Rahasia Malam Isra’ dan Mi’raj

Mawlana Shaykh Muhammad Hisham Kabbani ar-Rabbani
Rotterdam, Belanda 30 Oktober 2006


Bismillah hirrOhman nirRohim

Rahasia Malam Isra’ dan Mi’raj: Khamisul Quran dan
Awliya’ullah [Dari catatan Suhbat Grandsyaikh Abdullah
Daghestani almarhum]


A’uudhu billahi minash shaythanirrajiim
Bismillahirrahmanir rahiim Nawaytul Arba’in, nawaytul
I’tikaf, nawaytul khalwah, nawaytus suluk, nawyatul
uzlah, nawaytur riyadah, lillahi ta’ala l-‘azhiim fi
hadzal majlis Athi’ullaah wa athi’ur Rasul wa ulil
amri minkum!


Ini adalah catatan dari ceramah Grandsyaikh 40 tahun
yang lalu. Saat itu, Mawlana Syaikh Nazim
menerjemahkan suhbat beliau dari bahasa Turki ke
bahasa Arab di Damaskus.

Shaykh Sharif: “Apakah ini tulisan tangan Anda?”
Mawlana Shaykh Hisham: “Ya”. Saya punya kira-kira 40
buku catatan seperti ini.

Kita telah menjelaskan sebelum ini bagaimana Allah SWT
mengundang Nabi kita Muhammad sallalLahu ‘alayhi
wasallam. pada malam Laylatul Isra’ wal Mi’raj untuk
suatu tujuan tertentu. Allah berkehendak untuk
memberikan sesuatu sebagai hadiah bagi beliau.

Sebagaimana Allah SWT berdialog dengan Nabi sallalLahu
‘alayhi wasallam, maka saat itu terdapat tiga macam
tingkatan yang beliau lalui:

1. Tingkatan dari Jibril ‘alayhissalam ke bawah
2. Tingkatan Jibril ‘alayhissalam
3. Tingkatan dari Jibril ‘alayhissalam ke atas


Pada malam Mi’raj itu, Nabi sallalLahu ‘alayhi
wasallam mencapai suatu tingkatan di mana Jibril
alayhissalam pun berkata pada beliau, “Yaa Rasulallah,
aku tak dapat pergi lebih dari batas ini”. Kalian tahu
tentang ini ‘kan. Itu artinya ada tingkatan di bawah
tingkatan ini, dan ada pula tingkatan di atas
tingkatan ini. Jadi, ada tiga tingkatan yang berbeda.

Apa-apa yang berada dari tingkatan tersebut, yaitu
maqam Jibril ke bawah, apa-apa yang berada di bawah
Sayyidina Jibril, dikaruniakan kepada seluruh ummat
ini, Ummat Muslim, bagi setiap orang. Dan Nabi
sallalLahu ‘alayhi wasallam pun, membacakan Al Quran
dari tingkatan itu ke bawah. Karena (Al Quran) yang
kita dengar saat ini, kita tidaklah mendengarnya
langsung dari bacaan Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam.

Bacaan siapakah yang kita dengar? Bacaan Imam. Kita
tidak mendengar langsung dari Nabi sallalLahu ‘alayhi
wasallam. Siapakah yang mendengar Nabi sallalLahu
alayhi wasallam secara langsung? Hanya para Sahabat.
Artinya, bacaan Quran itu dibacakan oleh Nabi
sallalLahu ‘alayhi wasallam kepada para Sahabat,
kemudian para Sahabat membacakannya kepada para Imam,
dan para Imam membacakannya kepada [pengikutnya… ] dan
seterusnya.

Kita pun mendengarkan bacaan imam, setelah
bertahun-tahun kemudian. Apakah kemudian kalian
mengira bahwa apa yang dibacakan Nabi kepada para
Sahabat sama dengan apa yang dibacakan para Imam
kepada kita? Apa yang keluar dari mulut suci Sayyidina
Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam dipenuhi dengan
cahaya berkilau, penuh dengan kekuatan, penuh dengan
mu’jizat, dengan segala penafsirannya, dengan segenap
rahasia-rahasianya dari tingkatan Jibril ke bawah.

Jadi apa yang para Sahabat dengar secara langsung dari
Nabi berbeda dengan apa yang kita dengar. Sekalipun
kata-kata atau susunan kalimatnya mungkin sama, tapi
penafsirannya berbeda. Karena itulah mengapa Ibn
‘Abbas, salah seorang sahabat yang juga adalah salah
satu mufassir (penafsir) Quran terbesar, dapat
menjelaskan bagaimana ayat-ayat tersebut diwahyukan.

