Showing posts with label Muhammad Rasulullah. Show all posts
Showing posts with label Muhammad Rasulullah. Show all posts

Tanpa Rasulullah Saw, Sejarah Tak Bermakna



Sejarah mencatat bahwa sebelum Nabi Saw dilahirkan, manusia berada dalam lembah kesesatan dan penyimpangan yang parah. Bangsa Arab pada khususnya sedang menikmati masa Jahiliahnya. Dan berkaitan dengan ke
adaan masyarakat sebelum diutusanya Nabi Saw, Sayidina Ali bin Abi Thalib secara Indah menuturkan:

"Allah mengutusnya saat terjadinya masa vakum dari para rasul, umat-umat terlelap dalam tidur panjang, dan fitnah semakin berkobar serta tersebarnya berbagai persoalan dan berkecamuknya berbagai peperangan. Dunia kala itu tampak tak bercahaya, kesombongan merajalela, dedaunan mulai layu, buahnya mulai tumbang, dan airnya mulai mengering. Menara-menara petunjuk telah lenyap dan agen-agen kejahatan bermunculan. Mereka bermuka masam di hadapan pendukung dan pencari kebenaran. Mereka mengobarkan fitnah. Makanan mereka bangkai, slogan mereka kecemasan dan selimut mereka adalah pedang.” [1]

Dalam keadaan pelik yang dilalui oleh manusia itu, terbitlah cahaya Ilahi yang menerangi manusia dan negeri, dan mengabarkan berita gembira tentang kehidupan yang mulia dan kebahagiaan yang abadi. Itu terjadi ketika bumi Hijaz diberkati oleh kelahiran seorang Nabi yang mulia, Muhammad bin Abdillah as pada Tahun Gajah (570 M) dan pada bulan Rabi`ul Awwal, sebagaimana disepakati oleh mayoritas ahli hadis dan sejarawan.
Berkenaan dengan hari kelahirannya, mayoritas Ahlu Sunnah berpendapat bahwa beliau dilahirkan pada hari Senin, tanggal dua belas Rabi`ul Awwal.”[2] Sedangkan menurut saudara-saudara kita dari Imamiyah berpendapat bahwa beliau dilahirkan pada hari Jum`at, tanggal tujuh belas Rabi`ul Awwal sesudah terbitnya Fajar.” Inilah pendapat yang masyhur di kalangan Imamiyah.
Sumber-sumber sejarah mencatat beberapa peristiwa yang unik di hari kelahiran beliau. Misalnya, padamnya api kaum Persia, gempa yang dialami manusia hingga hancurnya berbagai gereja dan peribadatan kaum Yahudi, serta robohnya berbagai hal yang disembah selain Allah Azza wa Jalla dari tempatnya, dan tumbangnya berbagai berhala yang diletakkan di Ka`bah. Peristiwa tersebut membuat para tukang sihir dan para dukun terbelalak dan tak berdaya untuk menafsirkannya. Serta terbitlah bintang-bintang yang tak terlihat sebelumnya. Demikianlah Muhammad Saw. lahir dan berkata: "Allah Maha Besar. Segala puji bagi Allah dengan suatu pujian yang banyak dan Maha Suci Allah di waktu pagi dan petang."[3]

Nabi terkenal memiliki dua nama: "Muhammad" dan "Ahmad". Al-Qur’an menyebutkan kedua nama tersebut. Para sejarawan meriwayatkan bahwa kakeknya Abdul Muthalib menamakannya "Muhammad". Dan ketika beliau ditanya tentang sebab penamaan tersebut, beliau menjawab: "Aku ingin ia (Muhammad) dipuji di langit dan di bumi."[4] Sebagaimana ibunya—sebelum kakeknya—menamakannya "Ahmad".
Melalui lisan Nabi Isa a.s., Injil pun telah memberitakan kabar gembira tentang kedatangan Nabi Muhammad Saw. sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Al-Qur’an dan dibenarkan oleh Ahlu Kitab. Dalam hal ini, Allah Swt. berfirman: "Dan memberi kabar gemberi dengan (datangnya) seorang rasul yang akan datang sesudahku yang namanya Ahmad (Muhammad)."[5] Dalam tradisi bangsa Arab dan selainnya, tidak ada masalah bila seseorang memiliki dua nama dan dua julukan.

Dinamika kehidupan umat manusia umumnya dan umat Islam khususnya dimulai sejak bayi suci yang bernama Muhammad bin Abdillah lahir dan menyinari ufuk kota Mekkah. Sinar Muhammad tidak hanya berhenti di kota Mekkah namun menembus cakrawala dunia. Sejak ia dilahirkan pena-pena sejarah mulai bergerak. Setiap gerak-geriknya menjadi bahan tulisan penting kalangan sejarawan.
Para penduduk kota Mekkah tidak memahami makna kehadiran Nabi yang agung ini. Mereka memandang lahirnya Muhammad Saw tak ubahnya seperti kelahiran bayi biasa lainnya. Mereka tidak mampu menangkap peristiwa-peristiwa menakjubkan di atas yang mengiring kelahirannya. Namun tidak demikian halnya dengan kaum Yahudi. Jauh-jauh hari mereka telah mengetahui akan kedatangan seorang Nabi akhir zaman. Bahkan mereka telah memasang tenda di sekitar bukit `Air dan Uhud untuk menyambut kedatangan Nabi Saw. Tapi sayangnya, ketika mereka telah mengetahui kehadiran Rasul Saw, mereka jutsru menentang dan tidak beriman kepadannya. Sehingga akhirnya mereka mendapatkan laknat Allah.[6]

Sebelum peristiwa bi`tsah (masa diutusnya Nabi Saw), Muhammad Saw belum begitu diperhitungan oleh sejarah. Namun sejak peristiwa bi`tsah, poros sejarah semakin kencang bergulir. Di sinilah langkah-langkah Muhammad Saw begitu bermakna. Di sinilah Muhammad Saw mulai mengibarkan bendera tauhidnya. Bendera yang mencabut akar-akar syirik yang meracuni akal umat manusia sepanjang masa. Bendera yang tidak mengenal perbedaan ras, suku dan bahasa. Bendera yang mempertemukan semua umat dalam satu slogan dan samudera, yaitu: Lailahaillallah Muhammad Rasulullah.

