Nama
 sebenarnya adalah Ali bin al-Husein bin Ali bin Abi Thalib, neneknya 
adalah Fatimah az-zahra binti Rasulillah, terkadang ia disebut dengan 
Nama Abu Husein atau Abu Muhammad, sedangkan nama panggilannya adalah 
Zainal abidin dan As-Sajad, karena kebanyakan melakukan shalat dimalam 
hari dan di siang hari.
Perjalanan hidupnya.
Diriwayatkan
 bahwa Ia menerima beberapa orang tamu dari Irak, lalu membicarakan Abu 
Bakar, Umar dan Utsman tentang sesuatu yang buruk terhadapnya, dan 
ketika mereka selesai bicara, maka ia berkata,”Apakah
 kalian termasuk kaum muhajirin yang didalam Alquran surat al-Hasyr: 8 
yang menegaskan ‘Mereka yang diusir dari kampung halaman dan dipaksa 
meninggalkan harta benda mereka, hanya karena mereka ingin memperoleh 
karunia Allah dan keridhaan-Nya?”’ Mereka menjawab, ”Bukan…!”
”Apakah
 kalian termasuk kaum Anshar yang dinyatakan dalam Alquran surat 
al-Hasyr 97: ‘Mereka yang tinggal di Madinah dan telah beriman kepada 
Allah sebelum kedatangan kaum Muhajirin. Mereka itu mencintai dan 
bersikap kasih sayang kepada orang-orang yang datang berhijrah kepada 
mereka, dan mereka tidak mempunyai pamrih apa pun dalam memberikan 
bantuan kepada kaum Muhajirin. Bahkan mereka lebih mengutamakan 
orang-orang yang hijrah daripada diri mereka sendiri, kendatipun mereka 
berada dalam kesusahan?”’ ”Bukan…!”
Kalau
 begitu berati kalian menolak untuk tidak termasuk ke dalam salah satu 
dari kedua golongan tersebut. Selanjutnya ia berkata” Aku bersaksi bahwa
 kalian bukanlah orang yang dimaksud dalam firman allah, “”Ya Tuhan 
kami, beri ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman 
lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam
 hati kami terhadap orang-orang yang beriman.” (Qs. Al Hasyr:10). Maka keluarlah kalian dari rumahku, niscaya Allah murka kepada kalian”.
Ali
 bin al Husein Zainal ‘Abidin dianggap sebagai ulama yang paling masyur 
di Madinah dan pemimpin ulama tabi’in di sana. Hal ini keterangan yang 
diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah, dan yang diriwayatkan Ibnu Abbas.
Kurang
 lebih 30 tahun Zainal Abidin bergiat mengajar berbagai cabang ilmu 
agama Islam di Masjid Nabawi di Madinah. Sikap tidak berpihak pada 
kelompok mana pun tersebut mengundang simpati dari semua kelompok yang 
bertikai. Zainal Abidin disegani oleh segenap kaum Muslimin baik kawan 
maupun lawan. 
Pada
 zamannya, Zainal Abidin diakui masyarakat Muslimin sebagai ulama puncak
 dan kharismatik. Ia sangat dihormati, disegani, dan diindahkan 
nasihat-nasihatnya. Kenyataan itu tidak hanya karena kedalaman ilmu 
pengetahuan agamanya, tidak pula karena satu-satunya pria keturunan 
Rasulullah, tetapi juga karena kemuliaan akhlak dan ketinggian budi 
pekertinya. 
Salah seorang Putera ‘Amar bin Yasir meriwayatkan  bahwa:
 pada suatu hari Ali bin Husein kedatangan suatu kaum, lalu beliau 
menyuruh pembantunya untuk membuatkan daging panggang, Kemudian pembantu
 itu dengan terburu buru sehingga besi untuk membakar daging terjatuh 
mengenai kepala anak Alin bin usein yang masih kecil sehingga anak 
tersebut meninggal. Maka Ali berkata kepada pembantunya,’ kamu 
kepanasan, sehingga besi itu jatuh’. Setelah itu beliau sendiri 
mempersiapkan untuk memakamkan anaknya.”. Menunjukan kesabaran dan 
kepasrahan beliau, dimana seorang pembantu telah menyebabkan kematian 
anaknya. sehingga ia membalas kejelekan dengan suatu kebaikan.
Sebuah
 keterangan yang diriwayatkan oleh Hisyam bin Abdul Malik ketika ia 
sedang menunaikan ibadah haji sebelum diangkat menjadi Khalifah, ia 
berusaha untuk mencium hajar aswad tetapi ia tidak mampu melakukannya, 
kemudian datang Ali bin Husein hendak mencium hajar aswad juga sehingga 
orang orang disekitarnya menyingkir dan berhenti lalu beliau menciumnya.
 Kemudian orang orang bertanya kepada Hisyam siapa orang itu?, dia 
menjawab aku tidak mengenalnya. Maka seseorang berkata” Aku mengenalnya,
 dia adalah Ali bin al Husein.
Para
 ulama sepakat bahwa Ali bin al Husein ini anak paling kecil dari Husein
 yang selamat, sedangkan kakak kakaknya dan kedua orang tuanya terbunuh 
sebagai syuhada. Zainal Abidin kecil selamat dari pembunuhan keluarga 
Rasulullah, ketika itu ia sedang terlentang diatas tempat tidur karena 
sakit, sehingga keadaanya luput dari pembunuhan, saat itu usianya 23 
tahun. Allah melindungi dan menyelamatkannya.
Ia
 wafat pada tahun 74 H di Madinah dalam usia 58 tahun dan dimakamkan di 
Baqi. Riwayat lain dikatakan ia wafat pada tahun 93 H dalam usia 57 
tahun.
No comments:
Post a Comment