Jadi Grandsyaikh, semoga Allah SWT memberkati ruhnya,
mengatakan bahwa apa yang diberikan Allah SWT kepada
Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam, kita
tidak mendengarnya. Bahkan sebelum ini, para Imam pun
tidak mendengarnya. Kita (termasuk para Imam)
mendengar apa yang dibacakan oleh para Sahabat bagi
diri kita. Para Imam, seperti Imam Malik, Imam Abu
Hanifah (mendengarnya dari Sahabat). Imam Syafi’i dan
Imam Hambali datang kemudian. Mereka pun tidak
mendengar langsung dari sahabat, melainkan
mendengarnya dari para tabi’in yang datang setelah
para Sahabat. Dan saat ini, apa yang kita dengar di
masjid-masjid hanyalah tinggal kata-kata, bukan makna
sejatinya.

Jadi, inilah yang disampaikan oleh Nabi sallalLahu
alayhi wasallam bagi setiap orang. Pada tingkatan
Sayyidina Jibril ‘alayhissalam, tak seorang pun
mengetahuinya kecuali Nabi sallalLahu ‘alayhi
wasallam, dan beliau menyampaikannya pada Awliyaullah.
Beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam memberikannya
kepada para pewarisnya. Sebagaimana beliau
memberikannya kepada para Sahabat, beliau
memberikannya pula kepada para pewaris beliau.

Karena itulah Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam
bersabda dalam suatu hadits terkenal, “Ashaabii kan
Nujuum, bi ayyika ihtadaytum, ihtadaytum” “Para
sahabatku adalah bagaikan bintang-gemintang. Pada
siapa pun dari mereka, kau berusaha untuk
mengikutinya, maka kau pun akan terbimbing”
Awliyaullah juga bagaikan bintang gemintang. Tidak
hanya ada satu orang wali.

Ada 124.000 Wali Allah yang Allah SWT tunjuk dan
karuniakan bagi Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi
wasallam. Saat Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam
melakukan perjalanannya di Laylatul Isra’ wal Mi’raj,
Allah SWT menunjukkan pada beliau, seluruh ummat, dan
berfirman, “Yaa Rasuulallaah, Yaa Muhammad sallalLahu
‘alayhi wasallam, inilah ummatmu.” Dan saat Allah
menunjukkan pada Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam,
Ummah beliau, Ia SWT menunjukkan keadaan mereka yang
suci, sebagaimana keadaan saat Ia menciptakan mereka.

Karena itulah disebutkan dalam suatu hadits bahwa Nabi
sallalLahu ‘alayhi wasallam bersabda, “Yuuladul
insaanu ‘alal Fitrah” “Manusia dilahirkan dalam
keadaan suci dan murni”. Mereka tak memiliki dosa apa
pun. Saat seorang anak dilahirkan, ia dilahirkan
dengan Iimaan. Setiap anak dalam keadaan beriman, tak
peduli apa pun latar belakangnya. Latar belakangnya
baru muncul kemudian, ketika ia menjadi beragama ini,
atau beragama itu, dan ini bukan di saat permulaan.
Pada saat permulaan, ia dilahirkan dalam keadaan suci
dan murni.

Sebagaimana keadaan masa kini, saat mereka beranjak
berumur 12, 13 atau 14 tahun, mereka mulai tidak
menyukai orang tuanya. Mereka akan berkata padamu,
“Oh, kamu terbelakang!” . Mereka mengatakan seperti
itu pada setiap orang. Mereka tak mau mendengar siapa
pun. Mereka melakukan apa yang mereka lakukan. Mereka
melakukannya di jalanan. Tetapi, sebenarnya saat
mereka masih muda belia, mereka masih murni. Iya ‘kan?
Saat mereka mulai tumbuh dewasa, mereka melarikan
diri. Tetapi, setelah beberapa saat kemudian, mereka
menjadi makin matang, dan berkata, “Ooh, kami berbuat
kesalahan”, lalu mereka pun kembali.

Serupa dengan itu, saat kita diciptakan, kita
diciptakan dalam keadaan suci dan murni, di saat hari
Perjanjian, saat Allah SWT menciptakan arwah seluruh
manusia dari cahaya Sayyidina Muhammad sallalLahu
alayhi wasallam, yang muncul dari Cahaya Allah SWT.
Allah SWT menciptakan Nabi dari Cahaya Langit, Nur
Surgawi. Karenanya, semua orang adalah suci dan murni.
Tak seorang pun, melainkan ia dalam keadaan suci.