Lalu apa yang terjadi setelah Muhammad Saw mengibarkan bendera fitrah itu? Di sinilah detak jantung sejarah semakin kencang berdegup. Mengapa? Karena Muhammad Saw harus melawan gelombang resistensi para alumni universitas berhalaisme yang diawali dengan tampilnya Sang Biang Syirik, Abu Lahab yang meluncurkan kalimat ketusnya kepada Nabi Saw: “Tabbat laka ya Muhammad ali hadza jama`tana” (Celaka engkau hai Muhammad apakah hanya karena ini engkau mengumpulkan kami). Lalu Tuhan Pengutus Muhammad Saw tidak membiarkan kekasihnya dipermalukan seperti itu. Melalui wahyu suci-Nya, Allah membalas ejekan Abu Lahab itu: “Sungguh celaka tangan Abu Lahab.” (QS. Al Lahab: 1)
Sejak peristiwa itu denyut nadi kota Mekkah bertiup semakin kencang. Para ibu dan gadis-gadis remaja yang biasanya rajin mengosip yang tidak-tidak, kini semua memasukkan Muhammad dalam pembicaraan mereka. Tapi Muhammad Saw bukan gosip murahan yang tak bermakna. Cerita tentang Muhammad Saw adalah sebuah fakta yang tak terbantah.
Selanjutnya, cerita tentang anak yatim itu terus bergulir dari satu telinga ke telinga lainnya. Dan nama Muhammad Saw menjadi buah bibir penduduk kota Mekkah. Mereka yang belum pernah bertemu Muhammad dan mendengar suaranya semakin penasaran untuk segera bertemu dengannya. Seperti apa sih Muhammad itu? Tampan atau tidak? Menarik atau tidak? Apa yang dibicarakannnya? Apa yang diserunya? Sehebat apa dia sehingga berani melawan arus deras syirik yang sudah mencemari udara kota Mekkah? Seistimewa apa pribadi Muhammad itu? Apakah Muhammad pernah berdusta dan berbuat aniaya? Apakah Muhammad pernah minum arak seperti yang mereka minum? Apakah Muhammad punya “berhala tandingan” yang lebih besar dan lebih hebat daripada yang mereka miliki? Misi apa yang dibawanya dan siapa yang menjadi sponsor dan dalangnya serta cita-cita apa yang ingin diraihnya? Apakah ia menginginkan harta, tahta atau wanita? Apakah Muhammad datang hanya sekadar mencari sensasi murahan? Dan di balik pertanyaan-pertanyaan kritis dan nakal itu hanya satu harapan: bertemu Muhammad!!!

Akhirnya, pertemuan mereka dengan Muhammad Saw menjungkirbalikkan semua prediksi buruk mereka. Semua dugaan mereka tentang Muhammad Saw meleset. Kefasihan lidah Muhammad saat merangkai kata demi kata bak menyihir mereka. Daya tarik fisik Muhammad pun membuat mereka terpana. Argumentasi tahan banting putra Bani Hasyim ini bak petir di siang bolong. Putra Asuhan Wahyu ini dengan percaya diri membongkar kelemahan sistem Jahiliyah. Alumni Gua Hira ini dengan lantang dan berani meneriakkan gema tauhid dan mulai mengubur pilar-pilar syirik.
Saat Muhammad Saw membacakan ayat-ayat Al Qur’an, para penyair dan para seniman Arab yang sedang menikmati masa keemasan syair dan mereka menganggap tak ada syair/pembicaraan apapun yang dapat mengungguli karya seni mereka, tiba-tiba mereka harus gigit jari dan mengerutkan dahi saat menyadari bahwa peradaban wahyu yang dibawa putra Aminah ini jauh mengawang di atas syair mereka. Kata dan kalimat, lafal dan makna Al Qur’an yang begitu menawan seolah-olah baru mereka dengar dan sepertinya tidak mereka temukan dalam kamus besar bahasa Arab. Syair-syair terbaik dari pelbagai kabilah yang memenangkan festival tahunan dan sebagai kebanggaan biasa dipajang dan diikat di sekeliling Ka`bah, kini harus segera mereka turunkan.

Dengan datangnya mukjizat Al Qur’an, sekarang tidak ada lagi tujuh syair terbaik yang digantungkan di dinding Ka`bah (muallaqat sab`ah). Para penyair kesohor Jahiliah kini kehilangan pekerjaan rutin mereka. Mereka terpaksa harus mencari mata pencaharian baru agar dapat membuat dapur mereka mengepul. Para kabilah yang sebelumnya mendapatkan kebanggaan atas terpilihnya penyair terbaik dari kabilah mereka, kini mau tidak mau harus melupakan masa lalu yang manis itu. Para penyair yang biasa nongkrong sambil meneguk arak dosis tinggi di pasar Ukadh, kini harus menghentikan kebiasaan mereka untuk berkhayal dan berimajinasi dan mereka menjadi pensiunan prematur.
Mekkah bergolak. Bursa saham bergejolak. Para penyembah berhala dan bangsawan-bangsawan Quraisy sangat terganggu dengan “produk baru” yang diperdagangkan Muhammad. Pasar-pasar syirik mulai memperhitungkan “barang baru” yang dibawa Muhammad dan sudah mulai memenuhi pasar umum. Muhammad menjadi “momok mengerikan” bagi para pelaku pasar.
Lalu sistem apa yang mereka rancang untuk membendung laju berbahaya Muhammad? Strategi apa yang mereka ciptakan untuk membuat Muhammad gulung tikar? Opini apa yang harus mereka bangun untuk membungkam “ambisi” putra Abdillah ini?
Tidak ada satu cara rasional pun untuk menghentikan sepak terjang Muhammad. Semua yang disampaikan Muhammad adalah kebenaran mutlak.
Muhammad Saw terlalu kuat untuk mereka lawan. Muhammad terlalu “sakti” untuk mereka guna-guna. Para penyihir dari berbagai kabilah sudah kehabisan stamina dan akal untuk bisa memperdaya Muhammad. Para cendekiawan Quraisy dan para dosen universitas “Lata dan Uzza” sudah kehabisan kata untuk memperdaya Muhammad. Sudah usang dan tidak tepat julukan “dukun”, “penyair”, dan “orang gila” bagi Muhammad. Dan harapan mereka hanya tingggal satu dan ini berada di pundak Walid bin Mughirah, orang yang mereka juluki sebagai Raihanatul Arab (kembang kebanggaan orang-orang Arab).
Kemudian apa yang terjadi? Dan apa yang dilakukan oleh Raihanatul Arab ini? Setelah memutar otaknya ke sana kemari, ia dengan lantang mengatakan: Muhammad penyihir! Ia mampu menyihir orang yang tidak percaya menjadi percaya. Melalui sihirnya, ia mampu menceraiberaikan antar anggota keluarga. Sehingga tidak mengherankan bila seorang anak menjadi Muslim dan ayahnya kafir atau sebaliknya. Atau suami masuk Islam dan istrinya kafir atau sebaliknya. Inilah pekerjaan tukang sihir!

