Showing posts with label Puisi-puisi Indah sang Mistikus (Jalaludin Rumi). Show all posts
Showing posts with label Puisi-puisi Indah sang Mistikus (Jalaludin Rumi). Show all posts

Musuhmu yang Sebenarnya - Rumi




Tahukah engkau siapa musuhmu sebenarnya?
Mereka yang dibuat dari api adalah musuh
dari yang dibuat dari tanah. [1]

Api adalah musuh dari air dan keturunannya;
demikian pula air adalah musuh bagi nyalanya api.

Jelasnya, api disini adalah api hawa-nafsu, yang
disitu terletak akar dari dosa dan kesalahan.

Api kasat-mata dapat engkau padamkan dengan siraman
air, sementara berkobarnya api hawa-nafsu dapat
membawamu ke Neraka.

Api hawa-nafsu tak dapat diredakan dengan air, karena
dia memiliki ciri Neraka, yaitu tak-pernah-puas
menyiksa.

Apakah obat bagi api hawa-nafsu?
Cahaya Agama: cahaya
keberserahdirianmu adalah sarana
untuk memadamkan api kekufuranmu.

Apakah yang memadamkan api ini?
Cahaya Allah, jadikanlah cahaya nabi-Nya,
Ibrahim a.s. sebagai gurumu. [2]

Sehingga jasadmu yang bagaikan kayu dapat
diselamatkan dari nyala hawa-nafsu, yang bagaikan
api Namrud. [3]

Kobaran hawa-nafsu takkan padam karena diperturutkan;
tapi dapat dipastikan dia akan surut dengan membiarkannya
tak-terpuaskan.

Api akan terus membara, jika kayu bakar yang engkau
sodorkan kepadanya.

Jika engkau tarik kayu bakar itu, api akan padam;
takutmu kepada Tuhan itu bagaikan air yang disiramkan
kepada api.

Sungguh sayang, jika api hawa-nafsu menghanguskan
cantiknya wajah-jiwa; yang seyogyanya memerah-mawar:
pancaran dari takwa didalam qalb.

__________
(Rumi: Matsnavi, I no 3694 - 3706, terjemahan ke Bahasa Inggris oleh Nicholson)

Catatan:

[1] QS [38]: 76

[2] QS [4]: 125

[3] QS [37]: 97, [21]: 69

Puisi-Puisi indah Sang Mistikus Cinta

                                           Letak Kebenaran 

                            Kebenaran sepenuhnya bersemayam didalam Hakekat,

                            Tapi orang dungu mencarinya didalam kenampakan



                                                 Disebabkan Ridho_Nya

                                        Jika saja bukan karena keridhoan-Mu,

                        Apa yang dapat dilakukan oleh manusia yang seperti debu ini

                                                       dengan cinta-Mu?


                                               Rahasia Yang Terungkap

                           Apapun yang kau dengar dan katakan (tentang cinta),

                                                  itu semua hanyalah kulit.

                                         Sebab, inti dari cinta adalah sebuah

                                              rahasia yang tak terungkapkan.


                                               Hati Bersih Melihat Tuhan

                                        Setiap orang melihat Yang Tak Terlihat

                                              dalam persemayaman hatinya.

                                 Dan penglihatan itu bergantung dari seberapakah

                                               ia menggosok hati tersebut.

                                      Bagi siapa yang menggosoknya hingga kilap,

                                         maka bentuk-bentuk Yang Tak Terlihat

                                                    semakin nyata baginya.






Di Lembah C I N T A

Tengah malam,
aku bertanya, siapa ini yang ada
di dalam rumah qalb-ku?


Dia menjawab, Inilah Aku,
yang cemerlangnya membuat matahari dan
rembulan jadi tertunduk malu.


Dia bertanya, Mengapa rumah ini penuh
dengan aneka macam lukisan?


Aku menjawab,
Ini semua adalah bayangan dari-Mu,
wahai Engkau yang wajah-Mu membuat
iri warga Chigil.
[1]

Dia bertanya, Dan apa ini:
qalb yang berdarah-darah?


Aku menjawab,
Ini adalah gambaran diriku:
hati terluka, dan kaki dalam lumpur.

Kuikat leher dari jiwaku,
dan menyeretnya kehadapan-Nya sebagai persembahan:
Inilah dia yang telah berkali-kali memunggungi Cinta,
kali ini jangalah Kau lepaskan.


Dia serahkan satu ujung tali,
ujung yang penuh kecurangan dan pengkhianatan,
Peganglah ujung yang ini,
Aku kan menghela dari ujung yang lain,
mari berharap tali ini tidak putus.


Kuraih tangan-Nya, Dia menepisku,
seraya berkata, Lepaskan!

Aku bertanya,
Mengapa Engkau bersikap
keras padaku?


Dia menjawab, Ketahuilah, sikap keras-Ku
demi tujuan yang baik bagimu,
bukan karena niat-buruk atau jahat.

Ini untuk memperingatkanmu,
barangsiapa masuk kesini dan berkata,
'Inilah Aku!'
maka Aku akan memukul dahinya;

karena ini adalah Lembah Cinta,
bukan kandang hewan.


Salahuddiin,[2]
sungguh keelokan wajah sejatimu
indahnya bagaikan sosok Tamu di tengah malam itu;

kawan-kawan gosok matamu,
dan tataplah dia dengan pandangan qalb-mu,
dengan bashirah-mu.

Catatan:
[1]  Daerah Chigil di Turkesta terkenal dengan
keelokan wajah warganya.