Karena itulah, ketika di Hari Perjanjian, Allah SWT
berfirman (kepada arwah seluruh manusia), “Bukankah
Aku adalah Tuhan kalian?” Setiap orang pun menjawab,
“Benar, Yaa Rabbii, Engkau adalah Tuhan kami!” Setiap
orang menerimanya.

Jadi, Ummah ini yang dikaruniakan Allah SWT bagi
Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam adalah
suci bersih. “Inilah Ummatmu! Apakah kau menyukai
mereka?” “Yaa Rabbii, aku bahagia dengan mereka.”
Maka, kemudian setelah Nabi sallalLahu ‘alayhi
wasallam menerima mereka, Allah SWT pun menaruh mereka
dalam ‘perangkap’-Nya, dan berfirman, “Aku akan
memberikan mereka (padamu) setelah Aku mengambil
mereka (darinya)”. Dan Ia SWT pun memperlihatkan
betapa banyak dan betapa beragam dosa yang akan mereka
perbuat di dunia ini.

Tak seorang pun bersih, setelah ia melewati dunya.
Setiap orang mulai melakukan sesuatu yang Allah tak
menyukainya. Mereka tidak salat, mereka tidak
berpuasa, mereka tidak mengatakan yang benar, mereka
menipu, berbuat konspirasi di sana, dsb. Allah SWT
menunjukkan pada Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam, apa
yang akan mereka lakukan (di dunia). Nabi sallalLahu
‘alayhi wasallam pun memohon, “Yaa Rabbii, karuniakan
padaku penolong-penolong! Mereka yang akan membantuku
melakukan apa yang mesti kulakukan.” Dan Grandsyaikh
berkata bahwa Allah SWT pada malam Laylatul Mi’raj itu
memberikan bagi Nabi sallalLahu alayhi wasallam,
124.000 Wali.

Tidak hanya seorang Wali, tapi 124.000. Dan mereka
berada pada tingkatan yang berbeda-beda. Tetapi,
semuanya adalah Wali. Dan (Alhamdulillah) kita
mempunyai Wali pada tingkatannya yang tertinggi,
Sulthanul Awliya’, Grandsyaikh ‘Abdullah Faiz
Daghestani, semoga Allah memberkati ruh beliau, dan
saat ini, Sulthanul Awliya’ Sayyidina Syaikh Muhammad
Nazim ‘Adil Al-Haqqani, semoga Allah mengaruniakan
bagi beliau umur panjang.

Tetapi, ada banyak Awliya’, dan sesuai dengan
tingkatannya, Allah pun menempatkan mereka pada
tempat-tempat yang berlainan di segenap penjuru dunia
ini, agar mereka dapat menjaga Ummah ini tetap suci
dan bersih dalam 24 jam. Allah SWT membagi-bagi Ummat
ini pada mereka. Wali yang itu memiliki 100.000. Wali
yang lain punya 1 juta, wali yang satunya lagi…., dst.
Sekalipun kalian mungkin tidak mengenali mereka.
Mereka tidak hadir pada majelis ini, misalnya. Mereka
tidak berada di sini. Mereka tidak mengikuti majelis
ini. Tapi melalui ruh-ruh, ada orang yang
diperuntukkan bagi Wali yang dapat menghubungi mereka
lewat mimpi-mimpi, atau menjalin kontak dengan mereka
lewat penampakan atau wujud yang berbeda, lewat
bentuk-bentuk yang berlainan.

Sang wali dapat saja berada di sini, dan dapat pula
berada di Cina. Kalian tak tahu tentang itu.
Awliya’ullah dapat berada di beberapa tempat berbeda
pada waktu yang sama. Kalian pernah melihatnya?
Suatu waktu, Mawlana Syaikh Nazim tengah berada di
Lebanon. Perdana Menteri Lebanon saat itu mengunjungi
beliau, dan juga walikota Tripoli. Saat itu saya
berada di sana. Sang gubernur dan perdana menteri
hendak berangkat pergi Haji, dan mereka berkata,
“Wahai Syaikh Nazim, mari berangkat bersama kami.”
Beliau menjawab, “Tidak, mungkin saya tidak dapat
berangkat.” Saat itu mereka tiba di Tripoli, dan
berada di situ 2-3 hari untuk (persiapan) Haji.