Dalam beberapa waktu julukan "penyihir" bagi Muhammad terasa lebih pas dan lebih "keren" daripada julukan lainnya seperti dukun dan orang gila. Namun tak lama kemudian julukan itu pun sirna ditelan dan digilas oleh roda kebenaran yang dikemudikan Muhammad. Selidik demi selidik membuktikan bahwa Muhammad tak punya ruangan rahasia atau bawah tanah untuk mengguna-gunai orang-orang yang tidak mau mengikutinya. Bahkan rumah Muhammad pun tidak pernah tercium bau kemenyan atau dupa yang biasa dipakai para dukun saat memulai prakteknya. Lebih jauh lagi, Muhammad tidak pernah tertarik dengan dunia hitam ini, apalagi punya bakat besar dalam hal ini.
Sahabat-sahabat Muhammad Saw adalah mereka yang mengikutinya dengan kebebasan dan tidak ada tekanan. Muhammad tidak pernah menjanjikan atau mengiming-imingi "bonus" atau "kupon berhadiah" bagi siapapun yang mengikutinya. Hanya karena keimanan dan tunduk kepada tuntunan akal mereka membela Muhammad Saw. Sahabat-sahabat Muhammad Saw menyadari bahwa ancaman, siksaan, dan berbagai kesulitan lainnya yang mereka hadapi adalah "harga yang paling murah" yang harus mereka bayar demi sebuah kebebasan kemanusiaan.

Dan pada akhirnya, pasca penaklukan kota Mekkah nama Muhammad Saw semakin membumbung ke angkasa. Amnesti massal yang diberikannya kepada muyrikin Mekkah mengundang decak kagum musuh-musuhnya. Ia adalah Muhammad yang penyayang dan bukan pendendam.
Tidak hanya makhluk di bumi yang sibuk membicaraknnya bahkan makhluk di langit pun turut "ngerasani" suami Khadijah al Kubra ini. Dan sesuai dengan namanya Muhammad yang berarti terpuji, beliau terpuji di bumi dan Ahmad yang berarti terpuji di langit.
Sejarah tidak dapat menghentikan langkah Muhammad. Kolom-kolom sejarah pun penuh dengan cerita putra terbaik Bani Hasyim yang bersahaja ini. Para sejarawan mau tidak mau harus memasukkan Muhammad sebagai sumber berita utama dalam tulisan-tulisan dan goresan-goresan pena mereka. Muhammad adalah "biang berita" dan hakikat sejarah yang bergerak serta cahaya yang menyinari setiap sudut dunia. Dan semua sepakat bahwa tanpa Muhammad Saw maka sejarah hampa alias tak bermakna.

Salam kepadamu wahai Habibullah di hari engkau dilahirkan, di saat engkau diutus sebagai Rasul bagi semesta alam, di hari engkau kembali ke pangkuan Alllah Swt dan di hari engkau akan dibangkitkan kembali.

Oleh: Muhammad Alcaff


[1] Nahjul Balaghah: Khotbah 89.
[2] Silakan Anda merujuk Imta`ul Asma': 3 dimana Anda akan temukan pelbagai pendapat seputar hari kelahiran Nabi Saw.
[3] Tarikh Al-Ya`qubi: 2/8, As-Siroh Al-Halabiyyah: 1/92.
[4] As-Siroh Al-Halabiyyah: 1/128.
[5] QS. Ash-Shaff: 6, silakan Anda merujuk As-Siroh Al-Halabiyyah: 1/79.
[6] Tafsir al Amtsal, jilid 1, hal. 294.

Sumber

Detik detik menjelang kelahiran Nabi Muhammad SAW


Mekah,  malam 1 Rab’iul Awal tahun Gajah :

Allah SWT melimpahkan segala kedamaian dan ketentraman yang luar biasa kepada ibunda Nabi Muhammad SAW, Sayyidah Aminah sehingga beliau merasakan ketenangan dan kesejukan jiwa yang belum pernah dirasakan sebelumnya. 

Pada malam ke 2 :

Datang seruan berita gembira kepada ibunda Nabi Muhammad SAW yang menyatakan dirinya akan mendapati anugerah yang luar biasa dari Allah SWT.

Pada malam ke 3 :

Datang seruan memanggil “Wahai Aminah… sudah dekat saat engkau melahirkan Nabi yang agung dan mulia, Muhammad Rasulullah SAW yang senantiasa memuji dan bersyukur kepada Allah SWT.”

Pada malam ke 4 :

Sayyidah Aminah mendengar seruan beraneka ragam tasbih para malaikat secara nyata dan jelas.

Pada malam ke 5 :

Sayyidah Aminah bermimpi dengan Nabi Allah Ibrahim AS.

Pada malam ke 6 :

Sayyidah Aminah melihat cahaya Nabi Muhammad SAW memenuhi alam semesta.

Pada malam ke 7 :

Sayyidah Aminah melihat para malaikat silih berganti saling berdatangan mengunjungi kediamannya membawa kabar gembira sehingga kebahagiaan dan kedamaian semakin memuncak.

Pada malam ke 8 :

Sayyidah Aminah mendengar seruan memanggil dimana-mana, suara tersebut terdengar dengan jelas mengumandangkan “Bahagialah wahai seluruh penghuni alam semesta, telah dekat kelahiran Nabi agung, Kekasih Allah SWT Pencipta Alam Semesta.”


Pada malam ke 9 :

Allah SWT semakin mencurahkan rahmat belas kasih sayang kepada Sayyidah Aminah sehingga tidak ada sedikitpun rasa sedih, susah, sakit, dalam jiwa Sayyidah Aminah.

Pada malam ke 10 :

Sayyidah Aminah melihat tanah Tho’if dan Mina ikut bergembira menyambut kelahiran Baginda Nabi Muhammad SAW.

Pada malam ke 11 :

Sayyidah Aminah melihat seluruh penghuni langit dan bumi ikut bersuka cita menyongsong kelahiran Sayyidina Muhammad SAW.

Malam detik-detik kelahiran Rasulullah, tepat tanggal 12 Rabiul Awwal jam 2 pagi.

 Di malam ke 12 ini langit dalam keadaan cerah tanpa ada mendung sedikitpun. Saat itu Sayyid Abdul Mutholib (kakek Nabi Muhammad SAW) sedang bermunajat kepada Allah SWT di sekitar Ka’bah. Sayyid Aminah sendiri di rumah tanpa ada seorangpun yang menemaninya.

