TERIMAKASIH ATAS KUNJUNGANNYA JANGAN LUPA LIKE, FOLLOW KOMENTAR DAN SHARE

Jangan Bersedih



Mawlana Syaikh Nazim Adil al-Haqqani qs

Lefke, Cyprus Turky, 29 Januari 2010


Bismillahi 'r-Rahmani 'r-Raheem


Ucapkanlah Audzubillah himinasy syaithonir rojim, karena setan sedang berusaha untuk membuat manusia dalam keadan yang sangat sedih. Apabila kalian merasa sedih, kalian mesti sadar bahwa kesedihan itu berasal dari shaitan, yang menginginkan kesedihan bagimu. Jika kamu mau menghilangkan kesedihan dari dirimu, apakah obatnya? Allah berfirman, "Jika kamu tidak mau bersedih, maka jika kamu menemui seseorang yang sedang sedih, cobalah untuk mengambil dan mengangkat kesedihan orang itu, dan AKU akan mengangkat kesedihan mu."

Ini adalah ajaran untuk seluruh Ummat Manusia. Saat ini seluruh dunia dalam keadaan sedih. Apakah kamu memikirkan mengenai kesedihan itu? Bagaimana kamu dapat menghilangkan kesedihan dari hati manusia? Kirimlah bantuan untuk korban bencana alam, karena mereka lapar dan dahaga, dan tiada tempat bernaung. Mungkin mereka akan di timpa dengan gempa bumi sekali lagi. Maka untuk menghilangkan kesedihan, ucapkanlah Bismillahir rahmaanir rahim, AKU akan mengangkat kesedihanmu.

Harta, dan Pangkat atau kedudukan tinggi tidak pernah dapat menghilangkan kesedihan dihati manusia. Apakah Obat bagi kesedihan? Manusia zaman sekarang berada dalam Lautan penderitaan, Lautan Kesedihan, Lautan laknat, Lautan kesusahan dan kesakitan. Islam membawa penyembuhan bagi setiap penderitaan atau penyakit, dengan Obatnya! Bagi setiap puncak kesusahan, penderitaan, penyakit, azab - apakah kunci untuk menyelamatkan mereka? Obat ini berada didalam Al Quran? Segalanya berada dalam Al- Quran! Bacalah.

Wahai kekasihKu, Aku tidak senang jika kamu dalam kesedihan. Aku memberimu apa yang menyenangkan hati mu, AKU adalah penciptamu, Aku adalah Tuhanmu, mengapa kamu sedih, jika Aku sedih, maka kamu boleh bersedih." Mungkinkah Allah besedih? Hashah....tidak mungkin! Maka sering-seringlah kalian tersenyum, jangan bermuka masam. Allah swt tidak mengirim mu utk menambahkan kesedihan manusia! Ya Habibi, aku mengirim Bashiran wal Naziran, Penasihat yang membawa berita baik, berita bahagia dan peringatan.

Allah swt tidak meninggalkan kekasihnya dalam keadaan sedih. Dia tidak berbuat demikian! Segala yang berlaku di sini, apabila ia di khabarkan kepada Rasulullah (saw), tidak akan meninggalkan Rasulullah saw dalam keadaan sedih, tidak! Allah tidak meninggalkan kekasihNya dalam keadaan sedih! Khalataman Nabiyyin (Penutup Para Nabi), adalah makhloq yang tercinta di sisi Allah swt, maka mungkinkah Allah akan meninggalkan Baginda Nabi Muhammad saw dalam keadaan sedih? Jika Rasulullah saw bersedih,adalah karena beliau saw tiada kuasa untuk melakukan sesuatu untuk membantu umatnya.

Allah Maha Kuasa, IA bisa melakukan apa saja yang IA kehendaki. "Apa yang menjadikan mu bersedih, wahai kekasihKU." bertanya Allah kepada Rasulullah saw. "Wahai kekasihKU, yang sering menyebut Ummati ummati, engkau senantiAasa risau akan keadaan Ummatmu. Adakah AKU tidak berkuasa menghilangkan segala-galanya dari Ummatmu, yang menjadikan kamu sedih?" Firman Allah ini adalah Lautan ilmu yang kamu tak akan menemui batasan atau dasar lautan...."Wahai kekasihku, AKU tidak akan meninggalkan kamu dalam keadaan sedih," Alhamdulillah, syukurlah kepada Allah. Wahai pendengar, hadirlah, dan pelajari, pelajari sesuatu mengenai derajat Habibullah, Kekasih Allah, kalian mesti mencoba mempelajari sesuatu kemuliaan, dan kebesaran dan kasih sayang yang dikirimkan Allah swt kepada Baginda Nabi saw.

Wahai kekasihKU, mengapa kamu bersedih? Aku adalah Tuhan semesta alam, dan Aku tidak senang jika engkau sedih. Lihat ke arah padang rumput itu..." Allah memerintahkan Rasulullah (saw) memandang ke arah yang Dia di perintahkan untuk melihat. Maka ada padang yang luas sekali, dan ada sebuah Pohon Besar di tengah-tengah padang itu, dan di atas pohon itu, ada seekor burung, yang di paruh nya ada segumpal tanah lumpur. Pohon itu melambangkan alam ini. Burung itu adalah Ummatmu. Burung itu mengigit dalam paruhnya, lumpur tanah liat yang kecil sekali, itu adalah dosa-dosa Ummatmu. Dan padang yang Luas ini, adalah Rahmat KU.