Mawlana berkata, “Tidak, saya tidak pergi.” Mereka pun
berangkat menunaikan ibadah Haji mereka hingga pulang
kembali. Saat mereka pulang kembali ke Lebanon ,
mereka tahu bahwa Syaikh Nazim masih berada di
Tripoli. Mereka pun memutuskan untuk mengunjungi
beliau. Dan mereka berkata, “Wahai Syaikh, Anda datang
(ke Tanah Suci) sebelum kami datang.” Dan setiap
orang, yang tengah duduk di situ pun terkejut.

Kami semua terkejut. Mawlana Syaikh Nazim tak pernah
meninggalkan Tripoli. Dan mereka pun bercerita, bahwa
ketika mereka tiba di Tanah Suci, dan hendak
menunaikan Thawaf, mereka menjumpai Mawlana Syaikh
Nazim tengah melaksakanan Thawaf. Mereka pun
mendatangi Mawlana, dan menunaikan Thawaf mereka
bersama Mawlana. Kemudian mereka melanjutkan
menunaikan sa’i, yaitu Sa’i Qudum dengan beliau. Sa’i
di antara Safa dan Marwa. Lalu Mawlana berkata, “Aku
akan pergi dengan orang-orangku.” Beliau pun
meninggalkan mereka. Padahal Mawlana tak pernah
beranjak dari Tripoli saat itu.

Jadi, ada Awliyaullah yang seperti itu. Mereka dapat
bergerak menembus waktu dan mereka pun dapat muncul
dengan citra yang berbeda, dan masih ada pula citra
atau penampakan lain yang muncul di tempat yang
berbeda. Mereka harus membersihkan seluruh Ummah ini
dalam 24 jam. Dan ke-124.000 Wali ini, jika salah satu
di antaranya wafat, akan ada orang lain yang akan
menggantikannya. Jadi, sebenarnya tidak hanya terdapat
124.000 Wali. Pada kenyataannya, ada lebih daripada
jumlah itu. Tapi, dalam suatu waktu tertentu, ada
124.000 Wali yang hidup di masa itu.

Jadi, pada malam itu (malam Mi’raj), Allah SWT
mengaruniakan pada Sayyidina Muhammad sallalLahu
alayhi wasallam, para penolong ini. Kemudian Allah pun
berkata, “Yaa Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam,….”

Ini terjadi di atas maqam Sayyidina Jibril alayhis
salam, saat Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam pergi
sendiri, ketika Jibril mengatakan pada beliau, “Aku
tak dapat menyertaimu lagi.” Nabi sallalLahu ‘alayhi
wasallam pun melaju terus, dan pada malam itu, malam
Mi’raj, setelah melewati maqam Sayyidina Jibril,
setelah Allah membukakan bagi beliau apa-apa yang
berasal dari tingkatan Jibril, dari rizqi / bagian
Sayyidina Jibril ke bawah, berupa Al Quran Suci;
setelah itu pun, Allah SWT mengaruniakan pada beliau
keseluruhan dari Al Quran Suci.

Saat beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam mulai bergerak
dari maqam Sayyidina Jibril ‘alayhissalam dan
seterusnya, Allah SWT memberikan bagi beliau
sallalLahu ‘alayhi wasallam, apa yang Ia sebut bagi
beliau, “Khamisul Quran”. Khamisul Quran, apa itu
artinya? “Bagian kelima dari Quran.” Apa makna
Khamisul Quran? Bukan berarti suatu buku/kitab yang
diberikan Allah SWT. Ia SWT telah mewayukan pada
beliau Quran Suci, tapi... sebagaimana kita ketahui
ada empat kitab suci: Zabur (Psalms), Taurat, Injil
(Bible), dan Al Quran. Benar? Jadi, Khamisul Quran,
bagian kelima, adalah Rahasia dari Al Quran Suci.

Allah membukakan bagi Sayyidina Muhammad sallalLahu
alayhi wasallam, seluruh Samudera-Samudera dan
Rahasia-Rahasia dari Quran Suci. Karena tak seorang
pun mampu memahaminya selain Sayyidina Muhammad
sallalLahu alayhi wasallam.

Inilah yang cita rasanya para Awliya’ullah usahakan
untuk diberikan pada kita, ya dari Khamisul Quran
tadi. Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam
mewariskan pada para Sahabat beliau, rahasia tersebut.
Beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam mewariskan pula
rahasia tersebut pada Awliyaullah, tetapi tidak ada
izin untuk membukanya hingga masa munculnya Sayyidina
Mahdi ‘alayhissalam. Beliau (Sayyidina Mahdi) akan
muncul di Akhir Zaman nanti dengan sesuatu, bukan
makna baru, tetapi pemahaman-pemahaman baru, dengan
rahasia-rahasia yang berada di balik ayat-ayat Al
Quran yang suci.