Tiba-tiba beliau, Sayyidah Aminah melihat tiang rumahnya terbelah dan perlahan-lahan muncul 4 wanita yang sangat anggun, cantik, dan jelita diliputi dengan cahaya yang memancar berkemilau serta semerbak harum memenuhi seluruh ruangan.

Wanita pertama datang berkata,”Sungguh berbahagialah engkau wahai Aminah, sebentar lagi engkau akan melahirkan Nabi yang agung, junjungan semesta alam. Beliaulah Nabi Muhammad SAW. Kenalilah aku, bahwa aku adalah istri Nabi Allah Adam AS, ibunda seluruh uamt manusia., aku diperintahakan Allah untuk menemanimu.”

Kemudian datanglah wanita kedua yang menyampaiakan kabar gembira,Aku adalah istri Nabi Allah Ibrahim AS diperintahkan Allah SWT untuk menemanimu.”

Begitu pula menghampiri wanita yang ketiga,”Aku adalah Asiyah binti Muzahim, diperintahkan Allah untuk menemanimu.”

Datanglah wanita ke empat,”Aku adalah Maryam, ibunda Isa AS menyambut kehadiran putramu Muhammad Rasulullah.”

Sehingga semakin memuncak rasa kedamaian dan kebahagiaan ibunda Nabi Muhammad SAW yang tidak bisa terlukiskan dengan kata-kata. Keajaiban berikutnya Sayyidah Aminah melihat sekelompok demi sekelompok manusia bercahaya berdatangan silih berganti memasuki ruangan Sayyidah Aminah dan mereka memanjatkan puji-pujian kepada Allah SWT dengan berbagai macam bahasa yang berbeda.

Detik berikutnya Sayyidah Aminah melihat atap rumahnya terbuka dan terlihat oleh beliau bermacam-macam bintang di angkasa yang sangat indah berkilau saling beterbangan.

Detik berikutnya Allah memerintahkan kepada Malaikat Ridwan agar mengomandokan seluruh bidadari syurga agar berdandan cantik dan rapih, memakai segala macam bentuk perhiasan kain sutra dengan bermahkota emas, intan permata yang bergemerlapan, dan menebarkan wangi-wangian syurga yang harum semerbak ke segala arah. lalu trilyunan bidadari itu dibawa ke alam dunia oleh Malaikat Ridwan, terlihat wajah bidadari itu gembira.

Lalu Allah SWT memanggil : “Yaa Jibril… serukanlah kepada seluruh arwah para nabi, para rasul, para wali agar berkumpul, berbaris rapih, bahwa sesungguhnya Kekasihku cahaya di atas cahaya, agar disambut dengan baik dan suruhlah mereka menyambut kedatangan Nabi Muhammad SAW.

Yaa Jibril… perintahkanlah kepada Malaikat Malik agar menutup pintu-pintu neraka dan perintahakan kepada Malaikat Ridwan untuk membuka pintu-pintu syurga dan bersoleklah engkau dengan sebaik-baiknya keindahan demi menyambut kekasihKu Nabi Muhammad SAW.

Yaa Jibril… bawalah trilyunan malaikat yang ada di langit, turunlah ke bumi, ketahuilah KekasihKu Muhammad SAW telah siap untuk dilahirkan dan sekarang tiba saatnya Nabi Akhiruzzaman.”

Dan turunlah semua malaikat, maka penuhlah isi bumi ini dengan trilyunan malaikat. Lalu ibunda Rasulullah SAW di bumi, beliau melihat malaikat itupun berdatangan membawa kayu-kayu gahru yang wangi dan memenuhi seluruh jagat raya.

Pada saat itu pula mereka semua berdzikir, bertasbih, bertahmid, dan pada saat itu pula datanglah burung putih berkilau cahaya mendekati Sayyidah Aminah dan mengusapkan sayapnya pada Sayyidah Aminah, maka pada saat itu pula lahirlah Muhammad Rasulullah SAW dan tidaklah Sayyidah Aminah melihat kecuali cahaya, tak lama kemudian terlihatlah jari-jari Nabi Muhammad SAW bersujud kepada Allah seraya mengucapkan, “Allahu Akbar.. Allahu Akbar.. Walhamdulillahi katsiro, wasubhanallahibukrotan wa asiilaa.”

Sayidah Aminah sendiri melihat bayi suci Nabi Muhammad SAW dalam keadaan terbaring dengan dua tangannya mengangkat ke langit seperti seorang yang sedang berdoa. Kemudian Sayidah Aminah juga melihat awan turun menyelimuti dirinya sehingga beliau mendengar sebuah seruan "Pimpinlah dia mengelilingi bumi Timur dan Barat, supaya mereka tahu dan dialah yang akan menghapuskan segala perkara syirik''.

Selepas itu awan tersebut lenyap daripada pandangan Aminah. Nabi Muhammad SAW dilahirkan dalam keadaan memandang ke arah langit sambil meletakkan tangannya ke tanah sebagai tanda ketinggian martabatnya daripada semua makhluk.

Semakin memuncaklah kegembiraan seluruh alam dunia dan semesta dan terucaplah “Yaa Nabi Salam Alaika… Yaa Rasul Salam Alaika… Yaa Habib Salam Alaika… Sholawatullah Alaika.. ”

Senyum indah terpancar dari wajahnya.......... dan hancurlah berhala-berhala
serta bergembiralah semua alam semesta menyambut kelahiran Nabi yang sangat  mulia…...Nabi Muhammad SAW....

Di ambil dari catatan "Misykat Al Marhum"

DETIK–DETIK TERAKHIR WAFATNYA RASULULLAH SAW



Saudaraku, sejarah kehidupan Rasulullah SAW memang merupakan hal yang sangat penting diketahui setiap muslim. Darinya seseorang akan mendapatkan gambaran utuh tentang kehidupan seorang muslim yang ideal dalam semua sisi dan fase kehidupannya. Hal tersebut tidaklah berkelebihan, karena Allah SWT memang telah menyiapkan kepribadian Rasulullah SAW sebagai panutan utama kaum muslimin.

Sesuai Firman – Nya :
”Sesungguhnya telah ada pada diri Rasulullah SAW itu suri teladan yang baik bagimu.” (QS. Al-Ahzab : 21)

Dan yang harus diketahui adalah Nabi Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir.