[2]  Salahuddiin Zarkub, salah satu sahabat Mawlana Rumi,
belakangan berkembang menjadi sosok inspirasi ruhaniyah baginya;
yaitu setelah Mawlana Rumi menerima bahwa Syamsuddin at-Tabriz
yang menghilang dan lama dirindukannya, telah wafat.


Menurut Sultan Valad, salah satu putra Rumi, tentang Salahuddin ini,

Rumi menyatakan:

Syamsuddin yang selalu kita bicarakan
telah kembali pada kita! Mengapa kita masih tertidur?
Bersalinlah kalian dengan baju baru, dia telah kembali
menunjukkan dan memamerkan keindahannya.

(Dari karya Franklin D. Lewis: Rumi, Past, Present, East and West, Oneworld Publications, 2000).
Sumber:
Rumi:
 Divan-i Syamsi Tabriz, ghazal 1335
Terjemahan ke Bahasa Inggris oleh A.J. Arberry
dalam
 Mystical Poems of Rumi 1, The University of Chicagi Press, 1968.


A Moment Of Happiness



by Mewlana Jalaluddin Rumi

A moment of happiness,
you and I sitting on the verandah,
apparently two, but one in soul, you and I.
We feel the flowing water of life here,
you and I, with the garden's beauty
and the birds singing.
The stars will be watching us,
and we will show them
what it is to be a thin crescent moon.
You and I unselfed, will be together,
indifferent to idle speculation, you and I.
The parrots of heaven will be cracking sugar
as we laugh together, you and I.
In one form upon this earth,
and in another form in a timeless sweet land.


Description of Love



by Mewlana Jalaluddin Rumi



A true lover is proved such by his pain of heart;

No sickness is there like sickness of heart.

The lover's ailment is different from all ailments;

Love is the astrolabe of God's mysteries.

A lover may hanker after this love or that love,

But at the last he is drawn to the KING of love.

However much we describe and explain love,

When we fall in love we are ashamed of our words.

Explanation by the tongue makes most things clear,

But love unexplained is clearer.

When pen hasted to write,

On reaching the subject of love it split in twain.

When the discourse touched on the matter of love,

Pen was broken and paper torn.

In explaining it Reason sticks fast, as an ass in mire;

Naught but Love itself can explain love and lovers!

None but the sun can display the sun,

If you would see it displayed, turn not away from it.

Shadows, indeed, may indicate the sun's presence,

But only the sun displays the light of life.

Shadows induce slumber, like evening talks,

But when the sun arises the "moon is split asunder."

In the world there is naught so wondrous as the sun,

But the Sun of the soul sets not and has no yesterday.

Though the material sun is unique and single,

We can conceive similar suns like to it.

But the Sun of the soul, beyond this firmament,

No like thereof is seen in concrete or abstract.

Where is there room in conception for His essence,

So that similitudes of HIM should be conceivable?

Hanya Engkau - Rumi




Dari seluruh semesta,
hanya Engkau saja yang kupilih,
Apakah Engkau akan membiarkanku
duduk bersedih?

Hatiku bagaikan pena,
dalam genggaman tanganmu.
Engkaulah sebab gembiraku,
atau sedihku.

Kecuali yang Engkau kehendaki,
apakah yang kumiliki?

Kecuali yang Engkau perlihatkan,
apakah yang kulihat?

Engkaulah yang menumbuhkanku:
ketika aku sebatang duri,
ketika aku sekuntum mawar;
ketika aku seharum mawar,
ketika duri-duriku dicabut.

Jika Engkau tetapkan aku demikian,
maka demikianlah aku.
Jika Engkau kehendaki aku seperti ini,
maka seperti inilah aku.

Di dalam wahana tempat Engkau mewarnai jiwaku,
siapakah aku?
apakah yang kusukai?
apakah yang kubenci?

Engkaulah yang Awal, dan kiranya, Engkau
akan menjadi yang Akhir;
jadikanlah akhirku lebih baik,
daripada awalku.

Ketika Engkau tersembunyi,
aku seorang yang kufur;
Ketika Engkau tampak,
aku seorang yang beriman.

Tak ada sesuatupun yang kumiliki,
kecuali yang Engkau anugerahkan;
Apakah yang Engkau cari,
dari hati dan wadahku?

__________
(Rumi: Divan Syamsi Tabriz no 30, terjemahan Nicholson)

Kepalamu Adalah Tanggamu - Rumi


Hari ini kulihat Sang Tercinta, seri semarak segala perkara itu; Ia lepas menuju ke langit bagai ruh Mustafa. 1)

Karena wajah-Nya, matahari menjadi malu, daerah langit terharu-biru sekacau kalbu; lantaran cerlangnya, air dan tanah lempung lebih bercahaya dari api menyala.

Aku berkata, “Berikan padaku tangga, agar aku dapat naik ke langit pula.” Jawab-Nya, “kepalamu ialah tangga; purukkan kepalamu lebih rendah dari kakimu.” 2)

Bila kautempatkan kakimu lebih tinggi dari kepalamu, maka kakimu akan berada di atas kepala bintang-bintang; bila kau menyibak angkasa, injakkan kakimu di angkasa, nah, mulailah!

Seratus jalan ke angkasa—langit pun menjadi jelas bagimu; membubunglah kau di setiap samar fajar ke langit raya, bagai sebuah doa. 3)

: : : : : : : :

K e t e r a n g a n :

1) Rujukan pada Mi’raj Nabi Muhammad. Mustafa adalah panggilan untuk Beliau.
2) Sujud
3) Q.S. Adz-Dzâriyât [51] : 18), “Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).”

* Terjemahan oleh Hartojo Andangdjaja, dari Rumi, Jalaluddin; Kasidah Cinta, 1982: Budaya Jaya.