Muhyiddin Ibn ‘Arabi, Abu Yazid al-Bisthami, Sulayman
as-Saqathi, Sari As-Saqthi, Junayd al-Baghdadi, semua
Awliya’ ini, juga Sayyidina Shah Bahauddin
an-Naqshabandi, yang dapat kalian hitung semua…. Juga
para Sahabat Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam.
Keseluruhan dari mereka, berusaha memberikan cita rasa
ini, dan orang-orang pun tak dapat menerimanya.
Sayyidina Abu Hurayrah r.a. apa yang beliau pernah
katakan? Beliau adalah seorang Muhaddits [‘Aalim Ahli
Hadits, periwayat Hadits Nabi] terbesar. Beliau
meriwayatkan lebih dari 3000 hadits dari Nabi
sallalLahu ‘alayhi wasallam.

Apa yang pernah beliau katakan? Beliau pernah berkata,
“Hafiztu min Rasuulillaahi sallalLahu ‘alayhi wasallam
wi’a-ain. Fa-ammaa ahaduhumaa fabatstsatstuhuu bil
khalq, wa ammal aakhar, law batstsatstuhuu la-quthi’a
haadzal bul’uum.” “Aku mengingat dari Nabi sallalLahu
‘alayhi wasallam dua jenis pengetahuan. Yang satu
kusebarkan pada setiap orang. Yang lain kusimpan
sendiri, karena seandainya aku mengatakannya, tentulah
mereka akan memenggal leherku.”


Mengapa mereka akan memenggal lehernya? Siapakah yang
akan memenggal leher Abu Hurayrah? Para Sahabat
(lainnya)! Itu artinya, Nabi sallalLahu ‘alayhi
wasallam memberikan hal yang berbeda-beda bagi setiap
orang. Apa yang beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam
berikan bagi Sayyidina Abu Bakar as-Siddiq berbeda
dengan apa yang beliau berikan bagi Sayyidina ‘Ali,
dan berbeda lagi dengan apa yang beliau sallalLahu
alayhi wasallam berikan bagi Sayyidina ‘Umar. Kepada
setiap orang, Allah SWT mengaruniakan cita rasa yang
berbeda dari Rahasia itu.


Jadi Awliyaullah, kini, mereka membawa cita rasa itu.
Tapi, ini bergantung dari orang yang mendengarkan
merka, bergantung pada siapa yang menghadiri majelis
mereka. Jika orang-orang yang menghadiri majelis
mereka masih di bawah kendali ego mereka, rahasia atau
cita rasa semacam ini tak akan pernah dibukakan bagi
mereka. Sang Wali tak akan membuka rahasia itu. Karena
itulah,kita dapat melihat perbedaan antara Suhbat /
pengajaran Mawlana Syaikh Nazim yang diberikan sebelum
ini, dengan yang beliau berikan saat ini. Sebelum ini,
Mawlana Syaikh Nazim biasa memberikan kuliah-kuliah
yang amat dalam. Saat ini, kuliah Mawlana Syaikh Nazim
sebagian besar hanya berbicara masalah ego.

Beliau berusaha untuk meluruskan orang-orang, untuk
membimbing mereka menuju jalan yang benar, menuju
Shirathal Mustaqiim, ke Jembatan yang Lurus. Karena
beliau dapat melihat dan mengamati bahwa qalbu-qalbu
yang ada di depan beliau tidak siap untuk memikul
rahasia-rahasia ini. Sebelumnya, beliau biasa
berbicara dari tingkatan dan maqam yang tinggi.

Terkadang, saat beliau duduk dengan beberapa orang
tertentu, dan Allah membukakan untuk… adanya izin,
kalian dapat melihat pengetahuan macam apa yang beliau
ucapkan. Kalian akan tertegun mendengarnya. Karena,
Rahasia-rahasia tersebut, yang Allah karuniakan bagi
Sayyidina Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam, pada
Laylatul Mi’raj, Grandsyaikh berkata bahwa Allah
membukakan pada beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam,
Rahasia-Rahasia Al Quran, manifestasi- manifestasi,
dan tajalli (penampakan) dari 99 Nama (Asmaul Husna,
red.) yang tak seorang pun menyamai beliau dengan apa
yang Allah SWT bukakan bagi beliau, Sayyidina Muhammad
sallalLahu ‘alayhi wasallam. Hanya bagi Nabi
sallalLahu ‘alayhi wasallam. Tapi, apa yang telah Nabi
sedikit berikan, itu bukan berarti menyamai beliau,
melainkan itu berarti beliau mewariskannya.