Sesuai Firman Allah SWT yang termaktub didalam kitab suci Al-Qur’an :
”Muhammad itu bukanlah bapak dari seorang laki-laki diantara kamu tetapi ia adalah Rasul Allah dan Penutup para Nabi ...” (QS. Al-Ahzab : 40)

Saudaraku, Sesuai judul tulisan (artikel) religius ini tersebut diatas, kita simak sebuah kematian terindah dalam sejarah manusia. Yaitu detik-detik terakhir wafatnya Rasulullah SAW, sebuah kisah nyata yang begitu mengagumkan sekaligus mengharukan serta menggetarkan dada setiap insan-insan beriman seperti berikut ini.

Ketika dakwah sudah semakin sempurna dan Islam sudah mengendalikan keadaan, mulailah tampak tanda-tanda perpisahan Rasulullah SAW dengan kehidupan. Hal tersebut tampak dari perasaan, ucapan dan perbuatan beliau (Nabi SAW). Pada tahun 10 H. Rasulullah SAW mengumumkan akan melaksanakan ibadah Haji (Haji Wada’). Pada tanggal 8 Dzulhijjah (hari Tarwiyah) Rasulullah SAW menuju Mina, setelah itu berangkat ke Arofah dan beliau singgah di Namirah lantas berangkat lagi hingga lembah Wadi’ di sana sudah berkumpul sekitar 144.000 manusia. Nabi SAW menyampaikan khotbahnya (Khatbah Wada’ di Arofah). :

”Wahai manusia, dengarlah ucapanku, karena sesungguhnya mungkin aku tidak akan menjumpai kalian lagi setelah tahun ini di tempat wakaf ini selamanya. Sesungguhnya darah dan harta kalian suci, sebagaimana sucinya hari ini dan Negeri ini. Ketahuilah semua perkara-perkara jahiliyah berada dibawah kakiku tidak berlaku, begitu juga dengan darah jahiliyah telah tidak berlaku. Darah pertama yang aku batalkan adalah darah Rabi’ah bin Al-Harist yang dahulu disusui di Bani Sa’ad lalu di bunuh oleh Hudzail. Riba jahiliyah juga telah tidak berlaku dan riba pertama yang aku batalkan adalah ribanya Abbas bin Abdul Muththalib, sesungguhnya semuanya tidak lagi berlaku. Bertawakalah kalian kepada Allah SWT dalam urusan wanita, karena kalian mengambil mereka dengan amanah Allah, kalian halalkan kehormatan mereka dengan kalimat Allah. Untuk itu, hak kalian adalah bahwa istri-istri kalian tidak boleh menghamparkan alasnya kepada orang yang kalian tidak sukai. Jika mereka melakukan hal itu, pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Sedang hak mereka yang merupakan kewajiban kalian adalah diberi nafkah dan sandang yang layak. Aku tinggalkan untuk kalian sesuatu yang tidak akan membuat kalian tersesat jika berpegang teguh kepadanya, yaitu Kitabullah. Wahai manusia, sesungguhnya tidak ada Nabi setelahku, tidak ada umat setelah kalian. Maka sembahlah Rabb kalian, shalatlah lima waktu, puasalah di bulan kalian (Ramadhan), tunaikanlah zakat harta kalian yang akan mensucikan diri kalian, tunaikanlah Haji ke Baitullah, ta’atilah pemimpin kalian, kalian akan masuk syorga Tuhan Rabb kalian.”

”Kalian bertanya tentang aku, apa yang akan kalian katakan ?” mereka menjawab : ”Kami bersaksi bahwa engkau telah menunaikan (amanah) dan memberi nasihat.” lalu Rasulullah SAW berkata seraya mengangkat telunjuknya ke langit kemudian mengarahkannya kearah manusia seraya berkata : ”Ya Allah, saksikanlah.” (Nabi SAW mengucapkannya sebanyak tiga kali.)

Diterangkan di dalam riwayat bahwa setelah selesai khutbah, turunlah Firman Allah SWT :

”Pada hari ini telah Ku sempurnakah untuk kamu agamamu dan telah Ku cukupkan kepadamu nikmat-Ku dan telah Ku ridhai Islam itu jadi agama bagimu,” (QS. Al-Maidah : 3)


Sayyidina Umar Ibnu Khattab r.a. yang mendengar ayat tersebut menangis, ketika ditanya kenapa beliau menangis, beliau (Sayyidina Umar Ibnu khattab r.a. ) menjawab : ”Sesungguhnya sesuatu yang telah sempurna, berikutnya akan berkurang.”

Sementara dalam riwayat yang lain Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. menangis. Bersabda Rasulullah SAW kepadanya : ”Apa yang membuatmu menangis dalam ayat tersebut?” Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. menjawab : ”Ini adalah berita kematian.”

Kembalilah Rasulullah SAW dari Haji Wada’ dan kurang dari 7 hari wafat beliau SAW turunlah ayat Al-Qur’an paling akhir yaitu surat Al-Baqarah ayat 281 sebagai berikut :

”Dan peliharalah dirimu dari (azab yang terjadi pada) hari yang pada waktu itu kamu semua dikembalikan kepada Allah kemudian masing-masing diri diberi balasan yang sempurna terhadap apa yang telah dikerjakannya, sedang mereka sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan).” (QS. Al-Baqarah : 281)

Pada awal-awal bulan Safar tahun 11 Hijriyah Rasulullah SAW mulai menampakkan sakit. Nabi SAW berkata : ”Aku ingin mengunjungi Syuhada Uhud.” Maka beliau pun berangkat pergi menuju Syuhada Uhud dan beliau (Nabi SAW) berdiri diatas makam para Syuhada seraya berkata : ”Assalamualaikum wahai Syuhada Uhud, kalian adalah orang-orang yang mendahului (kami) dan kami insya Allah akan menyusul kalian dan sesungguhnya aku, insya Allah akan menyusul (kalian).” 
setelah itu Rasulullah SAW menuju mimbar dan berpidato :

”Aku akan mendahului kalian aku akan menjadi saksi bagi kalian, sungguh sekarang aku telah melihat telagaku dan sungguh aku telah diberikan konci-konci bumi dan simpanannya sunguh aku tidak takut kalian berlaku syirik setelahku, akan tetapi yang aku takutkan adalah kalian saling berlomba – lomba terhadap dunia.” Kemudian Rasulullah SAW pulang sambil menangis. Maka para Sahabat bertanya kepada Rasulullah SAW : ”Apa yang membuat anda menangis, wahai Rasulullah ?” Nabi SAW bersabda : ”Aku merindukan saudara-saudaraku seiman.” Mereka (para sahabat) berkata : ”Bukankah kami adalah saudaramu seiman wahai Rasulullah ?” Beliau SAW bersabda : ”Bukan, kalian adalah sahabat-sahabatku, adapun saudara-saudaraku seiman suatu kaum yang datang setelahku, mereka beriman kepadaku sedang mereka belum pernah melihatku.” Subhanallah! Maha suci Allah! Saya (penulis) berdo’a semoga kita-kita ini (yang hidup di abad 20) adalah orang-orang muslim (saudara seiman) yang dirindukan oleh Rasulullah SAW. Amin! Ya Rabbal Alamin.

