita dapat melihat apa yang Allah SWT karuniakan
bagi diri kita.

Grandsyaikh Abdullah Faiz (alm) berkata, bahwa yang
paling penting adalah agar manusia mengetahui bahwa
Allah SWT telah memerintahkan pada Nabi sallalLahu
alayhi wasallam, “Yaa Muhammad, kau bertanggung jawab.
Aku tidak bertanggung jawab pada Ummah. Kau mengambil
mereka dalam keadaan bersih dan suci, maka kau pun
mesti mengembalikan mereka pada-Ku dalam keadaan
bersih dan suci. Maka, berbicaralah pada mereka
menurut apa yang dapat mereka terima.”

“Laa yukallifullahu nafsan illaa wus’ahaa”
“Allah tidak membebani seseorang lebih daripada apa
yang dapat ia pikul” “Hanya sesuai dengan apa yang
dapat mereka terima, berikanlah pada mereka. Lebih
dari itu, jangan kau tuntut dari mereka!”

Karena itulah kalian melihat saat ini, begitu banyak
orang lari. Bahkan ketika mereka melarikan diri,
Awliyaullah tetap melakukan amal mewakili diri mereka.
Setiap Wali bertanggung jawab atas kelompoknya. Ia
bertanggung jawab melakukan apa yang murid-murid
mereka tidak lakukan. Bahkan tidak hanya murid-murid
yang mengambil bay’ah secara fisik. Tapi, juga bagi
mereka yang tidak mengambil bay’ah secara fisik, yang
telah dibagikan bagi sang Wali itu di Hari Perjanjian,
hingga Sang Wali mengetahui siapa-siapa yang menjadi
pengikutnya. Ia pun mesti membersihkan mereka dan
mempersembahkan mereka dalam 24 jam, dalam keadaan
suci bersih, ke hadirat Sayyidina Muhammad sallalLahu
alayhi wasallam.

Berbahagialah! ! Dan berapa kali kami mengatakan,
Berbahagialah!” Kita akan melanjutkan tentang ini
insya Allah. Berbahagialah, dan jangan khawatir
tentang orang ini melakukan ini, orang itu melakukan
itu, ada fitnah di sini, fitnah di sana. Siapa yang
peduli? Tak usah pedulikan! Jangan berikan telingamu!
Di mana pun terjadi fitnah. Fitnah selalu terjadi.

Apakah syaitan pernah berhenti bekerja? Sebagaimana
Allah SWT sebutkan dalam Quran suci, bahwa syaitan
berkata, “… berikan bagiku, umur panjang. Aku ingin
agar Engkau, Yaa Rabbii, memberiku umur panjang agar
dapat kusesatkan mereka semua.” Allah pun menjawab,
“Ya, Aku memberimu umur panjang.” Allah SWT bahkan
menerima (du’a) dari Iblis. Kenapa? Apakah Allah tak
mampu mengatakan, “Tidak, Aku tak mau memberimu hal
itu, dan Kulempar ruhmu ke Neraka!”?

Mengapa Allah memberinya hal itu? Ia SWT menerima
darinya, saat ia (syetan) memohon pada-Nya. Allah
menerima dari ia yang berdosa? Allah menerimanya.
Karena Ia SWT ingin menaikkan derajat Ummah ini dan
mengaruniakan pahala bagi Ummah ini, saat mereka
membantah (bujukan) Iblis.

Jadi, Awliyaulah bertanggung jawab atas
pengikut-pengikut mereka untuk membersihkan diri
mereka. Jika tidak, tentu mereka akan menjadi tawanan
di tangan Syaitan, dan Syaitan akan menang. Di Hari
Perhitungan, ia akan berkata, “Yaa Rabbii, ooh, aku
menang, aku memiliki lebih banyak dari yang Kau mesti
miliki.” Grandsyaikh biasa berkata bahwa jika Iblis
dapat menawan satu saja ke sisinya, itu adalah tanda
kemenangannya. Karena seorang jenderal dalam suatu
pertempuran tak akan membiarkan seorang pun dari
pasukannya untuk jatuh ke tangan musuh. Jadi, Allah
tak akan pernah membiarkan Iblis untuk menang. Apa pun
yang diperbuat Iblis, akan dilemparkan Allah SWT ke
mukanya.

“Wa qadimnaa ilaa maa ‘amiluu faja’alnaahaa habaa-an
manthuuran” “Kami lemparkan apa yang mereka perbuat ke
muka mereka” Yang pertama-tama adalah Iblis. Allah
akan melemparkan seluruh perbuatannya, saat ia
mengejar-ngejar manusia untuk menghancurkan hirup
mereka, menyuruh mereka menghisap ini, atau menghisap
itu, mengambil hashish, atau apa lagi? Heroine…
[Ecstasy] Apa itu? [Obat gaya baru] Gaya baru? Kau
pernah mencobanya? Siapa pernah mencobanya?

Semoga Allah SWT melindungi diri kita. [Aamiiin. Insya
Allah] Karena kita adalah lemah. Kita memohon Allah
untuk melindungi diri kita. Dan Allah Ta’ala
melindungi orang-orang, baik laki-laki maupun
perempuan yang tulus. Lihatlah, masya Allah, seluruh
wanita di sini, mereka amat tulus, mereka memakai
hijab/jilbab dengan baik. Tapi, justru laki-lakinya
yang tidak tertutup kepalanya. Beberapa di antara
mereka tidak memakai peci atau tutup kepala. Saya
tidak tahu kenapa mereka hanya mengharuskan wanita,
dan tidak menekan laki-laki untuk memakai tutup
kepala. Haah? Aah, kau di sini [berbicara kepada
seorang saudara yang tidak mengenakan peci, red.].
Kau dengar tadi? "Ya, saya mendengarnya"
Apa yang saya baru katakan? "Mengapa hanya menekan
wanita untuk memakai jilbab" Iya ‘kan?

Mengapa hanya memberikan tekanan pada wanita dan tidak
pada pria? Pria pun mesti memakai turban. Tapi, kalian
tidak memakai turban supaya kalian bisa pergi ke
disco. [Hahaha] . Semoga Allah mengampuni diri kita.
Bihurmatil Fatihah!

Wa min Allah at Tawfiq
wasalam, arief hamdani
www.rabbani- sufi.blogspot. com



Abu Bakar bin Abi Syaibah (Wafat 235H)

Namanya sebenarnya adalah Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah al Kufy, seorang hafidh yang terkenal. Ia menerima hadist dari al-Ah...

Total Tayangan

Translate