Dari tajalli 99 Nama, itu berarti Allah SWT
mengaruniakan pada Sayyidina Muhammad sallalLahu
alayhi wasallam, Samudera-Samudera Nama-Nama ini, yang
tak seorang pun mengetahui awal maupun akhir dari
setiap Samudera Satu Nama!

Seluruh Alam Semesta ciptaan ini hanyalah berada di
bawah tajalli satu nama: Ar-Rahman! Seluruh alam
semesta ini, yang kita tengah hidup di dalamnya, sejak
penciptaannya hingga Hari Pembalasan berada di bawah
tajalli ar-Rahman! Bagaimana menurutmu dengan 98
Nama-Nama yang lainnya? Mereka bahkan belum terbuka,
belum termanifestasikan! Tidak hanya itu! Grandsyaikh
berkata pula bahwa Allah SWT mengaruniakan pula bagi
beliau sallalLahu ‘alayhi wasallam, Ismullah
al-A’dzam, Nama Teragung, yang meliputi seluruh
Nama-Nama itu. Itu dikaruniakan bagi Sayyidina
Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam pada Laylatul
Mi’raj.

Para ilmuwan mengatakan bahwa keseluruhan alam ini
tercipta milliaran tahun yang lalu. Benar? Semua
galaksi yang kalian saksikan ini, 6 milliar galaksi,
yang mereka katakan ada sekarang. Dan setiap galaksi
memiliki 80 milliar bintang, minimal. Kalian melihat
Milky Way, Bima Sakti, juga galaksi-galaksi yang ada
di Alam Semesta ini, keseluruhannya bergerak dalam
satu arah di ruang angkasa ini. Kalian tak mengetahui
ke mana mereka bergerak.

Mereka bergerak dengan kecepatan 300.000 km/detik
(kecepatan cahaya, red.). Sangat cepat. Dan ruang
angkasa ini tanpa batas. Sejak mereka diciptakan,
mereka bergerak. Ke mana mereka bergerak? Semua
pengetahuan ini Allah SWT karuniakan bagi Sayyidina
Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam pada malam
Laylatul Isra’ wal Mi’raj. Semua ini diberikan pada
Nabi sallalLahu ‘alayhi wasallam pada malam itu.
[Manifestasi] Satu Nama, ya, seluruh alam ini berada
di bawah Ismullahir Rahman, dan alam semesta ini tak
pernah berakhir meluas, dan melebar.

Bagaimana pula dengan 98 Nama-Nama lainnya? Yang belum
pernah dibukakan. Grandsyaikh berkata, bahwa saat
Mahdi ‘alayhissalam muncul, Allah SWT akan membukakan
cita rasa ini bagi Ummat. Dan karena itu pula pada
saat itu, ilmu pengetahuan akan ditransfer dan
dipindahkan dari orang satu ke orang lainnya lewat
mata. Kalian tak perlu lagi saat itu membaca atau
mempelajari pengetahuan dan mengingatnya. Itu semua
terbatas. Untuk berusaha membaca dan menghafal adalah
terbatas. Tapi, dengan menuangkannya melalui kedua
mata kalian ke qalbu kalian, dari orang yang satu ke
yang lain, melalui pantulan-pantulan (refleksi).

Dengan memantulkannya secara sempurna. Apa pun yang
dimiliki seseorang, ia akan memantulkannya, dan orang
yang lain akan menerimanya, dan memantulkannya
kembali, untuk diterima orang yang lain lagi, yang
juga akan memantulkannya. Demikian seterusnya,
layaknya suatu reaksi nuklir berantai, dari orang yang
satu ke yang lain, tanpa henti. Allah SWT akan
mengaruniakan seperti itu nanti. [yaitu, pada masa
Imam Mahdi ‘alayhissalam, red.].