Pada tanggal 29 Safar tahun 11 H, hari Senin. Rasulullah SAW menderita sakit kepala dan merasakan panas yang teramat sangat. Nabi SAW telah benar-benar sakit dan terus bertambah sakit. Selama sakitnya itu beliau tetap memimpin shalat selama 11 hari dari 13 atau 14 hari masa sakit beliau. Pada hari itu (empat hari sebelum wafat beliau) Nabi SAW masih sempat shalat maghrib sebagai imam dengan membaca surat Al-Mursalat. Namun pada waktu shalat Isya sakitnya semakin berat sehingga beliau tidak kuasa untuk keluar. Aisyah r.a. (radhiallahu ’anha) mengisahkan, saat itu Rasulullah SAW bertanya kepadanya :

”Apakah orang – orang sudah shalat?” Aisyah r.a. menjawab : ”Belum ya Rasulullah, mereka menunggumu.” Rasulullah lalu minta diambilkan air untuk mandi, kemudian beliau mandi, setelah itu beliau pingsan. Setelah sadar beliau bertanya lagi: ”Apakah orang-orang sudah shalat?” Dijawab : ”Belum ya Rasulullah, mereka menunggumu.” lalu beliau mandi lagi, kemudian pingsan lagi, begitu seterusnya hingga terjadi tiga kali.

Setelah itu Nabi SAW meminta Abu Bakar Shiddiq untuk menjadi imam shalat. Maka Sayyidina Abu Bakar Shiddiq r.a. mengimami shalat pada hari-hari terakhir kehidupan Rasulullah SAW sebanyak tujuh belas kali. Tiga hari sebelum beliau (Nabi SAW) wafat, sakit beliau mulai mengeras. Beliau saat itu berada di rumah Sayyidah Maimunah r.a. Beliau SAW bersabda :

”Kumpulkan istri-istriku.” maka berkumpullah istri-istri beliau SAW, beliau bersabda : ”Apakah kalian mengizinkan aku untuk tinggal di rumah Aisyah?” maka mereka menjawab : ”Kami mengizinkan anda wahai Rasulullah.

kemudian beliau berkeinginan untuk berdiri akan tetapi beliau tidak mampu. Datanglah Ali bin Abi Thalib r.a. dan Al-Fadl bin Al-Abbas r.a. maka mereka pun membopong Rasulullah SAW, lalu mereka memindahkan beliau SAW dari kamar Maimunah r.a. menuju kamar Aisyah r.a. Adapun para Sahabat, baru pertama kali ini mereka melihat Rasulullah SAW dibopong diatas dua tangan. Maka berkumpulah para Sahabat dan mereka berkata : ”Apa yang terjadi pada Rasulullah, apa yang terjadi pada Rasulullah ?” mulailah manusia berkumpul di dalam masjid. Masjid pun mulai penuh dengan para sahabat.

Nabi SAW dibawa menuju rumah Aisyah r.a. mulailah Rasulullah SAW mencucurkan keringat, berkeringat dan berkeringat. Berkatalah Aisyah r.a. : ”Sungguh belum pernah aku melihat ada seorang manusia yang berkeringat deras seperti ini.” Maka dia mengambil tangan Rasulullah SAW dan dengannya dia (Aisyah r.a.) mengusap keringat beliau. (Mengapakah dia (Aisyah r.a.) mengusap keringat dengan tangan beliau (Nabi SAW) dan tidak mengusapnya dengan tangannya (Aisyah r.a.) sendiri ?) maka Aisyah r.a. berkata : ”Sesungguhnya tangan Rasulullah SAW lebih lembut dan mulia dari pada tanganku, oleh karena itulah aku mengusap keringat beliau dengan tangan beliau dan tidak dengan tanganku.” (Ini adalah sebuah penghormatan terhadap Nabi SAW.)

Sehari sebelum Rasulullah SAW wafat, yaitu hari Ahad beliau SAW memerdekakan budaknya. Beliaupun bersedekah sebanyak sembilan dinar, senjatanya dihadiahkan kepada kaum muslimin. Pada malam harinya, Aisyah r.a. meminjam minyak untuk lampu dari tetangganya. Saat itu, baju besinya digadaikan kepada seorang Yahudi untuk mendapatkan tiga puluh Sha’ gandum.

Aisah r.a. berkata :

”Aku mendengar Rasulullah SAW berkata :
”Laa Ilaaha Illallah, sesungguhnya setiap kematian ada sakaratnya.” dan diulangi : ”Laa Ilaaha Illallah, sesungguhnya kematian itu memiliki sakarat.”

Mulailah suara-suara didalam Masjid meninggi. Bersabdalah Nabi SAW : ”Apa ini?. Berkata Aisyah : ”Sesungguhnya manusia mengkhawatirkan anda wahai Rasulullah.” Nabi SAW bersabda : ”Bawalah aku kepada mereka.” maka beliau berkehendak untuk bangun, akan tetapi tidak mampu. Maka para sahabat menyiramkan tujuh Qibrah air kepada beliau hingga beliau bangkit dan para sahabat membawa beliau naik di atas mimbar. Jadilah khutbah tersebut adalah khutbah terakhir beliau SAW, menjadi kalimat terakir Rasulullah SAW dan do’a terakhir Rasulullah SAW. Beliau bersabda : ”Wahai manusia, kalian mengkhawatirkan aku?” mereka menjawab : ”Ya, wahai Rasulullah.”

Bersabda Rasulullah SAW :

Sesungguhnya tempat perjanjian kalian dengan aku bukanlah di dunia, tempat perjanjian kalian denganku adalah di haudh (telaga). Demi Allah, sungguh seakan-akan aku sekarang sedang melihat kepadanya di depanku ini. Wahai manusia, demi Allah, tidaklah kefakiran yang aku khawatirkan atas kalian, tetapi yang aku khawatirkan adalah dibukanya dunia atas kalian sehingga kalian akan berlomba-lomba untuk mendapatkannya. Maka dunia itu akan membinasakan kalian sebagaimana dia telah membinasakan orang-orang sebelum kalian.”