Tidakkah Lautan rahmat itu tidak dapat menghilangkan dosa ummatmu? Wahai kekasihku, jangan besedih, Ajarlah ummatmu, siapapun yang menginginkan keridhoan Ku.. dia mesti berusaha untuk menghilangkan kesedihan manusia yang lain. Jika dia berbuat demikian, maka Aku ridha atas perbuatannya, dan Aku senang dengan dia, dan Aku akan menjadikan dia bahagia di dunia dan akherat." Ini adalah peringatan yang keras bahwa kalian mesti berusaha untuk menghilangkan kesedihan dari manusia yang lain, dan Allah akan senang terhadap kalian. Ya Allah, kami senang sekali dengan apa yang Engkau berikan kepada kami malam ini,dengan janjiMU untuk menyelamatkan manusia dengan rahmatMU, ampunkan kami Ya Allah demi Rasulullah Salallahu alayhi wasalam. Fatiha.


Wa min Allah at Tawfiq

Secangkir Kopi Sufi

Oleh: Candra Malik
Iman dibangun atas empat pilar keyakinan. Yaitu ilmal yaqin atau percaya berdasarkan pengetahuan, 'ainul yaqin atau percaya berdasarkan pandangan langsung, haqqul yaqin atau percaya berdasarkan pengalaman pribadi, dan ikmal yaqin atau percaya berdasarkan keterlibatan mendalam.
Ilmal yaqin dapat diibaratkan sebagai mula-awal belajar. Seorang Sufi menimba ilmu dari siapa pun, terutama dari gurunya, tentang sesuatu hal. Sebagaimana seorang pehobi masak mencatat resep masakan dari seorang Chef. Jika berhenti hanya pada menimba ilmu, apalagi jika sebanyak-banyaknya, maka semakin banyak ilmu justru semakin berat beban hidupnya.
Para Sufi memiliki analogi yang satir, yaitu betapa pun seekor keledai menarik segerobak ilmu, toh ia tetaplah seekor keledai. Semakin banyak ilmu, jika tak diwujudkan menjadi amal, maka alih-alih membawa manfaat, ia justru menimbulkan madharat bagi penghimpun ilmu itu sendiri. Oleh karenanya, ilmal yaqin harus dilanjutkan dengan 'ainul yaqin.
Kita bisa belajar dari kopi. Setelah mencatat bahwa secangkir kopi dibuat dari setuang air mendidih, setakar bubuk kopi, dan gula sebutuhnya, seorang Sufi harus melihat sendiri apa itu air, kopi, dan gula. Tak cukup baginya hanya mendapati air, kopi, dan gula sebagai susunan aksara. Hanya teks, dan bukan konteks.
Sesuai fitrahnya, kopi diseduh atau disajikan dengan ampasnya, dengan cangkir, bukan gelas. Tapi, mengapa harus demikian? Seorang Guru Tasawuf saya mengatakan," supaya kau seolah memegang kuping sendiri saat memegang kuping cangkir."
"Setelah kuping terpegang dan kopi mendekat, kau aktifkan lidah sebagai indera penyesap dan hidung sebagai indera pencium," lanjutnya. Mata sebagai indera penglihat akan menatap ke arah suwung tertentu, ketika kopi kita sesap dan seketika aromanya kita hirup. Segera panasnya secangkir kopi itu membuka pori-pori kulit, sehingga pendek kata: hiduplah seluruh lima indera dalam diri.
Inilah mengapa tatkala mengaji Tasawuf, seorang murid disuguhi secangkir kopi oleh sang mursyid. Lebih pahit lebih baik bagi indera. Seolah belum Sufi jika belum ngopi. Dan, memang demikianlah tradisi ngopi bermula: dari para Sufi yang melek semalam suntuk.
"Tahu dari mana itu kopi?" tanya Guru Tasawuf saya, suatu malam. Ia berseru,"siapa tahu aspal? Toh sama hitamnya sama pekatnya. Minumlah!"
Segera saya sesap secangkir kopi itu, saya rasakan dengan tamat, lalu saya jawab,"Ini benar kopi, Kiai. Yakin seyakin-yakinnya."
Guru saya itu berwasiat, iman dibangun setidaknya dengan empat keyakinan: 'ilmal yaqin, 'ainul yaqin, haqqul yaqin, ikmal yaqin. "Ilmal yaqin adalah yakin berdasar pengetahuan. Tahu secangkir kopi diracik dari air mendidih, kopi, dan gula dalam takaran tertentu. Namun, cita-rasa tak cukup hanya dari resep di atas kertas. 'Ainul yaqin adalah yakin berdasarkan kesaksian. Melihat kasunyatan," katanya.
Melihat sendiri,"O, ini yang disebut air mendidih. O, ini bubuk kopi. O, ini butiran gula." Nyata. Bukan lagi teori, bukan ilusi. Tapi, melihat saja pun tak cukup. Haqqul yaqin adalah yakin karena mengalami sendiri. Memasak air, meracik kopi. Terlibat prosesnya. Puncaknya keyakinan adalah ikmal yaqin, yaitu yakin karena merasakan sendiri. Menyesap kopi dan merasakan sensasinya.
Ini kopiku, mana kopimu?

Candra Malik, pengasuh Pesantren Asy-Syahadah, di Segoro Gunung, lereng Gunung Lawu, Karanganyar, Jawa Tengah.

Abu Bakar bin Abi Syaibah (Wafat 235H)

Namanya sebenarnya adalah Abdullah bin Muhammad bin Abi Syaibah al Kufy, seorang hafidh yang terkenal. Ia menerima hadist dari al-Ah...

Total Tayangan

Translate