Cita rasa itu, yang Allah karuniakan pada Sayyidina
Muhammad sallalLahu ‘alayhi wasallam tak dapat
dibayangkan sama sekali. Sebagaimana kalian tak dapat
membayangkan Keagungan Allah SWT. Bagaimana pun kalian
berusaha memikirkannya, maka Allah SWT tetap Lebih
Agung (daripada yang kalian pikirkan, red.). Artinya,
apa pun yang kalian pernah bayangkan atau renungkan
mengenai pengetahuan yang dimiliki Nabi sallalLahu
alayhi wasallam, maka apa yang diberikan Allah SWT
bagi beliau, jauh lebih besar dari itu. Setiap ‘saat’
Ia SWT memberikan (bagi beliau).

Allah SWT berfirman, “Kullu yawmin Huwa fii sya’nin”
“”Setiap saat ada suatu tajalli atau manifestasi /
penampakan yang baru”, dari manifestasi- manifestasi
Nama-Nama Indah itu [Al-Asmaul Husna]. Jadi, saat
penampakan-penampak an ini terjadi, lebih banyak lagi
yang berdatangan. Artinya, sesuai dengan Keagungan
Allah SWT, tak suatu apa pun dapat kalian batasi.
Selalu berkembang. Dan semua pengetahuan ini selalu
berkembang dalam diri Nabi sallalLahu ‘alayhi
wasallam, dan dari Nabi kepada Awliyaullah.

Di manakah pengetahuan ini? Mengapa Awliyaulah tidak
membicarakannya sekarang? Tak ada lagi bahasa
ruhaniah yang diajarkan kepada para murid. Sangat
dibatasi. Karena itulah Mawlana Syaikh Nazim, semoga
Allah mengaruniakan bagi beliau umur panjang, berkata
bahwa Allah SWT memerintahkan pada Nabi sallalLahu
alayhi wasallam untuk memerintahkan Mahdi
alayhissalam, untuk mengambil kekuatan dari setiap
Wali, dan mengambilnya ke tangan beliau, untuk menjaga
kekuatan itu berada pada tangan beliau. Karena tak ada
lagi para pengganti untuk Awliyaullah yang kini tengah
berwafatan.

Pada saat ini, Mawlana Syaikh Nazim berkata, bahwa
hampir sebagian besar Para Syuyukh Tariqah wafat, dan
Mahdi ‘alayhissalam mengambil kekuatan mereka. Hanya
pada Naqshbandi, kekuatan itu belum diambil, masih
berada di tangan seorang Wali Besar, Sulthanul
Awliya’, Sayyidii Syaikh Muhammad Nazim ‘Adil
Al-Haqqani. Grandsyaikh berkata, bahwa rahasia tariqah
itu [Naqshbandi] akan selalu hidup hingga Imam Mahdi
alayhissalam, tak pernah berhenti. Dan insya Allah,
kita berharap agar Mahdi ‘alayhissalam segera datang,
agar kita dapat melihat apa yang Allah SWT karuniakan
bagi diri kita.

Grandsyaikh Abdullah Faiz (alm) berkata, bahwa yang
paling penting adalah agar manusia mengetahui bahwa
Allah SWT telah memerintahkan pada Nabi sallalLahu
alayhi wasallam, “Yaa Muhammad, kau bertanggung jawab.
Aku tidak bertanggung jawab pada Ummah. Kau mengambil
mereka dalam keadaan bersih dan suci, maka kau pun
mesti mengembalikan mereka pada-Ku dalam keadaan
bersih dan suci. Maka, berbicaralah pada mereka
menurut apa yang dapat mereka terima.”

“Laa yukallifullahu nafsan illaa wus’ahaa”
“Allah tidak membebani seseorang lebih daripada apa
yang dapat ia pikul” “Hanya sesuai dengan apa yang
dapat mereka terima, berikanlah pada mereka. Lebih
dari itu, jangan kau tuntut dari mereka!”

Karena itulah kalian melihat saat ini, begitu banyak
orang lari. Bahkan ketika mereka melarikan diri,
Awliyaullah tetap melakukan amal mewakili diri mereka.
Setiap Wali bertanggung jawab atas kelompoknya. Ia
bertanggung jawab melakukan apa yang murid-murid
mereka tidak lakukan. Bahkan tidak hanya murid-murid
yang mengambil bay’ah secara fisik. Tapi, juga bagi
mereka yang tidak mengambil bay’ah secara fisik, yang
telah dibagikan bagi sang Wali itu di Hari Perjanjian,
hingga Sang Wali mengetahui siapa-siapa yang menjadi
pengikutnya. Ia pun mesti membersihkan mereka dan
mempersembahkan mereka dalam 24 jam, dalam keadaan
suci bersih, ke hadirat Sayyidina Muhammad sallalLahu
alayhi wasallam.