Kemudian Nabi SAW bersabda :

”Allah – Allah, shalat, Allah-Allah, shalat.(Maksudnya : Aku bersumpah demi Allah terhadap kalian agar kalian menjaga shalat.) beliau terus mengulang – ulangnya, lantas bersabda : ”Wahai manusia, bertakwalah kalian terhadap kaum wanita, aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik terhadap kaum wanita.” kemudian beliau bersabda : ”Wahai manusia, sesungguhnya ada seorang hamba yang Allah SWT telah memberikan pilihan kepadanya antara dunia dan antara apa yang ada disisi-Nya.” Tidak ada seorangpun yang memahami siapakah yang dimaksud dengan seorang hamba oleh Rasulullah SAW tadi, padahal yang dimaksud oleh Rasulullah SAW adalah diri beliau sendiri. Allah SWT telah memberikan pilihan kepada beliau dan tidak ada seorang pun yang paham selain Abu Bakar Shiddiq r.a. Dan kebiasaan para sahabat adalah bahwa saat Rasulullah SAW berbicara mereka berdiam, seakan-akan ada seekor burung yang bertengger diatas kepala mereka. Maka saat Abu Bakar Shiddiq r.a. mendengar perkataan Rasulullah SAW dia (Abu Bakar Shiddiq) tidak mampu menguasai dirinya, dengan serta merta dia menangis sesenggukkan dan ditengah Masjid dia memotong pembicaraan Rasulullah SAW, dia pun (Abu Bakar Shiddiq) berkata : ”Kami tebus anda dengan bapak-bapak kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan anak-anak kami wahai Rasulullah, kami tebus anda dengan harta-harta kami wahai Rasulullah.” Abu Bakar Shiddiq mengulang-ngulangnya, sementara para sahabat yang lain melihat kepadanya dengan pandangan heran, bagaimana dia (Abu Bakar Shiddiq) berani memotong khutbah Rasulullah SAW?!

Rasulullah SAW bersabda : ”Wahai manusia, tidak ada seorang pun diantara kalian yang memiliki keutamaan disisi kami melainkan Abu Bakar, aku tidak mampu membalasnya, maka aku tinggalkan balasannya kepada Allah SWT. Setiap pintu menuju Masjid ditutup kecuali pintu Abu Bakar r.a. tidak akan ditutup selamanya.”

Kemudian mulailah beliau (Nabi SAW) berdo’a untuk mereka dan berkata pada akhir do’a beliau SAW sebelum wafat beliau : ”Mudah-mudahan Allah SWT menetapkan kalian, mudah-mudahan Allah menjaga kalian, mudah-mudahan Allah menolong kalian, mudah-mudahan Allah meneguhkan kalian, mudah-mudahan Allah menguatkan kalian, mudah-mudahan Allah melindungi kalian.” Dan kalimat terakhir yang beliau sampaikan sebelum turun dari atas mimbar adalah : ”Wahai manusia, sampaikanlah salamku kepada orang yang mengikutiku diatara umatku hingga hari kiamat.” Setelah itu beliau pun dibawa kembali kerumah beliau SAW.

Datanglah Abdul Rahman Ibnu Abu Bakar dan ditangannya ada sebatang siwak, Nabi SAW terus melihat kearah siwak tersebut tetapi tidak mampu berkata aku menginginkan siwak. Aisyah r.a. berkata : ”Aku paham dari pandangan mata beliau bahwa beliau menginginkan siwak maka aku mengambil siwak itu dari Abdul Rahman Ibnu Abu Bakar. Kemudian aku letakkan di mulutku agar aku melunakkannya untuk Nabi, kemudian aku berikan siwak itu kepada beliau. Maka sesuatu yang paling akhir masuk kedalam perut Nabi SAW adalah air dari mulutku.” Aisyah r.a. berkata : ”Termasuk sebuah keutamaan dari Rabb-ku atasku adalah Dia telah mengumpulkan air dari mulutku dengan ludah Nabi SAW sebelum beliau wafat.” Selesai bersiwak beliau SAW mengangkat tangannya dan jarinya dan matanya memandang langit – langit, bibirnya bergerak perlahan berkata. Aisyah r.a. berusaha mendengarkannya :

”Bersama – sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu Nabi-nabi, para Shiddiqin, orang – orang yang mati syahid dan ornag-orang shaleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah dan Allah SWT cukup mengetahui.” (QS. An-Nisa : 69-70)

Pada hari Senin, tanggal 12 Rabi’ul Awal 11 H, masuklah kedalam kamar Rasulullah SAW putri beiau, Fathimah r.a. yaitu pada waktu Dhuha dan ia (Fathimah r.a.) menangis. Dia menangis karena biasanya setiap kali dia datang menemuai Rasulullah SAW, maka beliau (Nabi SAW) berdiri dan menciumnya diantara kedua matanya. Akan tetapi sekarang beliau (Nabi SAW) tidak mampu berdiri untuknya. Maka Rasulullah SAW bersabda kepadanya : ”Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliau SAW membisikkan sesuatu ditelinganya, maka Fathimah r.a. menangis. Rasulullah SAW bersabda lagi : ”Mendekatlah kemari wahai Fathimah.” Beliaupun membisikkan sesuatu lagi, maka sekali ini Fathimah r.a. tertawa.”

(Setelah kematian Rasulullah SAW para Sahabat bertaya kepada Fathimah r.a. setentang apa yang dibisikan ayahanda beliau (Nabi SAW) kepada Fathimah)

Dan dijawab oleh Fathimah r.a. sebagai berikut : ”Pertama kali ayahanda (Nabi SAW) berkata kepadaku : ”Wahai Fathimah, aku akan meninggal karena sakitku ini.” maka aku pun menangis. Ketika beliau melihat aku menangis beliau kembali berkata kepadaku katanya : ”Engkau wahai Fathimah, adalah keluargaku yang pertama kali akan bertemu denganku.” itulah maka akupun tertawa.” Rasulullah SAW memanggil kedua cucu beliau, Hasan dan Husain dan Nabi SAW menciumi keduanya serta berwasiat kebaikan kepada mereka berdua. Lalu Nabi SAW memanggil semua istrinya, menasehatinya dan mengingatkan mereka. Beliau berwasiat kepada seluruh manusia yang hadir agar menjaga shalat dan wasiat ini juga teruntuk kepada segenap kaum muslimin :

”Shalat, shalat dan (perhatikanlah) budak – budak kalian yang kalian miliki.”

Diulanginya hal tersebut berkali-kali, maksudnya agar memperhatikan kedua hal tersebut. Lalu rasa sakit pun terasa semakin berat maka beliau bersabda : ”Keluarlah siapa saja dari rumahku.” Dan beliau bersabda lagi : ”Mendekatlah kemari wahai Aisyah.” Beliau (Nabi SAW) tidur di dada istri beliau, Aisyah r.a. Aisyah r.a. berkata : ”Beliau SAW mengangkat tangannya seraya bersabda : ”Bahkan Ar-Rafiqul A’la, Bahkan Ar-Rafiqul A’la.” (Maka diketahuilah bahwa di sela-sela ucapan beliau, beliau disuruh memilih diantara kehidupan dunia atau Ar-Rafiqul A’la)

Masuklah Malaikat Jibril As menemui Nabi SAW seraya berkata : ”Malaikat maut ada dipintu, meminta izin untuk menemuimu dan dia tidak pernah meminta izin kepada seorangpun sebelummu.” maka beliau (Nabi SAW) berkata kepadanya : ”Izinkan untuknya wahai Jibril.” maka masuklah Malaikat Maut seraya berkata : ”Assalamu’alaika wahai Rasulullah. Allah telah mengutusku untuk memberikan pilihan kepadamu antara tetap tinggal di dunia atau bertemu dengan Allah di akhirat.” maka Rasulullah SAW bersabda : ”Bahkan aku memilih Ar’Rafiqul A’la (teman yang tertinggi), bahkan aku memilih Ar-Rafiqul A’la, bersama – sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu para Nabi, para Shiddiqin, orang-orang shaleh. Dan mereka itulah rafiq (teman) yang sebaik-baiknya.” Aisyah r.a. menuturkan bahwa sebelum Rasulullah SAW wafat, ketika beliau bersandar pada dadanya dan dia mendengarkan beliau secara seksama beliau berdo’a :
”Ya Allah, ampunilah aku, rahmatilah aku dan susulkan aku padanya Ar-Rafiq Al-A’la. Ya Allah (aku minta) Ar-Rafiq Al-A’la, Ya Allah (aku minta) Ar-Rafiq Al-A’la.”

Berdirilah Malaikat Maut disisi kepala Nabi yang mulia sebagiamana dia berdiri disisi kepala salah seorang diantara kita dan berkata : ”Wahai Roh yang bagus, roh Muhammad bin Abdullah, keluarlah menuju keriho’an Allah dan menuju Rabb yang ridha dan tidak murka.”

Dalam riwayat lain diceritakan bahwa ketika Malaikat Izrail (malaikat Maut) meminta izin untuk menemui Nabi SAW atas perintah Allah untuk mencabut nyawa Rasulullah SAW dengan lemah lembut dan Nabi SAW mengizinkannya. Ketika itulah Nabi SAW mendapat berita-berita gembira dari Sahabat beliau, kecintaan beliau, sipembawa wahyu yaitu Malaikat Jibri As sebagai berikut:

”Bahwa pintu-pintu langit telah dibuka, para Malaikat telah berbaris untuk menyambut kedatangan roh Nabi SAW, bahwa pintu-pintu Syorga telah dibuka, para bidadari telah berhias, sungai-sungai telah mengalir dan buah-buahnya telah ranum, semuanya menanti kedatangan rohmu dan tuanlah yang pertama-tama diizinkan sebagai pemberi syafaat pada hari Kiamat nanti.” Untuk semua berita gembira yang disampaikan oleh malaikat Jibril As tersebut disambut oleh oleh Nabi SAW dengan sabdanya : ”Segala puji dan syukur untuk Tuhanku.” Malaikat Jibril As melihat ada kegelisahan diwajah Nabi SAW apalagi bibir itu perlahan bergerak mengucapkan kata-kata : ”Umatii, Umatii.” Malaikat Jibril pun bertanya kepada Nabi SAW : ”Wahai kekasih Allah, apa sebenarnya yang ingin tuan tanyakan?” Rasulullah SAW menjawab : ”Tentang kegelisahanku, apakah yang akan diperoleh orang-orang (umatku) yang membaca Al-Qur’an sesudahku? Apakah yang akan diperoleh orang-orang (umatku) yang berpuasa pada bulan mereka (Ramadhan) sesudahku? Apakah yang akan diperoleh orang-orang (umatku) yang berziarah ke Baitul Haram sesudahku?” Jibril menjawab : ”Saya membawa khabar gembira untuk Baginda. Sesungguhnya Allah SWT telah berfirman : ”Aku telah mengharamkan Syorga bagi semua Nabi dan umat, sampai engkau (Nabi Muhammad SAW) dan umatmu memasukinya terlebih dahulu.” Maka berkatalah Rasulullah SAW : ”Sekarang, tenanglah hati dan perasaanku wahai Jibril.” *)

Setelah mendengarkan dengan seksama do’a Rasulullah SAW yang ketika itu tengah bersandar lemah didadanya. Tidak lama kemudian Sayyidah Aisyah r.a. berkata : ”Maka jatuh lemaslah tangan Nabi SAW dan kepala beliau menjadi berat diatas dadaku dan sungguh aku sudah tahu bahwa Rasulullah SAW telah tiada...”

Inna Lillahi Wa Innaa Ilaihi Rojiun.

Nabi Muhammad SAW, Nabi termulia, Rasul paling agung telah wafat. Telah berpulang kerahmatullah manusia yang paling mulia, seorang Nabi dan Rasul yang sangat mencintai umatnya, seorang bangsawan Quraisy yang handal sebagai pemimpin umat, yang sukses menjalankan tugas kenabian, telah berpulang Nabi dan Rasul terakhir yang kepribadiaannya oleh Allah SWT telah dipersiapkan buat panutan umat, telah berpulang orang yang tidak pernah memakai sutera, telah berpulang orang yang keluar dari dunia dengan perut yang tidak pernah kenyang dari gandum, telah berpulang orang yang lebih memilih tikar dari sebuah singgasana, telah berpulang orang yang jarang tidur diwaktu malam karena takut Neraka Sa’ir. Peristiwa ini terjadi pada waktu Dhuha, hari Senin tanggal 12 Rabbiul Awal tahun 11 H. Tepat pada usia beliau (Rasulullah SAW) 63 tahun lebih 4 hari. Wallahu ’alam Bissawab.


___Inilah Salah satu Riwayat WafatNya Rasulullah___
___Wallahu ’alam Bissawab.......

"dari berbagai sumber"