Berbahagialah! ! Dan berapa kali kami mengatakan,
Berbahagialah!” Kita akan melanjutkan tentang ini
insya Allah. Berbahagialah, dan jangan khawatir
tentang orang ini melakukan ini, orang itu melakukan
itu, ada fitnah di sini, fitnah di sana. Siapa yang
peduli? Tak usah pedulikan! Jangan berikan telingamu!
Di mana pun terjadi fitnah. Fitnah selalu terjadi.

Apakah syaitan pernah berhenti bekerja? Sebagaimana
Allah SWT sebutkan dalam Quran suci, bahwa syaitan
berkata, “… berikan bagiku, umur panjang. Aku ingin
agar Engkau, Yaa Rabbii, memberiku umur panjang agar
dapat kusesatkan mereka semua.” Allah pun menjawab,
“Ya, Aku memberimu umur panjang.” Allah SWT bahkan
menerima (du’a) dari Iblis. Kenapa? Apakah Allah tak
mampu mengatakan, “Tidak, Aku tak mau memberimu hal
itu, dan Kulempar ruhmu ke Neraka!”?

Mengapa Allah memberinya hal itu? Ia SWT menerima
darinya, saat ia (syetan) memohon pada-Nya. Allah
menerima dari ia yang berdosa? Allah menerimanya.
Karena Ia SWT ingin menaikkan derajat Ummah ini dan
mengaruniakan pahala bagi Ummah ini, saat mereka
membantah (bujukan) Iblis.

Jadi, Awliyaulah bertanggung jawab atas
pengikut-pengikut mereka untuk membersihkan diri
mereka. Jika tidak, tentu mereka akan menjadi tawanan
di tangan Syaitan, dan Syaitan akan menang. Di Hari
Perhitungan, ia akan berkata, “Yaa Rabbii, ooh, aku
menang, aku memiliki lebih banyak dari yang Kau mesti
miliki.” Grandsyaikh biasa berkata bahwa jika Iblis
dapat menawan satu saja ke sisinya, itu adalah tanda
kemenangannya. Karena seorang jenderal dalam suatu
pertempuran tak akan membiarkan seorang pun dari
pasukannya untuk jatuh ke tangan musuh. Jadi, Allah
tak akan pernah membiarkan Iblis untuk menang. Apa pun
yang diperbuat Iblis, akan dilemparkan Allah SWT ke
mukanya.

“Wa qadimnaa ilaa maa ‘amiluu faja’alnaahaa habaa-an
manthuuran” “Kami lemparkan apa yang mereka perbuat ke
muka mereka” Yang pertama-tama adalah Iblis. Allah
akan melemparkan seluruh perbuatannya, saat ia
mengejar-ngejar manusia untuk menghancurkan hirup
mereka, menyuruh mereka menghisap ini, atau menghisap
itu, mengambil hashish, atau apa lagi? Heroine…
[Ecstasy] Apa itu? [Obat gaya baru] Gaya baru? Kau
pernah mencobanya? Siapa pernah mencobanya?

Semoga Allah SWT melindungi diri kita. [Aamiiin. Insya
Allah] Karena kita adalah lemah. Kita memohon Allah
untuk melindungi diri kita. Dan Allah Ta’ala
melindungi orang-orang, baik laki-laki maupun
perempuan yang tulus. Lihatlah, masya Allah, seluruh
wanita di sini, mereka amat tulus, mereka memakai
hijab/jilbab dengan baik. Tapi, justru laki-lakinya
yang tidak tertutup kepalanya. Beberapa di antara
mereka tidak memakai peci atau tutup kepala. Saya
tidak tahu kenapa mereka hanya mengharuskan wanita,
dan tidak menekan laki-laki untuk memakai tutup
kepala. Haah? Aah, kau di sini [berbicara kepada
seorang saudara yang tidak mengenakan peci, red.].
Kau dengar tadi? "Ya, saya mendengarnya"
Apa yang saya baru katakan? "Mengapa hanya menekan
wanita untuk memakai jilbab" Iya ‘kan?

Mengapa hanya memberikan tekanan pada wanita dan tidak
pada pria? Pria pun mesti memakai turban. Tapi, kalian
tidak memakai turban supaya kalian bisa pergi ke
disco. [Hahaha] . Semoga Allah mengampuni diri kita.
Bihurmatil Fatihah!

Wa min Allah at Tawfiq
wasalam, arief hamdani
www.rabbani- sufi.blogspot. com



No comments:

Post a Comment